BANDUNG HARI INI: Peresmian ITB, Pertama Kali Didirikan di Tegalan dan Sawah
Pembangunan ITB (Techniche Hoogeschool to Bandoeng) dilatarbelakangi politik etis Belanda. Dinasionalisasi setelah Indonesia merdeka.
Penulis Muhammad Akmal Firmansyah2 Maret 2024
BandungBergerak.id – Hari ini, bertepatan dengan 2 Maret 1959, Presiden Sukarno meresmikan de Techniche Hoogeschool to Bandoeng (TH) menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB). Perubahan nama TH menjadi ITB merupakan bentuk nasionalisasi setelah Indonesia lepas dari belenggu penjajahan Belanda dan Jepang.
ITB diresmikan sesuai dengan Undang-undang Darurat No.7 tahun 1950 yang mewajibkan Menteri PP dan K untuk menasionalisasi perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh kolonial. ITB diharapkan menopang pembangunan karena kurangnya tenaga ahli dan tenaga pimpinan di Indonesia.
“Perkembangan ilmu pengetahuan khususnya teknik, ilmu pasti, dan ilmu alam sangat pesat, maka diperlukan badan yang menjamin kemajuan ilmu-ilmu tersebut. Untuk itu perlu didirikan perguruan tinggi yang terdiri atas fakultas-fakultas yang sejenis, yaitu institut yang setingkat dengan universitas,” tulis Suradi, Mardanas, Safwan, dkk dalam Sejarah Pemikiran Pendidikan dan Kebudayaan (1986), diakses Sabtu 2 Maret 2024.
Peresmian oleh Sukarno dilakukan dalam suasana penuh dinamika mengemban misi pengabdian ilmu pengetahuan dan teknologi. Dilansir dari web resmi ITB, di masa kependudukan Jepang 1944-1945 ITB sempat bernama Bandung Kogyo Daigaku (BKD) dan tergabung dalam Sekolah Tinggi Teknik (STT) Bandung saat masa kemerdekaan.
“Pada 21 Juni 1946, terjadi perubahan nama menjadi Universiteit van Indonesie di bawah kendali NICA dengan Faculteit van Technische Wetenschap dan Faculteit van Exacte Wetenschap berdiri kemudian,” demikian keterangan resmi ITB.
Masa-masa itu, Institut Teknologi di Bandung terdiri dari tiga departemen yaitu Departemen Ilmu Teknik, Departemen Ilmu Pasti dan Alam, dan Departemen Ilmu Kimia dan Hayat.
Sejarah Techniche Hoogeschool to Bandoeng (THB)
Kini usia sekolah tinggi berlogo gajah ganesha ini sudah melewati satu abad lebih, nun jauh sebelum kita lahir. Buku Sembilan Puluhan Tahun Pendidikan Tinggi Teknik (2011) yang disusun Prof Hasanuddin, dkk, menyebutkan, THB didirikan di atas tanah yang membentang dari Cikapundung sampai Jalan Dago. Lahan ini awalnya hanya tegalan dan sawah.
“Pada sebidang tegal yang hanya bisa dicapai melalui pematang sawah yang sempit, ditanamlah empat pohon beringin oleh empat gadis berbagai bangsa, di tengah dataran tempat kompleks bangunan THB yang akan didirikan,” tulis Prof Hasanuddin, dkk.
Upacara penyerahan tanah dilakukan dari Dewan Kotamadya Bandung kepada J.W Ijzerman sebagai Ketua Koninkjilk Instituut Voor Hoger Techinisch Onderwisj (pimpinan komisi perguruan tinggi Hindia Belanda), Sabtu, 3 Juli 1920. Gubernur Jendral J. P. Graaf Limburg Stirum merestui pembukaan sekolah teknik Technisch Hoogeschool (TH).
Untuk diketahui, tahun 1910 Hindia-Belanda menilai bahwa banyak kalangan orang Belanda dan Indonesia belum matang untuk memiliki perguruan tinggi. Kemudian, dibentuk dewan komisi pada tahun 1913.
Perang dunia pertama mengubah pikiran beberapa kalangan orang Belanda dan orang Indonesia. “Kaum pengusaha perkebunan bangsa Eropa yang semula menantang, kini mengubah sikapnya menjadi pendukung yang gigih bagi pendirian perguruan tinggi di Indonesia,” terang Prof Hasanuddin, dkk.
Pada 3 Mei 1917, beberapa kalangan pengusaha dan saudagar berkumpul di Amsterdam yang mendorong agar bisa didirikan universitas di Indonesia. Singkat cerita, 8 Maret 1919 ditunjuk Prof Ir.J. Klopper, Guru Besar Ilmu Pasti Terapan dan Mekanika di TH Deflt merencanakan penyusunan universitas di Indonesia.
