Ribuan Rumah dan Jiwa Terdampak Banjir Bandung Selatan, Pemerintah Diminta Komitmen Melindungi Wilayah Konservasi
Banjir meluas di kawasan Bandung Raya, mulai dari Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Cimahi. Konservasi lahan sebagai solusi.
Penulis Muhammad Akmal Firmansyah13 Januari 2024
BandungBergerak.id— Ribuan rumah di Kabupaten Bandung (Bandung selatan) terendam banjir karena luapan Sungai Citarum, Kamis, 11 Januari 2024. Sedikitnya 25.171 jiwa terdampak dan beberapa harus mengungsi di titik-titik pengungsian. Selain curah hujan yang cukup ekstrem, banjir ini diperparah dengan meluasnya alih fungsi lahan. Banyak daerah tangkapan air yang menjelma infrastruktur.
Pantauan BandungBergerak.id, Jumat, 12 Januari 2024, Tim SAR membawa warga mengungsi dari Kampung Babakan, Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung yang paling parah terdampak banjir.
Luasnya wilayah terdampak banjir yang merendam Kecamatan Dayeuhkolot, Bojongsoang, dan Baleendah, dengan tinggi muka air rata-rata di atas satu meter membuat proses evakuasi dan penyaluran bantuan berjalan lambat serta kurang mereta. Hujan lebat di wilayah Bandung Raya juga menyebabkan banjir bandang dan tanah longsor di beberapa wilayah.
Banjir bahkan memutus akes jalan raya. Warga menggunakan perahu, delman, atau berjalan kaki menembus banjir di jalan raya penghubung kota dan kabupaten di Dayeuhkolot.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat mencatat, terdapat 10 kejadian banjir di wilayah Kabupaten Bandung per Kamis, 11 Januari 2024. Banjir melanda Desa Sukapuran dan Desa Cihawuk, Kecamatan Kertasari; Desa Citeurep, Kecamatan Dayeuhkolot; Desa Sumbersari, Kecamatan Ciparay; Desa Tangulun; Desa Tangulun, Kecamatan Ibun; Melanda, Kelurahan Pesawahan dan Desa Cangkuang Wetan, Kecamatan Dayeuhkolot.
Meski banjir mengalami penyusutan pada Jumat 12 Januari 2024, beberapa wilayah di wilayah Banung selatan tersebut masih terendam, seperti di Desa Majalaya, Kecamatan Majalaya; Desa Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot; Kelurahan Pesawahan dan Desa Rancamanyar, Kecamatan Ciparay, Kecamatan Rancaekek, Kecamatan Bojongsoang, dan Bojongsoang.
Selain di Bandung selatan, banjir juga melanda Kota Bandung, seperti di Kampung Braga yang sampai saat ini warga masih berusaha membersihkan sisa-sisa bencana; kemudian, manjir juga dilaporkan terjadi di Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi.
Banjir bahkan menjebol tanggul air. Menurut laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, tanggul yang jebol berusaha diperbaiki dengan langkah jangka pendek yaitu dengan cara ditutup dengan geobag ataupun memompa air yang merendam permukiman.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jawa Barat Bambang Imanudin mengatakan, dalam penanggulangan bencana ini pihaknya bekerja sama dengan Balai Besai Wilayah Sungai (BBWS) Citarum. “Oleh BBWS Citarum dan semua pihak yang terlibat (penanggulangan dan evakuasi)," kata Bambang dihubungi BandungBergerak.id, Sabtu, 13 Januari 2024.
Baca Juga: Titik Banjir Mengepung Bandung, Tanggul di Kampung Braga Jebol
Mengundang Banjir dari Menyusutnya Sawah Gedebage
Lemahnya Sistem Drainase Jadi Penyebab Banjir Kota Bandung
BMKG: Selain Banjir dan Pergerakan Tanah Perlu Diperhatikan
Banjir dikhawatirkan bertahan atua meluas mengingat musim hujan masih panjang. Prakirawan cuaca,Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung Muhammad Iid menuturkan, wilayah Jawa Barat termasuk Bandung Raya sudah memasuki musim hujan yang akan berlangsung dari Januari hingga April.
