• Kampus
  • Peta Sambaran Petir di Bandung Raya, Dua Mahasiswa Unpad Menjadi Korbannya

Peta Sambaran Petir di Bandung Raya, Dua Mahasiswa Unpad Menjadi Korbannya

Secara umum kecamatan-kecamatan di utara Bandung Raya memiliki risiko tinggi sambaran petir. Waspada bencana sambaran petir perlu ditingkatkan ketika musim hujan.

Awan hitam di atas Jalan Layang Pasteur Surapati (Pasupati) yang melintasi Kecamatan Sukajadi, Kota Bandung, 26 Februari 2021. (Foto: Iqbal Kusumadirezza/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana29 Februari 2024


BandungBergerak.idKejadian tragis menimpa dua mahasiswa Fakultas Teknik Geologi (FTG) Universitas Padjadjaran (Unpad) Mitzelion Rayi Adimastya Putra (Mitzel) dan Bangkit Alyuda Prasetyo Jumat malam, 23 Februari 2024 lalu. Keduanya meninggal di daerah Batu Kuda, Kabupaten Bandung karena tersambar petir.

Sejumlah daerah di Bandung Raya memang memiliki tingkat kerawanan sambaran petir. Sebuah riset menyebutkan, wilayah utara Bandung Raya memiliki tingkat kerawanan sambaran peting paling tinggi. Semakin ke selatan, risiko sambaran petir berada dalam kategori rendah.

Dalam siaran pers yang diterima bandungbergerak.id, kedua mahasiswa Unpad angkatan 2021 dan 2022 mengalami nasib nahas saat melakukan camping mandiri di kawasan yang masuk wilayah Bandung utara tersebut. Mereka camping bersama teman-temannya satu fakultas di lokasi perkemahan Batu Kuda kaki Gunung Manglayang Cibiru Wetan, Cileunyi, Kabupaten Bandung.

Menurut penuturan teman korban yang ikut dalam kegiatan camping mandiri, Azisya Chantika Marton (angkatan 2021), sekitar pukul 16.30 mahasiswa berangkat menuju lokasi Batu Kuda dan sampai sekitar jam 17.00 WIB. Saat perjalanan menuju camp cuaca tidak cerah dan tidak juga mendung, sesampai di tempat camp langsung mendirikan camp, menyalakan api agar dapat menghangatkan badan, dan membuat makanan.

Tidak lama dari itu hujan mulai turun, khawatir keselamatan Mitzel dan beberapa temannya mengambil keputusan untuk segera bergerak semua ke camp di bawah (Batu Kuda). Di saat akan melakukan pergerakan mengambil alat, langit terang dan petir menyambar hingga api unggun yang ada pada camp tersebut padam.

Mitzel dan Bangkit sudah terbaring, sedangkan Adinda juga tiba-tiba menjerit karena katanya kakinya kena sambar oleh petir jadi tidak bisa dirasakan. Teman-temannya yang selamat langsung segera mencari pertolongan ke bawah dan diperjalanan bertemu dengan teman-temannya yang akan naik atas.

Setelah sampai ke basecamp bawah (Batu Kuda) pihak basecamp membawa tandu untuk mengevakuasi para korban. Selama menunggu penanduan ada tim yang berusaha melakukan CPR untuk pertolongan pertama. Setelah kejadian tersebut mereka langsung membawa ketiga korban ke Rumah Sakit AMC. Setibanya di rumah sakit Mitzel dan Bangkit sudah meninggal sedangkan Adinda mendapatkan perawatan secara intensif.

Pada hari Sabtu dini hari (pukul 02.00 WIB) Manajer Pembelajaran, Kemahasiswaan dan Alumni FTG Reza Moh Ganjar mendapatkan kabar insiden ini kemudian berkoordinasi beberapa dosen. Kedua jenazah kemudian menjalani proses pelepasan dari Unpad. Jenazah Mitzel dibawah pihak keluarga ke tempat tinggalnya di Cibubur untuk dimakamkan. Jenazah diberangkatan ke Padang.

“Segenap keluarga besar Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran berduka atas kehilangan besar ini dan berkomitmen untuk memberikan dukungan yang diperlukan kepada keluarga kedua mahasiswa dalam proses berduka,” demikian pernyataan resmi Unpad.