Saat di Indonesia, pada 19 April 1919, Klopper dan Ijezerman belum mempertimbangkan di mana didirikan pendidikan teknik ini.
“Wali Kota Bandung, B Coops menyatakan dengan tegas kotanya bersedia menerima sekolah tinggi itu dan secara nyata pula menyebutkan tanah yang diberikan untuk itu, yaitu sebuah dataran tinggi yang sejuk udaranya di Bandung Utara dengan pemadangan yang indah,” jelasnya.
Bambang Irawan Soemarwoto dalam buku Satu Abad Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia, Menuju Masa Depan Indonesia (2020) mengatakan, pendirian TH Bandoeng memang bagian dari produk politik etis.
“THB penting untuk modernisasi dan pertumbuhan kapital tanah jajahan, yang membawa manfaat kepada bangsa kolonial maupun bangsa pribumi yang terjajah saat itu,” jelas Bambang.
Baca Juga: BANDUNG HARI INI: 14 Tahun Sabtu Kelabu atau Tragedi AACC, Luka Besar Jagat Musik Bandung
BANDUNG HARI INI: G30S Meletus di Jakarta, Situasi Sepi yang Ganjil di Kota Kembang
BANDUNG HARI INI: Hoaks Pemukulan Ratna Sarumpaet, Mewaspadai Kabar Bohong di Tahun Politik
Peran Ijzerman
Komunitas Aleut! mencatat peran penting Ijzerman dalam pendirian THB. Di laman resminya, Komunitas Aleut! menjelaskan Ijzerman adalah seorang insinyur, arsitek, arkeolog, dan akademisi.
“Semuanya terangkum dalam diri seorang Dr. J. W. Ijzerman (1851-1932), perintis pembangunan jalur kereta api di Hindia Belanda, serta pimpinan komisi perguruan tinggi Hindia Belanda yang mendirikan Technische Hogeschool (ITB),” terang Komunitas Aleut!
Komunitas Aleut! menjelaskan, berlatar belakang pendidikan militer Breda, Ijzerman memulai kariernya di Hindia Belanda sebagai staf peneliti bagi kemungkinan pendirian jalur kereta api di Sumatera. Tugasnya dilakukan dengan perjuangan berat mengingat ganasnya medan hutan Sumatera saat itu. Kemampuannya yang tinggi membuatnya dikenal sebagai insniyur paling berpengaruh di bidang perkeretaapian yang tengah dirintis di akhir abad ke-19.
“Pada pertengahan 1878 Ijzerman diangkat sebagai insinyur yang menangani proyek pembuatan jalur Bogor-Bandung-Cicalengka. Salah satu karyannya adalah Stasiun Bandung (lama) yang didesain oleh dirinya,” tulis Komunitas Aleut!.
Pada tanggal 30 Mei 1917, lanjut Komunitas Aleut!, didirikanlah komite sekolah tinggi teknik di Hindia Belanda yang diketuai Dr. C.J.K. van Aalst, yang kemudian diganti oleh J.W. Ijzerman. Tugasnya antara lain mengumpulkan dana untuk pendirian sekolah tinggi teknik di Hindia Belanda.
Selanjutnya, Komunitas Aleut! mencatat, dalam pertemuan di Batavia pada bulan Mei 1919 ditetapkan bahwa Perguruan Teknik itu akan bernama “Technische Hogeschool”. Ijzerman sempat dihadapkan pada pilihan Solo, Yogyakarta, Jakarta atau Bandung sebagai lokasi sekolah. Walikota Bandung B. Coops lantas menyatakan bersedia memberikan sebidang lokasi di Bandung Utara seluas 30 hektare terletak di antara Cikapundung dan Dago untuk ditempati sekolah tersebut.
“Ijzerman menyetujui usul itu, didukung oleh Gubernur jenderal Mr. J. P. Graaf Limburg Stirum,” terang Komunitas Aleut!.
Untuk mengenang jasa-jasanya dalam pendirian sekolah tinggi di Bandung, Prof. Odé merancang suatu taman di selatan TH (ITB) yang dinamai Ijzerman-park, dan sekarang bernama taman Ganesha. Sebuah patung dada Ijzerman sempat bertengger di utara taman itu sebelum kemudian dicopot di zaman Jepang. Patung tersebut saat ini tersimpan di gedung rektorat ITB.
*Kawan-kawan dapat menikmati karya-karya lain Muhammad Akmal Firmansyah, atau juga artikel-artikel lain tentang Bandung Hari Ini