• Indonesia
  • Mengenal Bahaya Tersembunyi Erupsi Gunung Api di Tengah Lautan, Status Aktivitas Gunung Ruang Diturunkan Menjadi Siaga

Mengenal Bahaya Tersembunyi Erupsi Gunung Api di Tengah Lautan, Status Aktivitas Gunung Ruang Diturunkan Menjadi Siaga

Erupsi Gunung Ruang di laut Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara mencuri perhatian publik. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dari gunung api di tengah laut?

Erupsi Gunung Ruang di laut Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, Senin, 22 April 2024. (Dok. PVMBG)*

Penulis Iman Herdiana22 April 2024


BandungBergerak.idGunung Ruang yang berada di tengah laut dan masuk wilayah Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara, mengalami erupsi pada Selasa malam, 16 April 2024. Erupsi Gunung Ruang memuntahkan lahar panas, asap, serta mengakibatkan adanya aktivitas kegempaan bahkan potensi tsunami di wilayah sekitarnya.

Status gunung api tersebut pun dari yang sebelumnya berada di Level III (SIAGA) sempat dinaikkan menjadi level IV (AWAS). Namun per hari ini, Senin, 22 April 2024 pukul 09.00 WITA, hasil pemantauan visual dan instrumental yang menunjukkan terjadinya penurunan aktivitas vulkanik pada Gunung Ruang.

“Maka tingkat aktivitas G. Ruang diturunkan dari Level IV (AWAS) menjadi Level III (Siaga) terhitung mulai tanggal 22 April 2024 pukul 09.00 WITA,” demikian pernyataan resmi Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi.

Sementara itu, melansir laman resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BPBD), beberapa lokasi yang terdampak erupsi Gunung Ruang beberapa hari lalu, antara lain di Desa Pumpente dan Desa Patologi di Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Sitaro, Sulut.

Dampak erupsi Gunung Ruang juga mengakibatkan sebanyak 272 Kepala Keluarga atau 828 jiwa mengungsi, dengan rincian 45 jiwa berada di Gedung BPU Kecamatan Tagulandang dan sebanyak 783 jiwa berada di rumah kerabat atau saudara di daratan Pulau Tagulandang, yang dirasa lebih aman.

Ahli Vulkanologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Mirzam Abdurrachman menjelaskan, Gunung Ruang akhir-akhir ini menjadi salah satu dari beberapa gunung api yang mengalami erupsi bersamaan dalam kurun waktu yang berdekatan. Sebut saja Gunung Merapi di Jawa Tengah, Gunung Semeru di Jawa Timur, Gunung Marapi di Sumatra Barat serta Gunung Lewatolo di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Sebelumnya, perlu diketahui bahwa di Indonesia terdapat empat kelompok busur vulkanik, yakni rantai gunung api yang terbentuk di atas lempeng dan mempunyai posisi seperti bentuk busur ketika dilihat dari atas.

Empat kelompok busur itu terdiri dari busur Sunda, busur Banda, Busur Halmahera, dan busur Sangihe-Selebes. Gunung Ruang merupakan bagian dari Busur Sangihe-Selebes dan berada di ujung Sulawesi Utara yang mengarah ke Filipina.

“Namun ternyata dalam waktu yang berdekatan, ada berbagai gunung api lainnya yang juga mengalami erupsi," kata Mirzam Abdurrachman, dikutip dari laman ITB.

Ia menjelaskan, beberapa gunung api yang aktif secara bersamaan bisa disebabkan oleh dua hal, jika berada di dalam busur yang sama, seperti Gunung Merapi, Gunung Semeru, dan Gunung Marapi.

“Maka busur gunungapi ini bertindak seperti “event organizer” karena lempeng yang berinteraksinya sama. Semantara itu jika berada pada busur yang berbeda seperti Gunung Lewatolo dan Gunung Ruang ini disebabkan karena kedua gunung api tersebut mempunyai waktu interval letusan yang hampir bersamaan," lanjutnya.

