• Buku
  • RESENSI BUKU: Memasak dengan Cara Ramah Lingkungan

RESENSI BUKU: Memasak dengan Cara Ramah Lingkungan

Buku Cintai Bumi Lewat Makanan yang ditulis tim Greenpeace mengajak kita berlaku ramah lingkungan sejak dari memasak (konsumsi) dan berbelanja.

Salah satu gambar di buku Cintai Bumi Lewat Makanan Resep Gaya Hidup Ramah Lingkungan yang disusun tim Greenpeace Indonesia. (Foto: Greenpeace Indonesia)

Penulis Iman Herdiana8 April 2024


BandungBergerak.idMenjalani kehidupan ramah lingkungan bisa dimulai dari bagaimana cara kita mengkonsumsi makanan. Memasak sendiri bisa jadi pilihan terbaik untuk memulai gaya hidup ini. Dengan memasak sendiri, kita bisa memilih bahan-bahan makanan yang dihasilkan secara ramah lingkungan pula.

Sebuah buku yang diterbitkan Greenpeace Indonesia berjudul “Cintai Bumi Lewat Makanan: Resep Gaya Hidup Ramah Lingkungan” memberi tahu kita bagaimana cara mencintai bumi melalui makanan yang kita konsumsi. Buku yang disusun Ina N Aninda dan Referika Rahmi ini terdiri dari beberapa resep masakan, selain menjelaskan alasan mengapa kita harus mencintai bumi. 

“Buku ini berisi tips berbelanja ramah lingkungan, mengolah ampas kopi bubuk menjadi lulur, dan 4 resep plant-based spesial hasil kolaborasi Greenpeace bersama chef-chef untuk program Recipes for A Healthy World. Kami harap eBook ini dapat menginspirasi Anda akan gaya hidup ramah lingkungan lewat makanan,” demikian tulis Ina N Aninda dan Referika Rahmi, diakses dari ebook Greenpeace Indonesia, Kamis, 14 Maret 2024.  

Tim penulis menjelaskan, bumi telah menyediakan sumber makanan yang segar, melimpah, dan mampu memenuhi kebutuhan tubuh manusia. Dengan menjaga kelestarian alam di bumi, kita telah membantu mempertahankan keseimbangan ekosistem yang sangat berpengaruh pada sumber makanan kita. 

Tim penulis memberikan beberapa tips sederhana untuk menunjukkan cinta kita kepada bumi, di antaranya: beralih membeli hasil pertanian lokal dibanding produk impor. Dengan cara ini, keuntungan langsung diterima oleh petani, bukan melalui supermarket.

Pada dasarnya, produk-produk impor, entah bahan makanan ataupun barang lainnya, diproses dengan cara-cara yang tidak ramah lingkungan. Kita bisa membayangkan berapa bahan bakar yang dihabiskan untuk mendatangkan kedelai impor, misalnya. Berapa polusi akibat pembakaran bahan bakar fosil karena mendatangkan beras impor, dan seterusnya.

Jika memungkinkan, menanam sendiri beberapa bumbu dapur dan sayur adalah langkah-langkah yang membantu memerangi perubahan iklim, melindungi hutan juga sumber air, dan membuat kita lebih sehat dan lebih bahagia.

“Anda dapat menyambung kembali hubungan Anda menjadi lebih dekat dengan alam, melalui cara Anda mengonsumsi,” tulis tim penyusun buku.

Salah satu bab buku “Cintai Bumi Lewat Makanan” berjudul “BELANJA GAYA HIJAU” berisi tips berbelanja ramah lingkungan dan mengurangi konsumsi berlebihan. Beli buah atau sayuran musiman yang sedang tersedia di pasar terdekat. Hal ini akan membantu mengurangi sampah hasil dari buah atau sayur musiman yang tidak terjual dan tidak bertahan lama tanpa lemari pendingin. 

“Pilih pangan organik jika memungkinkan. Pangan organik diproduksi tanpa pupuk dan pestisida buatan. Bahan kimia yang digunakan dalam pupuk sintetis dan pestisida buatan dapat memiliki dampak negatif bagi lingkungan, manusia, dan hewan di alam liar,” tulis tim Greenpeace Indonesia.

Dengan memilih produk-produk lokal, apalagi langsung dari petani, kita secara tidak langsung telah menghemat BBM atau bahan bakar fosil yang selama ini mengotori atmosfer dan memicu rusaknya lapisan ozon. Jika lapisan ozon, yang sudah rusak, tambah rusak maka pemanasan global semakin tak tertahankan. Perubahan iklim pun terjadi yang ujungnya berdampak merugikan pada manusia.

Kita juga direkomendasikan agar memilih produk dengan minimal kemasan, tidak dibalut dengan plastik sekali pakai atau styrofoam. “Bawalah wadah dan kantung kain sendiri saat berbelanja,” katanya, karena dengan demikian kita akan mengurangi sampah kemasan atau plastik.

