• Komunitas
  • PROFIL SALASAKAHIJI: Ikon Balap Sepeda Bandung Lembang

PROFIL SALASAKAHIJI: Ikon Balap Sepeda Bandung Lembang

Olahraga dan berjejaring sosial di ajang balapan Salasakahiji. Semua usia dan sepeda apa pun ayo balapan menempuh rute Bandung Lembang.

Dua pesepeda Sasalakahiji saling berkompetisi di Jalan Setiabudhi, Bandung, Selasa, 5 Maret 2024. (Foto: Hizqil Fadl Rohman/BandungBergerak.id)

Penulis Hizqil Fadl Rohman11 Maret 2024


BandungBergerak.idSelasa dini hari, puluhan pesepeda Salasakahiji berkumpul di Taman Nylan, Kota Bandung. Mereka bercengkerama hangat mengusir kabut subuh. Pukul 5.50 WIB, ketika lampu hijau menyala di perempatan Jalan Pasirkaliki, mereka mulai beradu kecepatan, mengayuh sekuat tenaga, menyalip rekan satu sama lain. Balapan rute Bandung Lembang pun dimulai.

Para pesepeda saling melesat dan berkontestasi tinggi demi mengumpulkan poin selama menempuh jarak sekitar 11 kilometer dengan durasi waktu rata-rata 30 menit. Bagi awam, tentu jarak ini tidak mudah karena mereka harus mendaki dari Bandung dengan ketinggian 600 meter di atas permukaan laut menuju Lembang yang ketinggiannya 1.200 meter di atas permukaan laut. Mereka bersepeda menuju gunung, terus menanjak.

Balapan ini digagas komunitas Salasakahiji Bandung sudah sejak lama. Sekarang, Salasakahiji sudah menjadi tradisi balapan tidak resmi sekaligus ikon para pesepeda Bandung.

Laman khusus komunitas sepeda mainsepeda.com mencatat, aktivitas balapan sepeda ke Lembang setiap Selasa bermula pada 2005. Saat itu, lima pesepeda atau cyclist senior yaitu Freddy Kartawijaya, Sin Kwang Kuo, Yanto Guci, Weweh Guci, dan Andi Duren ingin membuat catatan waktu terbaik gowes dari Bandung ke Lembang.

Gowes Salasa Kahiji merupakan kategori sprint uphill. Start-nya selalu dari Taman Nyland Cipaganti dan finis di Grand Hotel Lembang. Definisi Salasakahiji sendiri diambil dari bahasa Sunda yakni di hari Selasa dan ngahiji (bersatu), menandakan komunitas yang inklusif bagi para pesepeda. Salasakahiji bagi cyclist Bandung juga berarti Selasa Kesatu. Setiap pebalap yang ikut Salasa Kahiji ingin menjadi nomor satu.

Meski demikian, Fitra Tara Mizar, salah satu Dewan Pembina di Salasakahiji, menjelaskan, Salasakahiji lebih dari sekadar lomba balap sepeda. Komunitas ini berusaha membangun rutinitas yang inklusif bukan ekslusivitas sesuai dengan filosofi Salasakahiji. Bagaimana tidak, ratusan pesepeda dari berbagai usia dengan beragam jenis sepeda dipersatukan dalam satu jalur pertandingan.

Nu boga kawani, jeung boga dengkul datang we ka Nylan,” kata Tara, kepada BandungBergerak.id, Selasa, 5 Maret 2024, menjunjukan bahwa Salaskahiji terbuka bagi siapa saja yang ingin menjajal kekuatan dengkulnya.

Tara dan kawan-kawannya di Salasakahiji enggan terjebak bahwa komunitas ini adalah kelompok balapan road bike atau harus memiliki sepeda tertenti. Dalam bersepeda cepat, yang terpenting adalah orangnya, bukan sepedahnya.

“Makanya di dalam Salasakahiji kita tidak pernah membuat aturan bahwa sepedanya harus seperti ini dan itu. Di Salasakahiji bebas mau sepeda apa pun,” tandas Tara.

Mengingat peserta Salasakahiji yang sangat beragam, maka dibuatlah 12 kategori, di antaranya; Master A (umur 30-39 tahun), Master B (umur 40-49 tahun), Master C (umur 50-59 tahun), Master D (umur 60-69 tahun), Master D plus (umur 70 tahun ke atas), Men Elite, Men Junior, Open MTB (Mountain Bike), Open Fix-Vintage, Open BMX-Seli,  dan Women Open, serta Women Open Dua Anak bagi pesepeda perempuan.

