• Kolom
  • BIOGRAFI JACOB ROELOF DE VRIES 1847-1915 #16: Meninggal Dunia di Hilversum

BIOGRAFI JACOB ROELOF DE VRIES 1847-1915 #16: Meninggal Dunia di Hilversum

Lima tahun setelah bermukim di Belanda, J.R. de Vries meninggal dunia pada 26 Desember 1915 di Hilversum, kota di Provinsi Noord Holland.

Atep Kurnia

Peminat literasi dan budaya Sunda

Pengumuman keluarga J.R. de Vries yang akan menumpang Kapal Laut Koningin der Nederlanden dan surat kuasa kepada E.A. de Vries dan A.L.J. de Vries. (Sumber: De Preanger-bode, 21 September 1911)

13 Februari 2024


BandungBergerak.id – Memang setelah kepergian ke Belanda tahun 1911, keluarga J.R. de Vries sempat kembali ke Hindia. Hal ini terbukti dari kabar-kabar bahwa J.R. de Vries dan istri beserta tiga orang anak menumpang kapal laut dari Batavia ke Amsterdam pada 21 September 1911. Peristiwa sebelumnya berupa lelang barang-barang miliknya di Bandung, termasuk rumahnya di Nieuw Merdika No. 5.

Dalam Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie (20 Mei 1911) dan Bataviaasch Nieuwsblad (27 Mei 1911) diwartakan karena akan berangkat ke Eropa (“Wegens vertrek naar Europa”) rumah terkenal milik J.R. de Vries yang ada di Nieuw Merdika No. 5, Bandung, akan dijual. Rumahnya memang terbilang lengkap dan mewah, terdiri atas enam ruang besar, di paviliunnya ada enam kamar. Ada kamar pelayan, kamar mandi, dua toilet, istal, garasi mobil, taman indah, lapangan tenis, dan lain-lain.

Lelang tempat tinggal J.R. de Vries itu terjadi sekitar empat bulan sebelum berangkat ke Belanda. Agaknya hingga Juni 1911, rumah tersebut masih belum laku, karena dalam De Preanger-bode edisi 14 Juni 1911, nama J.R. de Vries masih tercatat sebagai pihak yang akan melelangkan barangnya dan akan kedaluwarsa pada Juni 1911 (“Vervaldagen in Juni”).

Dua hari menjelang keberangkatan, 19 September 1911, ia mengumumkan bahwa dirinya dan keluarganya akan berangkat menumpang Kapal Laut Koningin der Nederlanden. Pada hari yang sama, ia memberi kuasa atau mewakilkan kepentingannya di Bandung kepada E.A. de Vries dan A.L.J. de Vries, karena akan meninggalkan Jawa (“De ondergetekeende verlaat Java”). Surat kuasa tersebut dibuat di hadapan notaris P. Vellema, dengan nomor 28 dan 29 tanggal 19 September 1911 (De Preanger-bode, 21 September 1911).

E.A. de Vries adalah Ernst Antoine de Vries (1882-1933) dan A.L.J. de Vries adalah Alphons Louis Julius de Vries (1885-1936). Keduanya anak J.R. de Vries dari istrinya yang pertama, Levina Emma Margaretha Mutter (1855-1893), yang meninggal secara tiba-tiba pada 23 Juli 1893 (Java-bode, 24 Juli 1893). Dengan demikian, kedua anak tersebut tidak mengikuti ayahnya pulang ke Belanda.

Baca Juga: BIOGRAFI JACOB ROELOF DE VRIES 1847-1915 #13: Marten Klass de Vries, Keponakan Kepercayaan
BIOGRAFI JACOB ROELOF DE VRIES 1847-1915 #14: Komite Dana Pemakaman, Taman Bacaan Rakyat, dan Frobelschool
BIOGRAFI JACOB ROELOF DE VRIES 1847-1915 #15: Tetap Berkecimpung di Dunia Perkebunan

Pulang Bersama Tiga Anak

Kepergian J.R. de Vries sekeluarga banyak dicatat oleh koran. Di antaranya Sumatra-bode (18 September 1911) dan De Preanger-bode (22 September 1911). Di dua surat kabar itu disebutkan mereka menumpang Kapal Koningin der Nederlanden pada 21 September 1911 dari Batavia dengan jurusan Amsterdam. Mengenai J.R. de Vries dikatakan “J.R de Vries echtg en 3 kind” yang berarti ia berangkat bersama istri dan tiga orang anaknya.

