• Berita
  • Lahan Milik Masjid, SMP, dan SMA Al Musyawarah Lembang Terancam Diserobot Pembangunan Objek Wisata

Lahan Milik Masjid, SMP, dan SMA Al Musyawarah Lembang Terancam Diserobot Pembangunan Objek Wisata

YPKM Baru Adjak, Lembang, Kabupaten Bandung Barat berdiri di atas lahan yang akan terkena pembangunan Autopia Park dan Wisata Terpadu. Menggalang perlawanan.

SMP dan SMA Yayasan Pendidikan Keluarga Al Musyawarah (YPKM) Baru Adjak, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Rabu, 17 April 2024. (Foto: Muhammad Akmal Firmansyah/BandungBergerak.id)

Penulis Muhammad Akmal Firmansyah19 April 2024


BandungBergerak.id - Lembaga pendidikan di utara Bandung di bawah naungan Yayasan Pendidikan Keluarga Al Musyawarah (YPKM) Baru Adjak, Lembang, Kabupaten Bandung Barat terancam diserobot pembangunan objek pariwisata. Pihak yayasan menggalang dukungan melalui petisi daring dan menempuh jalur regulasi untuk menyelamatkan SMP dan SMA yang sudah beroperasi sejak berpuluh tahun lalu.

SMP dan SMA, serta masjid milik YPKM Baru Adjak berdiri di atas lahan seluas 8.600 meter persegi. Yayasan mendirikan lembaga pendidikan ini sejak tahun 1959 di Jalan Baru Adjak Nomor 158 Kecamatan Lembang. 

Belakangan, di lahan yang dikuasai yayasan akan dibangun Autopia Park dan Wisata Terpadu oleh PT Wahana Autopia Indonesia. Kedamaian para pengurus yayasan serta anak-anak yang mendalami ilmu agama Islam dan ilmu pengetahuan itu pun terusik. Di bawah asuhan YPKM Baru Adjak saat ini ada 700 orang siswa SMP dan SMA yang dibimbing 57 orang guru.

Pengurus Harian YPKM Baru Adjak Muhammad Abduh menuturkan, yayasan ini didirikan ayahnya, Abdullah Samsuddin, berserta sejumlah tokoh masyarakat. Mereka membangun masjid pada tahun 1959 dan menggembangkan lembaga pendidikan agama formal yang berkembang sampai saat ini. Lembaga pendidikan formal Tsanawiyah (setara SMP) dan Aliyah (setara SMA) didirikan pada tahun 1978.

Pada tahun 2004 itu pula, pihak perusahaan melibatkan massa mendatangi yayasan dan menyebabkan pembelajaran anak-anak terganggu. Muhammad Abduh menyebut peristiwa ini bagian dari semacam pendidikan politik.

“Waktu dulu anak-anak diajak demo, termasuk mahasiswa yang bergabung terlihat peduli bahwa pendidikan bukan urusan pribadi, tapi kalangan umum,” kata murid angkatan pertama di lembaga pendidikan YPKM Baru Adjak itu.

Berjihad mempertahankan tanah harus dilakukan kembali setelah yayasan mendapatkan kabar pertemuan antara konsultan proyek pembangunan Autopia Park dan Wisata Terpadu PT Wahana Autopia Indonesia dan dinas-dinas terkait di Pemerintah Kabupaten Bandung Barat untuk pembahasan Analisis Dampak Lingkungan (Amdal). Rencananya, di lahan tersebut akan dibangun plaza dan hotel, selain objek wisata terpadu.

“Kemarin tanggal 15 Februari (2024) mendengar kabar, katanya Wahana Indonesia atau Autopia Park melalui konsultan yang ditunjuk oleh proses AMDAL. Dinas-dinas terkait menyampaikan tentang rencana kegiatan tempat wisata dimaksud. Katanya ada dinas terkait ada di dalam acara pertemuan. Al Musyawarah (yayasan) tidak diundang,” jelas Abduh.

Yayasan kemudian mengkonfirmasi ke pihak desa mengenai rencana pembangunan di lahan yayasan. Yayasan juga melakukan audiensi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bandung Barat, dan diterima oleh Komisi IV. Pertemuan ini diunggah di Instagram @aliansi.cinta.lembang, Rabu, 27 Maret 2024.

“Ternyata pihak dewan juga tidak mengetahui. Kami diterima oleh Ketua Komisi IV DPRD Bandung Barat Bagja Setiawan,” ungkap Abduh.

Ditegaskan Abduh, YPKM Baru Adjak menolak segala penawaran yang dilakukan oleh pihak perusahaan.