Proses bergabung di Salasakahiji cukup sederhana, syarat utama pastinya mempunyai sepeda dan mengunduh aplikasi Strava untuk terkoneksi di Salasakahiji. Dan kalau ingin masuk dalam grup Whatsapp, pesepeda diharuskan konsisten mengikuti salasaan selama empat pertemuan tanpa absen.

Sistem pengumpuan poin dilakukan di bulan ke-7 sampai bukan ke-12 yang berlangsung di hari Selasa di tiap pekannya. Di minggu ganjil pesepeda pertama yang berhasil mencapai garis finis akan mendapatkan sebuah jersey ekslusif dari Salasakahiji, dan minggu genap akan mendapatkan uang tunai sebesar 500 ribu rupiah yang bersumber dari sponsor.

Puncaknya, di bulan ke-12, setiap poin terbanyak yang dihimpun selama 6 bulan akan mendapatkan hadiah menarik lainnya seperti frame sepeda, helm, sepatu, dan lain-lain. Mengenai juara, Tara mengungkapkan, pemenang di Salasakahiji adalah orang yang konsisten dengan menghadiri kontestasi setiap Selasa.

“Makanaya kalau ada peserta yang goes-nya kencang tapi hanya datang sesekali ga bakalan menang. Tapi orang-orang yang konsisten itu akan mengumpulkan poin dengan stabil,” terangnya.

Peserta Salasakahiji berhasil mencapai finis di Jalan Raya Lembang, Kota Bandung, Selasa, 5 Maret 2024. (Foto:  Hizqil Fadl Rohman/BandungBergerak.id)
Peserta Salasakahiji berhasil mencapai finis di Jalan Raya Lembang, Kota Bandung, Selasa, 5 Maret 2024. (Foto: Hizqil Fadl Rohman/BandungBergerak.id)

Baca Juga: PROFIL PASAR GRATIS BANDUNG: Sindiran pada Negara Lewat Aksi Berbagi untuk Tunawisma
PROFIL SAMAHITA: Merangkul Kelompok Marginal, Melawan Kekerasan Seksual
PROFIL PERPUS ALAM MALABAR: Perpustakaan di Kaki Gunung, Memadukan Pertanian dan Literasi

Menjadi Wadah Para Atlet

Salasakahiji menjadi magnet bagi para atlet sepeda untuk mendatangi Kota Bandung. Salah satunya atlet nasonal asal Jakarta, Yanthi Fuchiyanty (35 tahun). Dia mengetahui Salasakahiji dari temannya.

Yanthi merasa tertarik karena komunitas Salasahiji mengandung banyak nilai positif. Selain menjaga kesehatan dengan bersepeda, acara mengayuh sepeda setiap Selasa ini menjadi ruang interaktif untuk bersosialisasi dan berjejaring.

“Acara (Salasakahiji) ini bagus ya, untuk memotivasi agar lebih aktif juga menjaga kebugaran dan kesehatan. Apalagi dengan lingkungan yang positif dengan olahraga, utamanaya untuk pembibitan atlet yang masih dini, bisa bergabung di sini,” ujar atlet perempuan itu.

Hartadi (63 tahun), pesepeda senior yang juga aktif di Salasakahiji menambahkan, acara Salasakahiji dapat memacu atlet-atlet muda agar lebih produktif dalam berkompetisi. Walaupun salasaan sebenarnya berlaku bagi siapa pun yang meminatinya.

“Anak muda banyak yang kuat di selasaan. Jadi dengan adanya selasaan itu, atlet-atlet muda terpacu walaupun salasaan juga berlaku untuk siapa pun, orang mana juga bebas. Termasuk kalau nyebut jenis sepeda, BMX juga kuat-kuat tuh, asal boga kawani,” ungkap Hartadi.

Tara menimpali, jarak dan durasi kompetisi Salasakahiji bisa menjadi acuan untuk mengukur kemampuan pesepeda khususnya para atlet. “Apakah menjadi lebih kuat atau tidak. Program yang diberikan pelatih berhasil atau tidak,” katanya.

Akhinya, kata Tara, Salasakahiji merupakan gerakan kesadaran bagi pesepeda, bukan semata-mata berkompetisi semata. “Karena kita sudah membangun dasarnya tinggal berjalan aja,” katanya.

*Kawan-kawan dapat membaca lebih lanjut tulisan Hizqil Fadl Rohman atau menyimak artikel lain tentang Komunitas Bandung

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//