“Secara regional beberapa bulan ke depan ada beberapa faktor mempengaruhi curah hujan, seperti suhu permukaan laut sekitar Jawa Barat ini memang cenderung hangat, dan berpotensi curah, hari ini esok, dan lusa relatif berkurang," kata Iid saat dihubungi, Jumat, 12 Januari 2024.
Menurutnya, hujan pada Kamis 11 Januari 2024 berada pada kondisi curah hujan yang lebat dan sedang di wilayah Bandung Raya. Hal ini diduga yang menyebabkan banjir di sejumlah wilayah termasuk di Kampung Braga, Kota Bandung.
"Hujan sedang dan lebat, tercatat satu harinya itu 49,3 mm perhari dalam satu hari kategorinya sudah sedang, dan ada yang lebat 20 mm, kemudian ada yang sangat lebat," tutur Iid.
Iid mengingatkan warga agar selalu waspada terhadap bencana hidrometeorologi seperti banjir. Optimalisasi sungai dari gundukan sampah perlu juga dilakukan supaya tidak menyebabkan banjir. Selain banjir, pergerakan tanah dan tanah longsor perlu juga diperhatikan.
“Karena kita kemarin mengalami musim kemarau atau El Nino yang berdampak ini perlu diwaspadai pergerakan tanah atau tanah longsor," jelas Iid.
Dengan kata lain, tanah yang tadinya kering karena musim kemarau sebelumnya akan tergemburkan oleh musim hujan lebat. Hal ini yang bisa memicu longsor terutama di daerah-daerah pergunungan dan perbukitan.
Alih Fungsi Lahan
Bencana hidrometeorologi yang akhir-akhir marak terjadi tidak lepas dari deforestasi dan alih fungsi lahan, sebagaimana catatan Wahana Lingkungan Indonesia (WALHI) Jawa Barat.
Direktur Eksekutif Walhi Jawa Barat Wahyudin Iwang mengatakan, akumulasi yang tidak memperlihatkan keberlangsung serta keselamatan lingkungan menjadi faktor banjir di tiga daerah, Kota Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Cimahi.
Salah satu faktor penyumbang alih fungsi lahan adalah pembangunan infrastruktur raksasa, misalnya proyek strategis nasional (PSN) Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) yang membentang dari Kabupaten Bandung, Kota Bandung, hingga ke Jakarta.
“(Kereta cepat) tidak luput juga alih fungsi di dua kabupaten kota tersebut," kata Iwang, dikutip dari siaran pers WALHI Jawa Barat.
Kerusakan itu diperparah juga dengan hilangnya fungsi Kawasan Bandung Utara (KBU) sebagai tangkapan air. Menurut Iwang, KBU statusnya sudah bukan lagi sabuk hijau bagi Kota Bandung. “Yang semestinya dapat dijaga dengan baik oleh semua pihak," jelas Iwang.
Di wilayah selatan Bandung, bangunan kolam retensi Cieunteng tak bisa mengatasi banjir yang selama ini terjadi. "Tannel yang diproyeksikan untuk mempercepat air genangan di beberapa wilayah yang mengalami banjir tidak dapat juga menanggulangi masalah yang saat ini faktanya masih terjadi," tutur Iwang.
WALHI Jawa Barat mendorong pemulihan lingkungan secara serius. Pemerintah daerah didorong agar melindungi kawasan konservasi. "Kawasan yang memiliki fungsi konservasi yang baik, hal tersebut perlu dilakukan sebagai langkah mitigasi," ungkap Iwang.
*Kawan-kawan yang baik bisa membaca tulisan-tulisan lain dari Muhammad Akmal Firmansyah, atau artikel lain tentang Banjir Bandung Selatan maupun Proyek Strategis Nasional