Gunung-gunung api meletus karena kesetimbangan dapur magmanya terganggu. Ada tiga proses yang menyebabkan gangguan tersebut, yaitu: di dalam dapur magma seperti injeksi magma yang baru, di dalam dapur magma seperti pemisahan gas dan padatan dari larutan yang menambah tekanan di dalam dapur magma, serta proses di atas dapur magma seperti longsornya tubuh gunung api, hujan deras, pasang purnama dan taifun.

Mirzam menyebut, Gunung Ruang sebenarnya adalah gunung api strato yang umum di Indonesia. Letusannya berupa perselingan antara aliran lava dan letusan eksplosif. Hal yang membedakannya dengan gunung api lain adalah letaknya yang berada di tengah laut.

Baca Juga: Bandung Darurat Bencana, Pemerintah Perlu Memperhatikan Lansia dan Disabilitas Selama Bencana
Bencana Banjir dan Longsor Melanda Cekungan Bandung, Langkah BP Cekban Baru Sebatas Pelantikan
Data Gunung Api Aktif di Jawa Barat, 8 Gunung di antaranya Memiliki Tipe yang sama dengan Gunung Semeru

Potensi Bahaya Erupsi Gunung Ruang dan Sejarahnya  

Mengingat lokasinya yang berada di tengah laut, Mirzam menyebut ada beberapa potensi bahaya dari erupsi Gunung Ruang, yang pertama adalah potensi tsunami.

Dia menjelaskan letusan Gunung Ruang dapat memicu tsunami apabila material longsor masuk ke laut atau jika lereng gunung api runtuh. Kemudian Gunung Ruang pun dapat mengeluarkan aliran lava serta piroklastik yang panas dan dapat berbahaya bagi masyarakat di sekitarnya.

"Selain itu, abu vulkanik yang dihasilkan juga dapat menganggu kesehatan pernapasan serta merusak ekosistem sekitarnya," paparnya.
Hal lainnya yang terjadi pada erupsi Gunung Ruang yang menjadi perhatian publik adalah munculnya fenomena seperti kilatan. Padahal, menurutnya, dalam aktivitas gunung api, hal tersebut merupakan sesuatu yang umum terjadi.

"Ketika gunung api meletus, umumnya partikel-partikel ikut terlontar dan bergesekan satu dengan lainnya, sehingga menimbulkan yang namanya kilat erupsi atau volcanic eruption lighting," ujarnya.

Mengacu pada sejarah, erupsi Gunung Ruang pernah memicu terjadinya tsunami pada tahun 1871 lalu dengan skala letusan atau Volcanic Explosity Undex sebesar 2. Kurang lebih 400 orang tewas akibat bencana tersebut.

Tsunami yang terjadi disebut juga dengan tsunami vulkanik atau jenis tsunami yang dihasilkan oleh aktivitas vulkanik.

"Pada saat letusan di 1871 itu, ada saksi mata yang mengatakan tsunami yang terjadi tingginya 5 meter. Namun ada pula yang mengatakan sampai 25 meter pada pulau sekitar. Tapi artinya, kejadian itu dapat memberikan dampak," bebernya.

Mirzam menyatakan, memang hingga kini informasi mengenai riwayat letusan Gunung Ruang masih terbatas. Ia mengingatkan apabila adanya jeda waktu yang panjang antara letusan dapat menunjukkan bahwa akumulasi energi gunung api di letusan selanjutnya akan lebih besar.

"Jadi intevalnya tidak banyak, tapi kita bisa memahami bahwa akumulasi volumenya akan jauh lebih banyak ketika jeda erupsinya lebih panjang, dibandingkan dengan yang jarak erupsinya pendek," paparnya.

Masyarakat yang berada di sekitar Gunung Ruang diimbau untuk tetap waspada dan tidak memasuki wilayah radius yang direkomendasikan otoritas. Mirzam juga berpesan kepada masyarakat di sekitar Gunung Ruang untuk menggunakan masker yang dibasahi untuk penangkapan abu vulkanik yang maksimal guna melindungi pernapasan dari bahaya abu vulkanik.

