Kenangan Mang Ihin di Zaman Revolusi dan Amanat Menyelamatkan Sungai Citarum
Solihin GP, biasa dipanggil Mang Ihin, berpulang. Berjuang sejak zaman revolusi, tetap memperhatikan masalah lingkungan ketika pensiun.
Penulis Iman Herdiana5 Maret 2024
BandungBergerak.id - Solihin Gautama Purwanegara atau akrab dikenal Solihin GP, juga biasa dipanggil Mang Ihin, berpulang, Selasa, 5 Maret 2024. Mang Ihin merupakan pejuang di masa revolusi dengan pangkat terakhir letnan jenderal. Mantan Gubernur Jawa Barat (1970-1974) ini lahir dari keluarga bangsawan, dinilai sebagai tokoh yang ramah, murah senyum, dan suka berkelakar.
“Saya bisa lulus karena ke sekolah membawa pistol dan granat. Kalau tidak demikian, ya mana mungkin bisa, sebab tak ada waktu untuk menghafal,” kenang Mang Ihin, mengenang masa-masa sekolahnya di zaman revolusi, dikutip dari laman sundadigi.com.
Sundadigi yang khusus menghimpun profil tokoh-tokoh Sunda menyebutkan, Mang Ihin tamatan sekolah ELS, kemudian melanjutkan ke MULO Pasundan. Tidak sampai tamat, karena keburu datang tentara Jepang yang menaklukan Belanda di Hindia Belanda. Pendidikan SMA ia selesaikan setelah ia menjadi tentara.
Karier militer Solihin GP dimulai ketika pecah revolusi, sebagai Komandan TKR Bogor, kemudian bergabung ke Siliwangi. Tahun 1965, memimpin Kontingen Garuda II dan IV yang ditugaskan ke Kongo. Selain itu, ia pernah menjabat Pangdam XIV Hasanuddin (Sulsel & Sulteng, kemudian Pangdam XIV/Hasanuddin (1964-68), kemudian Gubernur AMN, disambung lagi dengan Gubernur Jawa Barat, dan Sekretaris Pengendalian Operasionil Pembangunan (Sesdalopbang, 1977-1989).
Tercatat, almarhum pernah mengikuti pendidikan militer di SSKAD, di US Army Officiers Advanced Course, AS (1957), lalu ke Seskoad (1969). Mang Ihin juga aktif di dunia olahraga. Ia pernah mengurus Persib, Komisi Tinju Indonesia (KTI), dan Persatuan Olahraga Berkuda (Pordasi)—semuanya sebagai Ketua Umum. Kadang-kadang ia mengambil tindakan yang oleh banyak kalangan dianggap kontroversial, misalnya walk-out, saat mengikuti Kongres PSSI ke-28, 1983.
“Setelah tidak aktif lagi di pemerintahan, Mang Ihin memilih berkebun dan beternak di Sukabumi, Ciamis, Cianjur, dan Banten,” tulis Sundadigi.
Laman tersebut juga sudah memperbarui profil Mang Ihin, bahwa ia meninggal dunia di RS Advent, Bandung, 5 Maret 2024. Mang Ihin adalah pria kelahiran Tasikmalaya, 21 Juli 1926. Istrinya bernama Mariam Harmain atau akrab disapa Bi Iyam. Anak-anak Mang Ihin dan Bi Iyam terdiri dari Jessy Jasmini; Jany Elita Haryani; Satriya Kamal; Moh. Lufti Adimulya.
Selain berkarier di militer dan politik, Mang Ihin pernah menjadi Ketua Umum Komisi Tinju Indonesia (KTI), Persib Bandung, Pordasi, dan Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia.
“Pada saat menjabat gubernur Mang Ihin banyak mencurahkan perhatian untuk mengatasi rawan pangan di wilayah Indramayu, dengan cara memasyarakatkan padi gogo rancah. Upayanya memperlihatkan hasil yang menggembirakan, sehingga terus dikembangkan,” tulis Sundadigi.
Baca Juga: Achdiat K. Miharja dan Karya-karyanya
Mukti Mukti dan Tema-tema Orang Pinggiran
Iwa Koesoemasoemantri dan Unpad
Pesan untuk Sungai Citarum
Solihin GP berpulang dalam usia 97 tahun di Rumah Sakit Advent, Kota Bandung, Selasa, 5 Maret 2024 dini hari, pukul 03.09 WIB.
"Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun, saya atas nama Pemprov Jabar dan warga Jawa Barat menyampaikan dukacita mendalam atas berpulangnya Mang Ihin. Saya doakan almarhum meninggal dalam husnulkhatimah dan diterima seluruh amalnya serta mendapat tempat yang mulia di sisi Allah subhanahu wa taala," kata Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mengunjungi rumah duka di Jalan Cisitu Indah, Dago.
Semasa hidupnya, Mang Ihin kerap mendapatkan sowan dari pejabat nasional termasuk Presiden Joko Widodo. Menurut Bey, Solihin GP merupakan sosok negarawan, tokoh yang selalu memikirkan kemajuan bangsa walau di usia senjanya.
"Saya bersama Presiden Jokowi pernah menemui Pak Solihin, dan waktu itu almarhun menitipkan revitalisasi DAS Citarum. Beliau walaupun usia sepuh tetap memikirkan kepentingan bangsa dan negara," ujarnya.
Bey mengungkapkan, saat itu almarhun Solihin GP meminta revitalisasi Citarum juga direplikasi di banyak tempat di Jabar. Almarhum memang memiliki perhatian khusus pada lingkungan. Ia juga Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS).
Rencananya, jenazah almarhum akan dibawa ke Mako II Kodam III Siliwangi di Jalan Sumbawa, Kota Bandung, sekitar pukul 09.30 hingga 12.30, lalu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung, pukul 13.30.
*Kawan-kawan bisa mengakses liputan lainnya tentang Peristiwa di Bandung dalam tautan berikut ini