• Berita
  • Seperempat Abad Beside, Tur ke Jepang Bersama Rosemary

Seperempat Abad Beside, Tur ke Jepang Bersama Rosemary

Perjalanan panjang Beside dikisahkan dalam film dokumenter. Tragedi dan persoalan internal menempa band cadas dari Ujung Berung ini makin dewasa.

Band Beside saat konferensi pers Beside X Rosemary, Bring The Noise Japan Tour di Braga Sky, Bandung, Selasa, 16 Januari 2024. (Foto: Raihan Malik/ BandungBergerak.id)

Penulis Raihan Malik23 Januari 2024


BandungBergerak.id - Beside, band cadas ini sempat redup setelah tragedi AACC. Terus konsisten bermusik, kini band underground kelahiran Ujung Berung Bandung ini akan tur ke Jepang bersama band lokal lainnya, Rosemary. Di Jepang, konser bertajuk “Beside X Rosemary, Bring The Noise Japan Tour 2024” akan menghajar 7 panggung mulai 28 Januari-7 Februari 2024.

Sebelum berangkat ke Jepang, Atap Class bersama manajemen Beside merilis film “Timeless Diary of Beside”. Film ini sekaligus menjadi kado ulang tahun Beside yang keseperempat abad (26 tahun). Baik turnya ke Jepang maupun film dokumenternya sama-sama menarik.

Menurut Kimung yang menjadi produseri dan sutradara film bersama Pandoe Soenda Qallam, film “Timeless Diary of Beside” awalnya bagian dari program magang anak-anak SMKN 2 Garut yang bekerja sama dengan Atap Class. Pembuatan film diniatkan untuk kepentingan pendidikan. Selanjutnya, produksi film dilakukan Studio Amorfati SMKN 2 Garut dan Atap Class.

Produksi film ini dilatarbelakangi keinginan membangun narasi sejarah musik Bandung. Diharapkan kelahiran film ini bisa mendorong orang-orang muda untuk berkreasi dan mempublikasikan penelitian, kampanye, pengarsipan, dan pendokumentasian tentang seni musik. Terlebih, film Timeless Diary of Beside melibatkan generasi muda dari SMKN 2 Garut.

“Selamat ulang tahun ke-26 untuk Beside! Hajar terus jalanan! Juga, selamat ulang tahun juga untuk Beby Beside, kawan lama di Ujung Berung,” kata Kimung, saat konferensi pers “Beside X Rosemary, Bring The Noise Japan Tour 2024” dii Braga Sky, Bandung, Selasa, 16 Januari 2024.

Beby merupakan sebagai satu-satunya personel Beside yang bertahan dari awal berdiri band hingga sekarang. Kimung pernah ngeband bareng Beby di tahun 1994 melalui band The Sinerin.

“Entah kenapa saya selalu merasa punya ikatan yang kuat dengan Beby, terutama dari Ujung Berung. Bergerak bareng dan meski dinamika terjadi, kita tetap terkoneksi,” ucap Kimung.

Kimung sebenarnya sudah lama berniat menggarap film Beside sejak dikabari Beby yang ingin menulis buku tentang Beside yang waktu itu menginjak usia ke-20 tahun (2016). Di saat yang sama, Kimung sedang menulis buku Bandung Bawah Tanah.

“Meskipun berjanji, kondisi luar biasa dan kesibukan membuat itu terhambat. Hutang itu selalu mengganjal pikiran saya,” kata Kimung.

Maka, ketika Beside mengumumkan rencana konser ke Jepang untuk merayakan ulang tahun ke-26 tahun, Kimung menawarkan ide membuat film tersebut. Kebetulan, Kimung sedang menggarap filmnya dengan teman-teman di SMK 2 Garut.

“Saya menyadari bahwa ini bisa menjadi kado untuk Beside yang ke-26 tahun,” lanjut Kimung.

Beby, personel Beside lainnya, dan beberapa generasi menjadi narasumber film. Dalam tempo dua bulan, film ini pun rampung. Kimung berharap, film ini bisa masuk ke ranah festival internasional.

Dion Ardiansyah, salah seorang siswa SMKN 2 Garut yang terlibat pembuatan film menimpali, banyak kendala yang dihadapi selama penggarapan film Beside. Kesulitan dimulai dari judul sampai tahap editing.

"Pertama rencananya mau (judul) My Diary Black, terus pak Kimung ngasih masukan lagi ada lagu dari Beside "Timeless Dead", terus disatuin Timeless sama Diary jadi "Timeless Diary of Beside". Jadi, Catatan Abadi Beside," tambah Dion Ardiansyah.

Bertahan Seperempat Abad

Perjalanan band yang berdiri tahun 1997 ini tak mulus, bahkan penuh aral melintang. Didera pergantian personel terus menerus, kegamangan, hingga puncaknya digodam Tragedi AACC.

