• Kolom
  • Jalan LAIR dari Jatiwangi hingga ke Amerika Serikat

Jalan LAIR dari Jatiwangi hingga ke Amerika Serikat

LAIR, kolektif musik asal Jatisura Majalengka akan tampil di festival musik South by Southwest (SXSW) di Austin Texas dan menggelar live performance di KEXP Seattle.

Yogi Esa Sukma Nugraha

Warga biasa yang gemar menulis isu-isu sosial dan sejarah

Enam personil LAIR di Kampung Nelayan. (Foto: Deby Sucha).

14 Maret 2024


BandungBergerak.id – "Ibu segala keberhasilan adalah ketekunan." Adagium ini mungkin diamini para punggawa LAIR, grup musik asal Jatiwangi, Majalengka. Sejak pertama kali hadir enam tahun silam, mereka nyaris tak sekalipun menginjak pedal rem kehidupan bermusik. Dari panggung ke panggung, LAIR kian gaspol dengan nuansa Pantura-nya yang khas.

Kabar menggembirakan pun berkali-kali singgah. Pada tahun 2022, LAIR sempat menggelar tur di tiga benua. Saat itu, mereka mengunjungi beberapa negara seperti Kanada, Norwegia, Denmark, Swiss, Ceko, Jerman, Thailand dan Filipina. Perjalanan tur ini mereka namai dengan "1000 km++".

Belakangan, kabar gembira kembali tersiar. LAIR bakal tampil di festival musik South by Southwest (SXSW) yang dihelat di Austin, Texas, Amerika Serikat. Mereka mengikuti jejak sejumlah musisi Indonesia yang pernah tampil di SXSW seperti Efek Rumah Kaca, White Shoes & The Couples Company, The SIGIT, Shaggydog, dan yang lainnya. Perjalanan tur yang ditempuh LAIR kali ini turut melibatkan solois Monica Hapsari.

Merujuk rilis pers yang disebar, LAIR akan tampil di SXSW International Day Stage pada tanggal 13 Maret 2024. International Day Stage sendiri merupakan panggung kurasi yang diperuntukkan untuk menyoroti penampil yang membawakan beragam jenis musik.

Tahun lalu, tercatat sebanyak musisi dari 18 negara yang terpilih SXSW. Ada perwakilan dari Inggris, Perancis, Armenia, Jerman, Yunani, Swedia, Norwegia, Jepang, Spanyol, Afrika Selatan, Nigeria, Australia, dan negara-negara lainnya.

Dalam rilis pers yang diterima, LAIR pertama-tama akan berangkat ke Austin, Texas. Kemudian mereka meneruskan perjalanan lewat udara menuju Seattle untuk melakukan sesi live performance di KEXP –sebuah radio yang bekerja sama dengan University of Washington dan Paul Allen's Experience Music Project.

"Suatu kebanggaan bagi LAIR bisa menjadi band Indonesia yang pertama tampil di KEXP," demikian keterangan yang termaktub di dalam rilis pers.

Tentu saja bangga mereka bukan tanpa sebab. Sejak 1972, kehadiran radio ini dianggap memiliki peran yang cukup signifikan. Bagi kalangan musisi independen, nama KEXP melegenda.

Sejumlah rockstar kenamaan pernah tampil di dalam program KEXP –Soundgarden misal. KEXP juga sejak lama terkenal karena program live di studionya dan sering kali memunculkan musisi pendatang baru.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Kali ini, LAIR bisa tampil di Seattle, sebuah kawasan yang kelak mengorbitkan nama-nama seperti Nirvana, Pearl Jam, Alice in Chains, dan juga Mudhoney. Di tempat ini pula Bruce Lee pernah asyik menekuni filsafat –dan ia banyak menulis tentang kungfu.

Sementara untuk penampilannya di Texas dan Seattle nanti, LAIR bakal turut menyajikan album kedua –bertajuk Ngelar– yang sejak beberapa waktu lalu sudah dapat didengarkan di berbagai layanan digital.

Baca Juga: Lair, Cahaya Penerang Jatisura
Motherbank, Sebuah Kisah Keteladanan para Ibu di Jatisura
Bisakah Lirik Lagu jadi Sumber Sejarah?

Ngelar

Sabtu, 2 Maret 2024, tepat seminggu yang lalu, LAIR sempat menggelar konser di tempat kelahirannya. Pertunjukan LAIR ini diadakan sebagai bentuk perayaan atas rilisnya album kedua yang diberi tajuk Ngelar. Bersama Monica Hapsari, narasi-narasi kemasyarakatan sebagaimana album pertama, masih tetap dipertahankan.