Baca Juga: RESENSI BUKU: Melihat Cililin Era Kolonial Belanda dalam The Belle of Tjililin
RESENSI BUKU: Bagaimana Penguasa Beromansa dengan Orang Kaya dan Bersenggama dengan Media Massa
RESENSI BUKU: Meninjau Ulang Konsep Manusia Ekonomi

 

Sampah, Gaya Hidup, dan Perubahan Iklim

Sampah, gaya hidup tidak ramah lingkungan, tidak mencintai bumi merupakan bentuk-bentuk yang mendorong perubahan iklim. Dampak perubahan iklim ini semakin nyata. Tornado kecil di Rancaekek tempo hari diduga kuat karena perubahan iklim yang dipicu semakin banyaknya lahan yang tadinya persawahan atau ruang terbuka hijau beralih fungsi menjadi bangunan.

Sementara dampak dari sampah sudah jelas, dapat memimicu gas rumah kaca. Ingat, kebakaran di TPA Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat beberapa waktu lalu terjadi karena ledakan gas metana dari sampah organik yang tercampur dengan sampah nonorganik.

Juru kampanye zero waste dari Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan (YPBB), Bandung, Alida Naufalia menyebutkan, penanganan sampah yang tidak benar dapat memicu perubahan iklim yang memiliki dampak lebih luas dan signifikan bagi negara-negara di dunia dibandingkan dengan pandemi Covid-19. Perubahan iklim juga dapat memberikan kerugian yang besar bagi perekonomian, yaitu kehilangan mencapai lebih dari 10 persen dari total nilai ekonominya apabila kesepakatan Paris 2050 tidak terpenuhi.

“Air, ekosistem, pangan, pesisir, dan kesehatan adalah dampak utama yang bisa kita rasakan akibat perubahan iklim. Kekeringan di berbagai daerah sudah terjadi, begitu juga banjir. Baru-baru ini terjadi Tornado di wilayah Rancaekek, Sumedang yang menyebabkan banyak kerugian,” papar Alida, dikutip dari laman AZWI

Alida juga menegaskan bahwa perubahan fungsi lahan akibat pembukaan lahan baru untuk TPA atau TPS juga menyebabkan dampak buruk seperti penggusuran, penggundulan hutan dan berkurangnya biodiversitas. Hal ini terjadi tidak lain karena sistem pengelolaan sampah yang buruk di Indonesia.

Vegan Unagi Bento

Buku “Cintai Bumi Lewat Makanan” yang ditulis Ina N Aninda dan Referika Rahmi juga menyajikan beberapa resep yang patut kita coba di rumah. Resep masakan hasil kolaborasi tim Greenpeace Indonesia dengan sejumlah chef terdiri dari Bola-Bola Cokelat Sehat, Tahu Rebus Pedas dengan Lobak, Jamur Kriuk ala Rumahan, dan Vegan Unagi Bento - @newhabits_me.

Salah satu resep bertajuk Vegan Unagi Bento yang terbuat dari terong ungu. Terong ungu adalah bahan yang sangat mudah ditemukan dan harganya yang terjangkau.

“Jika Anda bosan dengan menu terung yang itu-itu saja, saatnya coba Unagi don versi vegan. Pasti Anda akan terkejut merasakannya karena tidak berbeda dengan versi aslinya,” tulis tim penulis Greenpeace Indonesia.

Sajian: untuk 1 orang. Bahan-bahan: 100 gr terong ungu, 3 gr tepung maizena, 1 sdm kecap asin, 1 sdm kikkoman saus manis khas Jepang, 5 gr gula, 2 ml minyak kelapa (untuk panggang). Pelengkap: 100 gr nasi beras merah, 3 gr wijen.

Cara membuat: Kupas terong (optional), Kukus terung utuh, sampai sedikit lembek/sesuai selera. Kulit bisa tidak dikupas. Belah bagian tengah terong menyerupai unagi, jangan sampai putus, seperti fillet ikan. Sayat bagian tengah terung, mengikuti serat terung, bersihkan sedikit bijinya (opsional). Pukul terong dengan bagian belakang pisau. Taburi dengan tepung maizena.

Seasoning: Campur kecap asin, saus manis, gula. Panaskan teflon, olesi minyak panggang terong sampai sedikit kecoklatan. Api sedang. Olesi setiap bagian terong dengan seasoning, sampai warnanya coklat. Olesi sampai seasoning tinggal sedikit. Panggang sampai matang, angkat.

Sajikan dengan nasi merah hangat dan ditaburi dengan wijen yang sudah disediakan. 

Informasi Buku

Judul: Cintai Bumi Lewat Makanan: Resep Gaya Hidup Ramah Lingkungan

Tim Penyusun: Ina N Aninda & Referika Rahmi

Design: Roma Pilar

Resep dari:

Bola-Bola Cokelat Sehat - Chef Fin Suparadi Siwapornpitak

Tahu Rebus Pedas dengan Lobak - Chef Song Jung Eun dan team restaurant A Flower Blossom on The Rice

Jamur Kriuk ala Rumahan - @nonnykusuma, September 2017

Vegan Unagi Bento - @newhabits_me, Agustus 2021.

*Kawan-kawan bisa membaca lebih lanjut tulisan tentang Lingkungan Hidup

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//