• Cerita
  • CERITA ORANG BANDUNG #72: Irama Peluit Aji

CERITA ORANG BANDUNG #72: Irama Peluit Aji

Irama peluit Aji, petugas keamanan di UIN SGD Bandung, kadang menyerupai dangdut atau sholawatan. Satpam bersahaja ini tenar di Tiktok. Mencari nafkah sejak kecil.

Aji Nur Cahyadi, 33 tahun, warga Cinunuk, Kabupaten Bandung, Selasa, 9 Januari 2024. Aji Komandan Regu di Bagian Gatur Lalu Lintas Kampus UIN Bandung . (Foto: Raihan Malik/BandungBergerak.id)

Penulis Raihan Malik15 Januari 2024


BandungBergerak.id - Seorang satpam di kampus UIN SGD Bandung mencuri perhatian warganet (netizen) TikTok. Sang satpam sempat melintas di media sosial berbagi video tersebut. Di luar kesohoran di TikTok, ia pria bersahaja, tulus dan serius menjalankan tugas, mencari nafkah sejak lulus SMP, dan kini berlabuh sebagai keamanan kampus.

Aji Nur Cahyadi, demikian nama Pak Satpam. Kawan-kawan mahasiswa ataupun warganet ada yang menyebutnya Bapak Viral atau Bapak Gemoy. Tugas Aji dibilang sederhana, tidak, dibilang berat iya juga; yaitu menyeberangkan mahasiswa dan kendaraan di jalan raya depan kampus yang super sibuk.

Selasa, 9 Januari 2024 lalu saya mengamati kerja pak satpam yang bersemangat menjalankan tugasnya. Kampus masih suasana libur semester, hanya satu dua mahasiswa yang datang. Namun Aji tetap siaga di pinggir jalan, waspada jika ada orang kampus yang hendak nyeberang.

Aji cermat mengatur alur lalu lintas, terutama saat ada kendaraan melintas atau mahasiswa hendak menyeberang. Ekspresi wajahnya penuh perhatian dan tanggung jawab, memberikan kesan bahwa sekecil apa pun tugas itu harus dikerjakan serius.

Pendengaran saya juga tertuju pada peluit yang selalu ditiup oleh Aji. Bukan tiupan peluit biasa. Tiupannya berusaha menyerupai irama musik yang ia nikmati melalui earphone. Nada yang sering ia mainkan dangdut atau sholawat.

Suasana di sekitar gerbang kampung terasa hidup dengan sentuhan musikal peluitnya, menciptakan atmosfer unik dan menarik. Keunikan lainnya, ia menjalankan tugas sambil belajar membuat konten di Tiktok.

Jauh sebelum terkenal di Tiktok, Aji telah menjalani profesi satpam selama 11 tahun. Kepada saya, Aji menuturkan beban tanggung jawab sebagai petugas keamanan tidak bisa dianggap sepele. Sebagai komandan regu lapangan, setiap hari ia ditugaskan untuk mengatur lalu lintas, menyeberangkan kendaraan, dan mahasiswa.

Saat ditanya mengenai momen berkesan di kampus, Aji menceritakan kisah viral yang tidak pernah ia duga-duga.

“Pertama kali saya menjadi viral, saya tidak menyangka. Teman-teman mahasiswa heboh dan menyebut saya ‘Bapak Viral’. Saya bahkan tidak tahu apa yang terjadi. Semuanya berawal dari video yang diambil saat saya meniup peluit. Mereka bilang viral karena peluit saya,” ucapnya.

Alasan di balik keputusannya aktif di media sosial khususnya Tiktok, ternyata merupakan kombinasi dari mencari tambahan penghasilan dan memberikan hiburan kepada orang.

“Saya suka memberikan hiburan, dan alhamdulillah, sedikit rezeki dari orang baik. Endorsement juga ada, meskipun masih baru dan saya masih belajar,” tuturnya, rendah hati.

Menurutnya, ia masih harus banyak belajar soal media sosial. Masih jauh dari seorang ahli.

“Saya  tidak ahli dalam mengelola TikTok. Awalnya, saya hanya melihat video orang, tetapi saya mulai membuat konten karena disuruh mahasiswa. Sekarang, saya rajin live dan membuat konten, meskipun saya belum memiliki pemahaman yang mendalam tentang aplikasi ini,” ujarnya.