Baca Juga: Sampah Sungai Ciliwung tak Habis-habisnya
Haruskah Mahasiswa Indonesia Terjerat Pinjol Uang Kuliah seperti di Amerika Serikat?
Suhu Politik Pilpres 2024 Menjalar ke Kampus-kampus, Kebebasan Akademik Mesti Dijunjung Tinggi

Peta sambaran petir Bandung Raya. (Sumber: Erwan Susanto dalam jurnal Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika Departemen Fisika FMIPA Unpad)
Peta sambaran petir Bandung Raya. (Sumber: Erwan Susanto dalam jurnal Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika Departemen Fisika FMIPA Unpad)

Peta Sambaran Petir Bandung Raya

Riset tentang daerah rawan sambaran petir di Bandung Raya dilakukan Erwan Susanto dalam jurnal “Penentuan Daerah Rawan Bencana Sambaran Petir di Wilayah Kabupaten dan Kota Bandung, Jawa Barat” yang terbit Jurnal Ilmu dan Inovasi Fisika (JIIF) Departemen Fisika FMIPA Unpad.

Erwan Susanto menjelaskan, secara ilmiah petir adalah salah satu peristiwa alam, berupa pelepasan muatan listrik dengan arus yang cukup tinggi dan bersifat transient (singkat) yang terjadi diatmosfer. Penyebabnya adalah berkumpulnya ion bebas bermuatan positif (+) dan negatif (-) di atmosfer khususnya di awan Cumulonimbus (CB). Ion listrik tersebut dihasilkan oleh gesekan antara partikel uap air di awan. Kejadian ionosasi ini juga disebabkan oleh perubahan bentuk air mulai dari cair menjadi gas atau sebaliknya, bahkan padat (es) menjadi cair.

Petir terdiri dari beberapa jenis, tetapi petir dari awan ke tanah (Cloud to Ground/ CG)-lah yang paling berbagaya. Petir jenis CG adalah jenis petir yang langsung bersinggungan dengan aktivitas manusia.

Erwan Susanto kemudian memaparkan data petir tipe CG selama tahun 2017 yang tercatat pada alat Lightning Detector Stasiun Geofisika Kelas 1 Bandung, serta data data luas wilayah per kecamatan di Kabupaten dan Kota Bandung dari Badan Informasi Geospasial (BIG).

Erwan lalu menentukan nilai kerapatan petir, karena semakin tinggi nilai kerapatan petir maka akan semakin rawan daerah tersebut. Kerapatan sambaran petir diperoleh dengan cara membagi jumlah sambaran dalam satu kecamatan dengan luas wilayahnya.

Nilai kerapatan sambaran petir selanjutnya dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu rendah (41 sambaran petir per km²), sedang (41 sampai 82 sambaran petir per km²), dan tinggi (82 sambaran petir per km²).

“Daerah yang dikatakan rawan adalah daerah yang mempunyai tingkat kerapatan sambaran petir tinggi. Daerah yang rawan terhadap bencana sambaran petir harus diwaspadai jika akan terjadi petir. Setelah dilakukan perhitungan dan dikategorikan tingkatannya selanjutnya dibuat ke dalam peta,” papar Erwan Susanto yang diakses dari jurnal, Kamis, 29 Februari 2024. 

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di wilayah kabupaten dan kota Bandung terdapat 51 kecamamatan memiliki kerapatan sambaran petir rendah, 12 kecamatan memiliki kerapatan sambaran petir sedang, dan 4 kecamataan memiliki kerapatan sambaran petir tinggi.

Kecamatan dengan kerapatan sambaran petir tinggi adalah Lembang dengan kerapatan sambaran petir 109 sambaran per km², Kecamatan Cisarua 154 sambaran per km², Kecamatan Cipeundeuy 187 sambaran per km², dan Kecamatan Cikalong Wetan 249 sambaran per km².

“Hal tersebut dapat diartikan bahwa 4 kecamatan di wilayah Kabupaten dan Kota Bandung rawan terhadap bencana sanbaran petir yaitu Kecamatan Lembang, Cisarua, Cipeundeuy dan Cikalong Wetan,” terang Erwan.

Kecamatan dengan nilai kerapatan sambaran petir paling tinggi adalah Kecamatan Cikalong Wetan dengan 249 sambaran per km². Erwan mengingatkan warga yang tinggal di daerah rawan terhadap bencana sambaran petir harus selalu waspada dan mengantisipasinya.

*Kawan-kawan bisa mengakses berita-berita tentang mahasiswa dalam tautan berikut ini

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//