"Hindari juga daerah wilayah pantai di sekitar Gunung Ruang untuk antisipasi potensi tsunami," ucapnya.

Dengan begitu, masyarakat di sekitar Gunung Ruang dapat lebih siap menghadapi risiko bencana yang ada. Masyarakat juga diimbau untuk terus waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang maupun dinas terkait.

Rekomendasi PVMBG

Berdasarkan data PVMBG pada Gunung Ruang pada 16 April 2024 pukul 13.37 WITA, teramati erupsi dengan intensitas lemah, warna asap putih tebal. Erupsi eksplosif terjadi pada tanggal 16 April 2024 pukul 21.45 WITA dengan estimasi tinggi kolom erupsi mencapai 2.000 meter dari puncak. Kemudian erupsi kembali terjadi pada tanggal 17 April 2024 pukul 01.08 WITA dengan ketinggian kolom erupsi diperkirakan mencapai 2.500 m dan disertai suara gemuruh serta dentuman.

Data erupsi berikutnya terjadi pada 17 April 2024 pukul 05.05 WITA, pukul 18.00 WITA, pukul 20.15 WITA. Erupsi kembali terjadi pada 20 April 2024 pukul 01.09 WITA, menghasilkan kolom erupsi berwarna kelabu hitam dengan tinggi sekitar 1200 meter dari atas puncak.

Data terbaru, tanggal 22 April 2024 pukul 00.00 – 06.00 WITA teramati kolom hembusan gas berwarna putih tebal dan tinggi maksimal 250 meter dari puncak. Dari warna kolom hembusan, didominasi oleh gas/uap air, tidak terdeteksi adanya material abu/batuan yang terbawa ke permukaan.

Periode 1-22 April 2024, PVMBG juga mencatat berbagai jenis kegempaan di Gunung Ruang. Hasil evaluasi terhadap kegempaan ini umumnya cenderung rendah, lebih didominasi oleh gempa tektonik, diperkirakan pengaruh dari Subduksi Sulawesi Utara dan Subduksi Ganda di Laut Maluku.

Selain menurunkan status aktivitas Gunung Ruang dari Awas ke Siaga, berikut ini adalah rekomendasi PVMBG terkait erupsi Gunung Ruang:
Potensi bahaya saat ini berupa erupsi skala kecil, dengan sebaran material erupsi terbatas di sekitar puncak. Terjadi penumpukan material hasil erupsi pada lereng atas bagian timur yang berpotensi menjadi guguran/longsoran batuan. Pelepasan gas berpotensi masih terjadi dengan skala cenderung menurun sebagai tahap akhir dari rangkaian erupsi.

Pada tingkat aktivitas Gunung Ruang Level III (Siaga) direkomendasikan sebagai berikut:

Masyarakat di sekitar Gunung Ruang dan pengunjung/wisatawan agar tetap waspada dan tidak memasuki wilayah radius 4 km dari pusat kawah aktif Gunung Ruang.

Masyarakat yang bermukim pada wilayah P. Tagulandang yang masuk dalam radius 4 km agar segera dievakuasi ke tempat aman di luar radius 4 kilometer.

Masyarakat dihimbau untuk selalu menggunakan masker, untuk menghindari paparan abu vulkanik yang dapat mengganggu sistem pernapasan.
Masyarakat di sekitar Gunung Ruang diharap tenang, beraktivitas seperti biasa, tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Gunung Ruang dan tetap mengikuti perkembangan aktivitas Gunung Ruang melalui aplikasi MAGMA Indonesia yang dapat diunduh di Google Playstore atau melalui pranala ini.

Pemerintah Daerah, BPBD Provinsi dan Kabupaten agar senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Api Ruang, Desa Tulusan, Kecamatan Tagulandang, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung.

Tingkat aktivitas Gunung Ruang akan dievaluasi kembali secara berkala, maupun jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan. Tingkat aktivitas dianggap tetap jika evaluasi berikutnya belum dikeluarkan.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//