Baca Juga: CERITA ORANG BANDUNG #69: Malam di Kedai Kopi John Ferdus
CERITA ORANG BANDUNG #70: Sisi Lain Juru Parkir dari Sosok Dudi Lesmana
CERITA ORANG BANDUNG #71 : Kisah Penjual Urap Jagung dari Cililin

Aji Nur Cahyadi, 33 tahun, warga Cinunuk, Kabupaten Bandung, Selasa, 9 Januari 2024 . Aji Komandan Regu di Bagian Gatur Lalu Lintas Kampus UIN SGD Bandung . (Foto: Raihan Malik/BandungBergerak.id)
Aji Nur Cahyadi, 33 tahun, warga Cinunuk, Kabupaten Bandung, Selasa, 9 Januari 2024 . Aji Komandan Regu di Bagian Gatur Lalu Lintas Kampus UIN SGD Bandung . (Foto: Raihan Malik/BandungBergerak.id)

Mencari Nafkah sejak Lulus SMP

Aji tak sungkan berbagi cerita tentang keluarganya. Tinggal di Cinunuk adalah pilihan hidupnya saat ini, setelah sebelumnya berdomisili di Ujung Berung. Hal ini terjadi karena ia telah menikah dengan seorang wanita yang berasal dari Cinunuk.

Bapak dua anak ini cukup malang melintang di dunia kerja. Ia sudah mulai bekerja begitu lulus di SMPN 1 Cileunyi. Kendala biaya menghalanginya untuk melanjutkan ke SMA. Ia kemudian bekerj sebagai tukang ojek. Dari tukang ojek, ia mengikuti pendidikan satpam pada 2011 di Lido, Bogor.

“Setelah lulus (pendidikan satpam) ke sini pada tahun 2012. Membuka kesempatan itu untuk saya. Sejak saat itu hingga kemudian saya menjadi Danru (Komandan Regu) di bagian gatur lalu lintas”, terang Aji.

Di luar aktivitasnya sebagai satpam yang rajin mengisi media sosial, Aji mengisi waktu kosongnya dengan kegiatan melatih grup marawis (perkusi). Tak hanya itu, dia juga terlibat dalam kegiatan dakwah. Setiap malam Minggu, Aji melatih ibu-ibu, sementara pada hari Minggu, waktunya ia curahkan untuk melatih anak-anak.

Meskipun namanya mulai dikenal di kampus dan dunia maya, Aji tetap dengan rutinitasnya sebagai satpam. Jadwal kerjanya seharusnya dimulai pukul 7 pagi hingga 4 sore, namun ia kerap datang lebih awal sekitar pukul 6 pagi, karena adanya kuliah di jam ke-0. Bagi Aji, jam kerja yang panjang bukan beban, melainkan menjadi kesempatan berharga untuk berkreasi dan memberikan hiburan kepada orang di sekitarnya.

Harapan Aji

Suatu hari, pernah mengalami pengalaman berbahaya. Peristiwa ini terjadi ketika mencoba menahan seorang mahasiswa yang tidak sabar saat hendak menyeberang dan akhirnya tertabrak oleh mobil. Berungtung, mahasiswa tersebut tidak luka serius.

Peristiwa tersebut memberikan pelajaran berharga untuk selalu berhati-hati. Aji menyampaikan ceritanya sambil merenung, menggambarkan kesan mendalam dari pengalaman tersebut.

Dalam perjalanan kariernya, Aji pernah menghadapi tantangan berat. Ia mengungkapkan bahwa ia pernah dipecat karena turut serta dalam unjuk rasa yang menuntut kenaikan upah. Meskipun demikian, kekuatan dan dukungan dari keluarga memberinya semangat untuk tetap maju. Akhirnya, setelah menikah, ia diterima kembali di tempat kerjanya saat ini.

Aji berkhidmat bahwa kebahagiaan tidak selalu datang dari kesuksesan materi. Pernah sukses dan punya uang, namun merasa hampa. Kebahagiaan sejati baginya saat berkumpul dengan orang-orang dan mendapatkan dukungan dari mereka.

Ke depan, Aji masih akan tetap sebagai satpam bersahaja, sambil memimpikan suatu hari ia bisa memulai usaha sendiri atau berwiraswasta. ”Saya ingin memberikan manfaat lebih bagi banyak lagi kepada keluarga dan masyarakat,” ujarnya dengan tekad.

*Kawan-kawan yang baik bisa menyimak tulisan-tulisan Cerita Orang Bandung Lainnya dalam tautan ini

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//