Istrinya Emma Charlotte Ploem (1873-1928), yang berayah pengusaha bernama Charles Eduard Ploem (1849-1909) dan beribu Jans Carli atau Jansje Carli. Emma dilahirkan pada 10 Desember 1873 di Bandung. Sebelum menikah dengan J.R. de Vries, Emma menikah dengan Friedrich Franz Albert Klein (1865-1898), yang meninggal pada 26 Maret 1898 (De Preanger-bode, 28 Maret 1898). Mereka mempunyai anak Louise Charlotte Klein (kelahiran Bandung, 13 Februari 1895), Emma Amanda Klein (Bandung, 10 Maret 1896), dan Friedrich Franz Albert Klein junior (Bandung, 8 April 1898).

Dengan status duda dan janda, pada 3 Oktober 1901, J.R. de Vries bertunangan dengan Emma Ploem (De Preanger-bode, 4 Oktober 1901). Mereka merayakan pernikahannya pada 15 November 1901 (De Preanger-bode, 30 Oktober 1901). Anak pertama mereka lahir di Merdika, Bandung, pada 5 Februari 1903 dan diberi nama Max Herman de Vries (De Preanger-bode, 7 Februari 1901). Mereka dikaruniai anak laki-laki lagi bernama Leo de Vries pada 12 September 1906. Di sisi lain, anak J.R. de Vries yang lain, E.A. de Vries melangsungkan pernikahan dengan Greta de Vries pada 15 November 1906 (De Preanger-bode, 23 Oktober 1910).

Dengan demikian, bila memperkirakan umurnya, bisa jadi yang disebut “3 kind” atau tiga anak yang dibawa oleh J.R. de Vries dan E.C. Ploem pada 21 September 1911 adalah Friedrich Franz Albert Klein junior yang berumur 13 tahun, Max Herman de Vries yang berumur 10 tahun, dan Leo de Vries yang baru berumur lima tahun. Yang terang, Kapal Laut Koningin der Nederlanden yang dinakhodai P. Ouwehand itu baru mencapai Genoa, Italia, pada 23 Oktober 1911 (De Nieuwe Courant, 26 Oktober 1911).

Setiba di Belanda, J.R. de Vries tidak diam. Sebulan kurang kemudian, dia bersama rekan bisnisnya, J. Vorstelman dan J. Louet Feisser, mendirikan N.V. Cultuur Maatschappij Goenoeng Satria pada 18 November 1911. Perusahaan yang bergerak di bidang konsesi lahan untuk perkebunan itu diresmikan melalui Koninklijke Bewilliging tanggal 13 December 1911 dan dicatat dalam Staatscourant van 11 Januari 1912, No. 8.

Lokasi perkebunannya ada di Garut. Ketika perkebunan itu diambil alih, luasnya terdiri atas 7 bahu. Dari area yang sudah dibersihkan tetapi belum ditanami, pada Januari 1912 seluas 154 bahu ditanami teh. Selanjutnya, 182 bahu dibersihkan dan ditanami teh pada Desember 1912. Total keseluruhan perkebunan itu seluas 406 bahu. Sementara untuk bangunan, termasuk pabrik dan bagian yang tidak ditanami seluas 66 bahu. Total luasnya 472 bahu. Pabrik teh direncanakan dioperasikan pada paruh kedua 1913. Untuk melihat kemajuan perkebunan, pada akhir 1912, J.R. de Vries dan J. Louet Feisser berkunjung ke Garut. Pada saat ambil alih perkebunan, yang dipercaya menjadi administraturnya adalah anak J.R. de Vries, E.A. de Vries, dan komisarisnya A. Bertling (De Indische Mercuur No. 3, 1912, dan No. 24, 1913).

Menurut De Preanger-bode (19 September 1914), baik E.A. de Vries dan A.L.J. de Vries, kedua anak J.R. de Vries, aktif di dunia perkebunan. Hingga saat itu, E.A. de Vries yang menjadi administratur Goenoeng Satria diangkat menjadi administratur Panglipoergalih, karena saudaranya A.L.J. de Vries yang semula menjadi administratur Panglipoergalih cuti ke Belanda. Posisi administratur Goenoeng Satria yang kosong diisi Jhr. J. Harmen de Boer, yang semula administatur di perkebunan Sedep.