“Biarkan kami bersama pemerintah mencerdaskan kehidupan bangsa, biarkan lembaga kami di tengah-tengah wisata dengan tantangannya. Bukan Al Musyawarah namanya kalau tidak ada di tempat itu. Kami ada sertifikat dan surat resmi,” tuturnya.

BandungBergerak telah menghubungi pihak Wahana Autopia melalui email, telepon, dan pesan Whatsapp. Saat dihubungi melalui Whatsapp, pihak Wahana Autopia Indonesia menyatakan bahwa perusahaan belum bisa memberikan penjelasan karena belum beroperasi.

“Belum beroperasi, mungkin minggu depan, dan belum bisa memberikan penjelasan,” demikian jawaban dari nomor Whatsapp Wahana Autopia, Kamis, 18 April 2024. 

Baca Juga: Dampak Penggusuran Sawah dalam Pertunjukan Seni Ciganitri Kiwari
Penggusuran Tamansari
Forum Dago Melawan dan Tamansari Bersatu Bergandengan Melawan Penggusuran di Kota Bandung

SMP dan SMA Yayasan Pendidikan Keluarga Al Musyawarah (YPKM) Baru Adjak, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Rabu, 17 April 2024. (Foto: Muhammad Akmal Firmansyah/BandungBergerak.id)
SMP dan SMA Yayasan Pendidikan Keluarga Al Musyawarah (YPKM) Baru Adjak, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Rabu, 17 April 2024. (Foto: Muhammad Akmal Firmansyah/BandungBergerak.id)

Petisi Online Save Al Musyawarah 

Upaya mempertahankan SMP, SMA, dan masjid yang didirikan YPKM Baru Adjak menggema di ranah digital melalui petisi online change.org berjudul “Save Al Musyawarah Save Lingkungan Lembang dari Pembangunan Tanpa Memperhatikan Lingkungan”. Petisi ini dimulai oleh Sabda Djati dan telah mengantongi 1.481 penandatangan. 

Alasan penting mentandatangani petisi tersebut dituliskan, di antaranya sebagai berikut:

1.Warga Sekolah, Alumni dan simpatisan Al Musyawarah menolak  pembangunan Autopia Park yang tidak peduli terhadap ke arifan lokal dan lingkungan. Yang mencatut Lembaga pendidikan dan Masjid Al Musyawarah dalam matrix pembangunan area wisata sebagai lahan parkir tanpa izin terlebih dahulu.

2. Kami akan mempertahankan Hak kami yang telah memenuhi ketentuan Hukum dan UU yang berlaku.

3. Menolak segala bentuk pemaksaan kehendak/premanisme yang di mobilisasi dari pihak mana pun.

4. Kami mendukung segala bentuk kegiatan pendidikan di Lembaga Pendidikan Al Musyawarah untuk mengembangkan kualitas SDM di wilayah Lembang. 

Dilihat dari sejarah, lembaga pendidikan Al Musyawarah dilandasi asas yang ada di dalam demokrasi, yakni musyawarah. Dalam bahasa Arab, Al Musyawarah berarti musyawarah. Kata ini telah diadaptasi juga ke dalam bahasa Indonesia.

Menurut Muhammad Abduh, Al Musyawarah disematkan sebagai nama yayasan, sekolah, dan masjid sebab lembaga ini menjadi cikal bakal penyemai pergerakan Islam di tanah Lembang.

“Musyawarah karena semua, baik Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, maupun Persis, di sini dulu, sampai mereka memiliki pimpinan-pimpinan cabangannya sendiri,” tuturnya.

Pendirian masjid dan lembaga pendidikan Al Musyawarah dilatarbelakangi situasi politik, khususnya perang ideologis atara agama dan komunis. Al Musyawarah didirikan untuk menjadi benteng pertahanan dari pengaruh komunis.

“Jauh sebelum meletus tahun 65 (Peristiwa 1965), (Al Musyawarah) menjadi benteng pertahanan melawan komunis. Lembang teh bereum, didieu bentengnya dengan sekolah formal dan pendidikan agama,” ujarnya.

Muhammad Abduh menyayangkan adanya rencana pembangunan wisata oleh  Autopia Park & Wisata Terpadu oleh PT Wahana Autopia Indonesia. Lembaga pendidikan ini telah berdiri bertahun-tahun dan sudah membuktikan pengabdiannya kepada masyarakat dengan melahirkan ribuan alumni.

*Kawan-kawan dapat membaca karya-karya lain dari Muhammad Akmal Firmansyah, atau artikel-artiikel lain tentang Penggusuran

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//