• Liputan Khusus
  • JEJAK-JEJAK LITERASI DI BANDUNG #8: Tutup Buku Togamas Buah Batu

JEJAK-JEJAK LITERASI DI BANDUNG #8: Tutup Buku Togamas Buah Batu

Kabar mengejutkan datang dari toko buku Togamas Buah Batu. Toko buku diskon ini mengumumkan tutup kepada pelanggan setianya.

Pengumuman dari Toko Buku Togamas Buah Batu, Bandung yang tutup, 18 April 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Muhammad Akmal Firmansyah19 April 2024


BandungBergerak.id - Selama toko buku ada, selama itu pustaka bisa dibentuk kembali. Kalimat itu keluar dari mulut bapak bangsa Tan Malaka dalam Madilog. Namun, bagaimana dengan kondisi saat ini? Banyak toko buku yang justru gulung tikar seperti yang terjadi pada Toko Buku Togamas, Jalan Buah Batu, Bandung.

Senin, 8 April 2024, kabar mengenaskan itu datang dari akun Instagram @togamasbubat. Toko buku yang cukup ternama karena diskonnya ini mengumumkan hari itu terakhir beropersi melayani pembeli.

“Halo semuanya, kami dari segenap keluarga besar Togamas Buah Batu izin pamit. Terimakasih kami ucapkan kepada seluruh pelanggan setia toko buku diskon yang selama ini telah mempercayai kami sebagai toko buku kesayangan kalian,” tulis @togamasbubat, diakses Jumat, 19 April 2024.

Kabar tersebut tentunya amat mengejutkan bagi para pelanggan Toga Mas yang memiliki ragam kisah dan kenangan. Aulia Rahmah Elbab, salah satunya. Sejak kecil Elbab sudah biasa diajak ke toko buku Togamas oleh kedua orang tuanya. Ia bersama keluarga tidak hanya suka membeli buku bacaan di toko buku ini melainkan juga berbagai alat tulis atau kebutuhan sekolah lainnya.

“Sejak kelas 3 SD mulai sering berkunjung dengan Ibu. Sering kali mampir walaupun hanya beli pensil dan buku gambar. Ramai tidak terlalu berisik suasananya,” kata Elbab, kepada BandungBergerak.

Elbab kini berusia 21 tahun. Namun ia masih mengingat tiap sudut Togamas yang sering ia jelajahi sewaktu kecil. Betapa serunya menelusuri etalase dan rak-rak penuh buku yang membingkungkan karena ingin semuanya dibeli.

“Bukan karena apa, terkadang jatah yang diberikan ibu juga terbatas jadi kebingungan dan tak bisa membeli sekaligus,” ucap Elbab.

Beranjak dewasa, Elbab sering berkunjung ke Togamas tanpa diantar lagi oleh orang tua. Baginya, main ke toko buku ini selalu menyenangkan, tidak membosankan. Ia sering datang sendirian maupun dengan teman-teman.

Pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu sempat menghentikan kebiasaan Elbab berkunjung ke Togamas. Saat itu Elbab duduk di bangku SMA dan bersiap-siap melanjutkan ke perguruan tinggi.

Saat pagebluk mereda, lazimnya para siswa sekolah menengah atas yang akan melanjutkan studinya di perguruan tinggi, ia kembali berkunjung ke toko buku untuk mencari buku-buku persiapan kuliah. Suasana Togamas pascapagebluk lebih banyak sepinya.

“Sepi, hening, dan tak banyak pengunjung,” kata Elbab yang kini menjadi mahasiswa jurusan pendidikan di UIN SGD Bandung. Elbab terakhir kali mengunjungi Togamas ketika masih Ramadan, beberapa saat sebelum toko ini resmi tutup.

Toko Buku Togamas Buah Batu, Bandung, 18 April 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Toko Buku Togamas Buah Batu, Bandung, 18 April 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Dari Ciparay ke Buah Batu

Kehilangan Toko Buku Togamas juga dirasakan guru dan penulis asal Ciparay, Aldy Istanzia yang pertama kali mengunjungi toko buku ini pada 2015. Ia biasa berjalan kaki dari rumahnya menuju stopan elf Bandung Majalaya sebelum disambung angkot Dayeuh Kolot dan Buah Batu untuk menuju Togamas.

Diskon menarik dan tidak terduga menjadi daya tawar dari toko buku ini. Selain itu, Togamas juga biasa menyediakan buku-buku terbitan penerbit-penerbit indie yang jarang ditemui di toko-toko buku lain seperti Gramedia.

“Menjadi pilihan alternatif. Apalagi ditambah gratis sampul serta pelayanan yang ramah,” kata Aldy.

Togamas Buah Batu juga sering menggelar bazar buku murah di berandanya. Di sana Aldy sering menemukan buku incaran dengan harga yang sudah dibanting. Sekarang halaman depan Togamas menjadi tempat makan dan minum.