Pada 9 Februari 2008 malam, Beside meluncurkan album baru di Gedung Asia Africa Cultural Center atau AAC, sekarang De Majestic, di Jalan Braga, Kota Bandung. Namun acara yang mestinya sukacita ini berbuah tragedi. Sepuluh orang remaja, belakangan bertambah menjadi sebelas orang, meregang nyawa, dengan beberapa yang lain luka-luka, karena terinjak-injak dan kehabisan napas dalam sebuah kepanikan massal.

Insiden yang dikenal dengan istilah Sabtu Kelabu atau Tragedi AACC ini merupakan luka besar yang berdampak panjang pada jagat musik Bandung. Koran Pikiran Rakyat edisi 10 Februari 2008 menurunkan tiga reportase di halaman pertamanya. Berita utama berjudul “Peluncuran Album Grup Metal “Beside”: 10 Penonton Konser Tewas”, dilengkapi sebuah foto horor yang menampilkan jejeran jenazah yang diletakkan di atas lantai, dikerubuti orang, termasuk para pewarta yang mengambil gambar.

Selama itu, Bandung dikenal sebagai tempatnya komunitas musik underground. Namun kota ini juga tak memiliki gedung konser yang ramah bagi para pegiat musik bawah tanah tersebut. Sampai sekarang, sulit untuk mencari ruang pertunjukan musik subkultur ini.

Luka-luka itu menempa Beside menjadi semakin kuat dari waktu ke waktu. Perlahan Beside menuju pentas global seperti rencana konser ke Jepang ini. Meski demikian, mereka tetap berusaha rendah hati dan bangga menyebut diri band Ujung Berung, daerah di Bandung timur yang menjadi basis musik metal.

Beby menuturkan, membentuk sebuah band memang mudah, tetapi mempertahankan harmoni di dalamnya jauh lebih sulit. Pada skala 1-10, kemampuan untuk menjaga hubungan baik di dalam band sangat krusial.

“Idealisme tentu hadir, namun tantangannya adalah membuat 4 atau 5 individu di band memahami dan menikmati keunikan masing-masing. Dalam situasi sulit atau tidak, perlu adanya kesepahaman dan musyawarah. Idealisme, sebagai bagian dari diri setiap individu, menjadi kunci agar semua anggota band dapat merasakan bahwa mereka benar-benar menjadi satu kesatuan. Kesempurnaan hanyalah milik gusti Allah,” kata Beby.

Penggbuk drum Beside ini menjelaskan, geografis Bandung yang kecil menciptakan komunitas musik yang solid. Dalam permasalahan band, seperti naik turun dan keberlanjutannya, tergantung pada kekompakan dan chemistry antara personel. Beby menyebut band yang memiliki personel orang Bandung memiliki gaya hidup, sikap legowo, dan rendah hati yang berbeda, yang membutuhkan pendekatan khusus.

“Kota yang kalem ini membantu mengatasi kesedihan dan kehilangan mood dengan cepat, mempertahankan semangat. Menunjukkan bahwa kunci bertahan di Bandung adalah bersosialisasi, mencari ilmu, dan berkomunikasi secara terbuka,” katanya.

Band Beside dan band Rosemary saat konferensi pers tentang konser di Jepang, Bandung, Selasa, 16 Januari 2024. (Foto: Raihan Malik/ BandungBergerak.id)
Band Beside dan band Rosemary saat konferensi pers tentang konser di Jepang, Bandung, Selasa, 16 Januari 2024. (Foto: Raihan Malik/ BandungBergerak.id)

Menghentak Jepang

Beside dan Rosemary akan tur ke Jepang pada tanggal 28 Januari hingga 7 Februari 2024 dalam konser bertajuk “Beside X Rosemary, Bring The Noise Japan Tour 2024”. Mereka akan menghajar 7 panggung di antaranya di Nagoya – 28 Januari 28 (Imake Grow), Nagoya – 29 Januari (Upset), Shizuoka – 31 januari (So-gen), Nakano – 21 Februari (Moonstep), Shibuya – 5 Februari (Cyclone), Yokohama – 6 Februari (Bbstreet) dan Shinjuku- 7 Februari (Aantiknock).

“Akhirnya dengan segala keterbatasan apa pun gitu kan, baik itu masalah finansial dan yang lain–lain terjawab kita bisa pergi ke Jepang, alhamdulillah,” kata Beby.

Fajar Rosemary ikut menimbrung. Bandnya memiliki kesamaan dengan Beside. Fajar menyebut, band yang mencapai usia 26 tahun seperti Beside telah melewati tantangan yang tidak mudah.

Tadinya Rosemary dan Beside akan melawat ke 13 titik di Jepang. Namun karena segala keterbatasan, akhirnya diputuskan bahwa konser akan berlangsung di 7 titik. “Dari Nagoya sampai Tokyo,” kata Fajar. Dari tur ke negeri sakura ini diharapkan melahirkan karya-karya baru, seperti video klip.

*Kawan-kawan dapat membaca lebih lanjut tulisan Raihan Malik, atau artikel lain tentang Musik Kota Bandung

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//