Berita kematian J.R. de Vries yang diumumkan A.E. de Vries. (Sumber: De Preanger-bode, 28 Desember 1915)
Berita kematian J.R. de Vries yang diumumkan A.E. de Vries. (Sumber: De Preanger-bode, 28 Desember 1915)

Meninggalnya Sosok Pejuang

Lima tahun setelah bermukim di Belanda, J.R. de Vries meninggal dunia pada 26 Desember 1915 di Hilversum, kota di Provinsi Noord Holland. Di Hindia Belanda, berita kematiannya disiarkan E.A. de Vries pada 28 Desember 1915, melalui De Preanger-bode edisi 28 Desember 1915. Di situ dia menyatakan hari ini menerima kabar telegraf dari Hilversum bahwa ayahnya tercinta, J.R. de Vries, telah meninggal dunia pada 26 Desember 1916. Hal yang sama ia siarkan dalam Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie edisi 29 Desember 1915.

Pada edisi yang sama, De Preanger-bode memuat obituari J.R. de Vries. Di dalam koran yang didirikannya pada 1896 itu dikatakan bahwa hari ini telah menerima kabar kematian J.R. de Vries pada hari Minggu di Hilversum. De Vries dikatakan sebagai orang Bandung tertua (“de oudste Bandoenger”) yang menyaksikan perkembangan Bandung sekaligus menjadi motor penggerak sejarahnya. Dia pendiri Warenhuis De Vries dan menjadi perintis di berbagai area. Dia pendiri Preanger Telephoon, perintis percetakan yang mencetak De Preangerbode. Minat utamanya dunia budidaya, terutama budidaya kina. Preanger Wedloop Societeit (PWS) mengakuinya sebagai anggota kehormatan menjelang kepulangannya ke Eropa. Di Javasche Bank dia sempat menjadi komisaris.

PWS sebagai organisasi penggemar pacuan kuda di Priangan memperingati kematian J.R. de Vries sebagai “erelid der vereeniging” atau anggota kehormatan PWS pada malam 10 Januari 1916. F.J. Soesman yang menjadi ketua PWS membuka pertemuan dan memperingati kematian J.R. de Vries (De Preanger-bode, 11 Januari 1916).

Di Belanda, Emma Charlotte Ploem atau Nyonya J.R. de Vries-Ploem, menulis dari Hilversum pada Februari dan dimuat dalam Algemeen Handelsblad edisi 23 Februari 1916. Ia menyatakan rasa terima kasihnya pada ungkapan simpati atas kematian suami, ayah, kakek dan ayah sambung tercinta, J.R. de Vries.

Di sisi lain, para “saudaranya” dari kalangan Freemason memuat obituari J.R. de Vries dalam Mac?onniek Weekblad No. 65 (1916: 24-26). Di situ antara lain dikatakan pada 26 Desember 1915, setelah lama sakit tetapi ditanggung dengan kesabaran, “Saudara” J.R. de Vries meninggal dunia. Umurnya banyak dihabiskan di Hindia, pada perkebunan Panglipoergalih di Bandung, tempat dia aktif ambil bagian dalam kehidupan loji.

Pemakaman jenazah J.R. de Vries dilakukan di Hilversum pada 30 Desember 1915 dan dihadiri keluarga, kerabat, pihak terkait, dan banyak anggota sesama freemason. Sebelum jasadnya diturunkan ke liang lahat, atas konsultasi K. Westerling dengan Van Vuure (directeur der begrafenisvereeniging) dilakukan penyampaian sambutan. Mula-mula yang berbicara Kampschuur dari Leiden yang sangat kenal dengan J.R. de Vries saat di Bandung. Disusul Vorstelman yang menilai sosok J.R. de Vries sebagai sosok yang mandiri, yang harus memulai dari keadaan sulit, berjuang keras dan meninggalkan Hindia dalam keadaan yang menyenangkan.

Menurut Vorstelman, J.R. de Vries terkenal dengan integritas, energi dan kekuatan kerjanya. Di ujung sambutannya, Vorstelman mengatakan, “Ketika kabar kematianmu mencapai Bandung, banyak orang yang akan mengingatmu dengan rasa kasih dan syukur, dan apa yang telah kau lakukan untuk Bandung takkan mudah terlupakan” (“Als het bericht van Uw overlijden te Bandoeng komt, zal menigeen zicli U in liefde en dankbaarheid herinneren, en datgene, wat gij voor Bandoeng gedaan hebt, zal niet licht worden vergeten”).

* Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Atep Kurnia, atau artikel-artikel lainnya tentang sejarah.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//