Pengalaman yang paling berkesan bagi guru madrasah ini adalah ketika menemukan buku yang ditulisnya berada di display Togamas Buah Batu

Mahar Buku Togamas Buah Batu

Tanggal 14 Februari 2014 Togamas Buah Batu menjadi tempat peluncuran buku "Niskala: Kisah tentang Cinta, Keyakinan, dan Perjalan Keliling Dunia” anggitan Danel Mahendra. Buku ini menjadi mahar pernikahan Danel Mahendra dan Lita Mahendra.

“Yang paling berkesan, jadi tempat launching novel yang ditulis suami. Novel ini ditulis sebagai mahar pernikahan kami,” kata Lita Mahendra (49 tahun).

Pengalaman berkesan lain dituturkan oleh penerjemah dari penerbit Marjin Kiri ini, yaitu satu seri novel grafis Tintin lengkap. “Masing-masing bukunya cerita tentang tokoh yang ada di serial ini,” katanya.

Pegiat Komunitas GoodreadsIndonesia ini sedih dengan banyaknya toko buku yang berjatuhan. Ketidakmampuan toko-toko buku bertransfromasi di era digital menjadi salah satu penyebab gulung tikarnya toko-toko buku tersebut.

“Mereka nggak bangun komunitas pembaca yang akan selalu datang ke toko mereka. Kalau sekadar cari pembeli, yang namanya beli barang tentu akan cari yang lebih murah. Makanya lama-lama jadi sepi, karena orang yang sekadar pembeli buku beralih ke tempat lain, seperti toko buku online,” ungkapnya.

Toko buku besar seperti Gramedia menjadi sukses disebabkan karena kekuatan modal dan pemasarannya. Menurut Lita, Gramedia bahkan mampu membentuk pemikiran kalau mencari buku ya di Gramedia.

Baca Juga: JEJAK-JEJAK LITERASI DI BANDUNG #5: Perpustakaan Batu Api, Warung Pengetahuan Legendaris di Jatinangor
JEJAK LITERASI DI BANDUNG #6 : Toko Buku Kebul Mughni, Penulis yang Menyamar Menjadi Tukang Buku
JEJAK-JEJAK LITERASI DI BANDUNG #7: Yang Bertahan di Trotoar Jalan Dewi Sartika

Toko Buku Togamas Buah Batu, Bandung, 18 April 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Toko Buku Togamas Buah Batu, Bandung, 18 April 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Berawal di Malang

Togasmas toko buku yang cukup fenomenal dan menarik kalangan akademik untuk melakukan penelitian, seperti yang dilakukan Handiawan Angling Prayuda dan Sri Rohyanti Zulaikha dari  Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dalam junal ilmiah berjudul “Strategi Promosi E-Commerce Toko Buku Togamas dalam Masyarakat Virtual”.

Handiawan Angling Prayuda dan Sri Rohyanti Zulaikha membeberkan sejarah singkat toko buku diskon ini. Sejarah Toko Buku Togamas didirikan tanggal 15 Desember 1990 oleh suami istri Johan Budhie Sava dan Swandayani. Dibangun dengan konsep discount store (diskon seumur hidup), harga buku yang ditawarkan setelah diskon jauh lebih murah dari toko buku modern pada umumnya.

“Dimulai dari toko buku kecil dengan jumlah item sekitar 1.000 judul buku dan luas toko 50 meter persegi dengan memanfaatkan ruang tamu, rumah tinggal di kota Malang, Jawa Timur,” tulis Handiawan Angling Prayuda dan Sri Rohyanti Zulaikha, diakses dari jurnal PUSTABIBLIA: Journal of Library and Information Science.

Usaha Togamas berkembang dengan pesat. Togamas di Kota Malang telah menempati gedung sendiri 3 lantai dengan luas 1.200 meter persegi. Antusiasme pasar yang terus berkembang mendorong Johan Budhie Sava membuka kesempatan kepada investor lain untuk ikut mengembangkan usaha toko buku dengan konsep partnership (kemitraan). Program ini membidik pasar di wilayah kota tingkat 2 (kabupaten) selain terus mengembangkan toko mandiri.

“Saat ini Togamas sudah membuka lebih dari 20 gerai di seluruh Jawa dan Bali, tidak menutup kemungkinan jaringan Toko Buku Diskon Togamas akan merambah pulau-pulau di luar Jawa,” tulis Handiawan Angling Prayuda dan Sri Rohyanti Zulaikha, dalam jurnal yang terbit tahun 2020 tersebut.

Visi dari toko buku Togamas adalah terus dikembangkan hingga menjadi jaringan toko buku harga murah dan menjadi pasangan alamiah dunia pendidikan. Toko ini mengusung misi membangun jaringan Toko Buku Diskon yang efektif dan efisien; memanfaatkan teknologi modern dan komputerisasi; dengan dukungan sumber daya manusia yang professional dan handal; serta berpegang teguh pada komitmen “Berpadu Membangun Masyarakat Berpengetahuan”.

*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel lain dari Muhammad Akmal Firmansyah, atau tulisan-tulisan menarik lain tentang Jejak-jejak Literasi di Bandung

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//