Kisah tradisi panen, dan hal ihwal tentang kehidupan Pantura begitu dominan di dalam album Ngelar. Ia berisi sepuluh lagu. Dari mulai Tatalu, Pesta Rakyat Pabrik Gula, Setan Dolbon, hingga Mencari Selamat. Dan pemilihan diksi Ngélar sendiri bukannya tanpa alasan sama sekali. Ia berasal dari budaya masyarakat setempat. Memiliki arti berkeliling untuk merayakan sesuatu.

Di sekitar para personil LAIR tinggal, ngélar memang memiliki arti sebuah pertunjukan keliling, di mana sejumlah orang bermain musik, memutar desa, tak jarang menyapa warga, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, atau sekadar berada di lingkungan sekitar, dan memberi sinyal bahwa ada sesuatu yang sedang dirayakan.

Poster LAIR di KEXP. (Foto: Andzar Agung Fauzan)
Poster LAIR di KEXP. (Foto: Andzar Agung Fauzan)

Membawa Isu Pinggiran

Dalam tulisan yang lalu, telah diuraikan bahwa LAIR merupakan kolektif musik asal Jatisura, sebuah desa di Kecamatan Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Kawasan ini dikenali masyarakat sekitar sebagai akar pegiat seni yang terhimpun dalam organisasi bernama Jatiwangi Art Factory. Bukan sebuah kebetulan jika semua punggawa LAIR merupakan bagian di dalamnya.

“Kalau diumpamakan, mungkin Jatiwangi Art Factory (JAF) ini rumah kita,” ucap salah satu personil LAIR, dalam satu percakapan dengan penulis, Sabtu, 15 April 2023.

Penamaan LAIR sendiri digali dari bahasa tarling klasik, yang berarti “lahir”. Ia juga dimaknai sebagai upaya untuk terus melahirkan sesuatu karya, entah musik, pemikiran, eksperimen seni budaya, atau hal ihwal serupa.

Pada tahun 2018, LAIR resmi didirikan. Secara musikal, mereka mengusung –apa yang disebutnya sebagai– Pantura Soul. Dalam proses berkarya, LAIR menggali persoalan yang dialami orang-orang terdekat. Salah-satunya, dengan cara melakukan pengamatan keseharian.

LAIR seolah menjadi oase di tengah penetrasi pasar yang menyempitkan ruang bagi siapa-siapa yang berupaya menyeret isu pinggiran ke permukaan. Kita juga bisa melihat upaya mereka menggali inspirasi dari ragam bentuk kesenian. Misalnya, saat mengadopsi gaya penari sintren Cirebonan. Suatu hal yang kini turut di replikasi Monica Hapsari, solois yang juga bakal tampil bersama LAIR.

Seiring waktu, LAIR kian dikenal publik luas. Dan keterlibatan LAIR di berbagai festival musik –tak terkecuali SXSW– bukan merupakan hal yang tiba-tiba. Ini adalah buah dari ketekunan mereka, dan seluruh punggawa di dalamnya.

Sudah lama mereka sering menggali informasi terkait festival prestisius di beberapa wilayah. Langkah tersebut bahkan telah dilakukan sejak awal berdiri pada 2018 silam. Tedi Nurmanto, salah satu personil LAIR, mengakui hal ini.

Ia berkata, "Sebenarnya showcase-showcase teh udah di incar sama LAIR. Dari awal berdiri, LAIR sudah ngincar. Dan akhirnya setelah lima tahun berdiri, LAIR terpilih di South by Southwest."

Terpilihnya LAIR di SXSW 2024, serta menjadi grup musik pertama dari Indonesia yang diputar di KEXP, tentu saja membawa satu kegembiraan bagi personil LAIR. Setidaknya, diharap dapat memberi dampak terhadap Majalengka yang merupakan basis dari semua personil.

Dan memang lagu-lagu LAIR dapat mengantarkan kita pada latar daerah tempat mereka tinggal. Melalui kandungan lirik yang ciamik, LAIR secara jitu dapat melukiskan kenyataan tersebut. Dalam lagu Nalar, misalnya.

Ia merupakan salah satu dari sekian lagu yang memberi gambaran pada kita soal peliknya dinamika pemilu di daerah. Ia bahkan bisa sekaligus memberi kesan tentang gejala sosial yang –rasanya, hingga kini– masih dominan.

Di tengah kenyataan yang serba sumir seperti sekarang, setidaknya bagi saya, karya LAIR juga dapat menjernihkan pandangan tentang apa yang layak dipertahankan dan apa yang seharusnya dibuang ke tong sampah sejarah. Kira-kira begitulah.

* Kawan-kawan yang baik bisa membaca tulisan-tulisan Yogi Esa Sukma Nugraha atau tulisan-tulisan lain tentang sejarah, sosial dan budaya.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//