MEMOAR ANAK BETAWI PERANTAU #28: Hari Pertama Kerja
Aku memang baru datang ke Bandung. Di hari pertama bekerja, aku datang hanya untuk mengkonfirmasi diriku saja yang telah mendapatkan kesempatan bekerja di Nurtanio.
Asmali
Anak Betawi yang menghabiskan lebih dari 40 tahun hidupnya di Bandung. Banyak menghabiskan waktu membaca buku-buku bertema agama dan sosial.
31 Maret 2024
BandungBergerak.id – Alhamdulillaa hillazi akhyaana ba'da maa amaatana wa'ilaihinnusuur.
Ternyata sudah pukul 4 pagi, Alhamdulillah aku bisa bangun lebih awal walau badan ini terasa masih capek. Aku mulai pagi itu dengan meminum air dari botol air terakhir yang aku punya kemudian lanjut ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Memang kos tante punya tiga kamar mandi, tetapi tetap saja lebih baik lebih dulu dari pada nanti kesiangan dan merepotkan diri sendiri juga orang lain.
Lepas mandi aku lanjut salat Subuh dan mengaji. Bukan apa, ini memang sudah menjadi kebiasaanku sejak kecil. Di Bandung dan di Jakarta tidak ada bedanya. Walaupun aku juga heran meski mengaji sudah menjadi kebiasaanku sejak kecil aku tidak banyak menghafal ayat-ayatnya. Hanya membaca saja.
Jam kemudian menunjukkan pukul 6 kurang dan aku segera ganti pakaian. Di hari pertama ini aku rencana pergi ke kantor jam 6.30 dengan berjalan kaki dari tempat kosku. Saat tiba waktunya pergi, aku pamit ke teman-teman kos yang kebetulan masih berkumpul di ruang tengah.
“Hayu, saya berangkat duluan ya semuanya,” kataku.
“Yuuuu ….,” jawab mereka hampir serempak.
Teman-teman kosku ini sebetulnya hampir sebayaku semua. Ada beberapa yang di atasku dan aku memanggil mereka kakak. Sebetulnya aku ada mindernya dengan mereka. Bagiku mereka orang pintar, namanya juga mahasiswa, maha-nya para siswa. Jadi aku menghargai mereka karena kepintarannya.
Baca Juga: MEMOAR ANAK BETAWI PERANTAU #25: Mempersiapkan Diri ke Bandung
MEMOAR ANAK BETAWI PERANTAU #26: Bada Zuhur, Aku Berangkat ke Bandung
MEMOAR ANAK BETAWI PERANTAU #27: Hari Itu Aku Tiba di Bandung
Hari Pertama di Nurtanio
Aku sampai di kantor kurang dari jam 7 pagi dan langsung menuju ke Divisi fixed wing, tempatku diterima. Masih cukup banyak waktu karena apel atau briefing di luar hanggar sebelum kerja baru akan dimulai pukul 7.30.
Di sekitar hanggar terlihat banyak pesawat. Ada yang parkir, ada yang running, tampak juga yang sedang landing. Aku merasa bangga ada di sini, sekaligus terharu kalau ingat dengan Baba yang telah tiada. Andai Baba masih ada, maka aku akan cerita banyak tentang pengalamanku hari ini.
“Selamat datang di Nurtanio. Anda semua orang-orang pilihan, dan jangan sia-siakan kesempatan ini. Semua orang ingin berada di sini,” begitu kata Kepala personalia dalam sambutannya saat apel. Setelah itu kami diabsen satu per satu.
Usai apel aku memberanikan diri menghadap ke kepala bagian personalia untuk memberi tahukan keadaanku. Tentang Baba yang baru meninggal dunia dan situasiku yang masih repot di Jakarta. Ya, aku memang baru datang ke Bandung, tetapi hari ini aku datang hanya untuk mengkonfirmasi diriku saja yang telah mendapatkan kesempatan bekerja di Nurtanio. Setelah itu aku memang berencana untuk kembali lagi ke Jakarta paling tidak hingga tujuh hari pengajian Baba.
“Saya belum enak hati untuk berada di sini dan di Jakarta masih banyak yang perlu diselesaikan pak. Terutama saya di sana mengadakan pengajian,” kata saya meminta izin.
Dengan baik hati dan tanpa disangka, ternyata pak kepala personalia mengizinkan.
“Silakan kamu di sana dulu sampai tujuh harinya almarhum,” kata beliau.
Aku sangat senang sekali dan bersyukur atas kebaikannya. Kalau mengingatnya saat ini, aku berharap kebaikannya akan dibalas Allah dengan lebih baik lagi.
Aamiin.