Bencana Banjir dan Longsor Melanda Cekungan Bandung, Langkah BP Cekban Baru Sebatas Pelantikan
Maraknya bencana banjir dan longsor di Bandung Raya menunjukkan bahwa Cekungan Bandung rawan bencana. Fungsi koordinasi BP Cekban belum terlihat.
Penulis Prima Mulia27 April 2023
BandungBergerak.id - Sejumlah warga di kawasan Cekungan Bandung (Bandung Raya) dirundung bencana banjir dan longsor. Bahkan longsor di Kecamatan Cidadap, Kota Bandung, menelan seorang korban jiwa. Peristiwa ini terjadi karena hujan lebat yang disertai angin kencang kemarin, Rabu (26/4/2023).
Berbagai peristiwa yang melanda tersebut menunjukkan bahwa Cekungan Bandung rawan bencana. Hal ini diperparah dengan maraknya alih fungsi lahan hijau menjadi lahan terbangun.
Ada masalah perencanaan dan penataan yang alfa di antara pemerintah kabupaten dan kota di Cekungan Bandung. Diketahui, Bandung Raya terdiri dari pemerintah daerah yang masing-masing otonom dalam menjalankan pembangunan di wilayahnya. Namun pembangunan ini kerap kali berjalan sendiri-sendiri atau kurang terkoordinasi.
Adapun Badan Pengelola Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung (BP Cekban) yang sudah dibentuk, sejauh ini belum terdengar gaungnya. Sejatinya, BP Cekban dibentuk untuk mengkoordinir kepala-kepala daerah dalam menata Cekungan Bandung.
Faktanya, langkah BP Cekban dalam membenahi kawasan Cekungan Bandung atau aglomerasi Bandung Raya tampak merayap. Badan ini resmi dibentuk berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 86 Tahun 2020 tentang Badan Pengelola Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung. Namun setelah empat tahun dibentuk, langkah BP Cekban masih sebatas seremonial.
Salah satu seremonial berlangsung Kamis (27/4/2023), sehari setelah Cekungan Bandung dilanda banjir dan longsor, yaitu pelantikan Kepala BP Cekban oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Sementara itu, hingga berita ini dituliskan, sejumlah daerah di Bandung selatan masih terendam banjir. Wilayah yang cukup parah terendam luapan Sungai Citarum antara lain Kampung Bojongasih, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Kamis (27/4/2023).
Warga terpaksa tetap beraktivitas di tengah banjir musiman tersebut. Sebagian dari mereka berjalan kaki menembus banjir dengan kedalaman mulai 30 cm sampai sedada orang dewasa.
Sebagian lagi harus naik perahu untuk berkegiatan karena beberapa permukiman ada yang tenggelam sampai di atas satu setengah meter. Kampung Bojongasih termasuk permukiman yang duluan tergenang banjir karena lokasinya bersisian dengan Sungai Citarum.
Dari pantauan BandungBergerak.id, banjir mulai menggenangi kampung sejak kantor desa sampai jauh ke permukiman di bagian tengah dan yang terluar di pinggir Citarum. Selain kantor desa dan ratusan rumah penduduk, fasilitas umum lain yang tergenang adalah gedung sekolah SDN Bojongasih.
Beberapa warung sembako dan warung makanan tetap buka untuk melayani warga yang belanja. Beberapa orang warga terlihat menarik galon-galon air minum ke depot air isi ulang. Ada juga yang menarik gas elpiji melon diatas ban bekas. Sejumlah anak-anak juga terlihat bermain air banjir, mumpung masih libur lebaran.
"Malam kemarin air dari Citarum mulai naik, ah sudah biasa isi ulang ini mah. Yang di Andir, Baleendah, malah sekarang ini tidak banjir, mudah-mudahan nanti tidak hujan lagi, biar cepat surut," kata Adang, salah satu warga. Ia duduk santai di atas perahunya sambi menghisap sebatang rokok.
Sehari sebelumnya, hujan sangat lebat mengguyur wilayah Bandung Raya. Beberapa kejadian bahkan viral di media sosial, seperti banjir bandang di Jalan Siliwangi dan jalan lainnya di wilayah Kota Bandung. Ada juga pohon tumbang di kampus ITB, pohon tumbang di samping gedung Pusair, Dago, banjir bandang di SMPN 2.
Ruangan rusak akibat hujan disertai angin kencang dan pohon tumbang di SMAN 1 menjadi gembaran betapa hebatnya dampak dari banjir di perkotaan. Air hujan yang membludak ini lantas bermuara ke Sungai Citarum dan memicu banjir di Kecamatan Majalaya, Paseh, Arjasari, Dayeuhkolot, Baleendah, dan Bojongsoang.
Longsor di Kota Bandung
Hujan lebat juga menyebabkan bencana tanah longsor di sejumlah titik di Kota Bandung. Seorang warga Kecamatan Coblong bernama Heri Bagja dilaporkan tewas akibat tertimbun material longsor dan bangunan.
Derry Joaniva, warga yang juga aktif di komunitas Cibarani melaporkan sedikitnya ada empat titik longsor terjadi di wilayah sekitar komunitasnya berkegiatan. Semua kejadian bencana longsor terjadi Rabu (26/4/2023).
“Hujan sama angin cukup gede. Anginnya kencang. Ga begitu lama 45 menitan. Cuma karena gede hujan dan angin berdampak besar (pada longsor),” terang Derry, saat dihubungi Kamis (27/4/2023).
Titik longsor pertama adalah longsor di Jalan Bukit Jarian RT 05 RW 11 Kelurahan Hegarmanah Kecamatan Cidadap di samping Sungai Cibarani. Pada titik ini, longsoran menutupi jalan (anak tangga) yang menjadi akses yang dilalui warga menuju jalur Cibarani.
Lokasi longsor kedua ada di RT 06 RW 11 di belakang saung serlok bantaran. Pada titik ini, kata Derry, longsoran cukup besar, akses jalan terputus.
“Longsoran menutupi aliran sungai kanal Cibarani, longsoran berupa tanah dan pohon bambu. Longsoran dari arah barat ke timur,” kata Derry.
Tidak ada korban jiwa dalam bencana longsor di RT 06, tetapi satu unit motor tertimbun reruntuhan dan sudah berhasil dievakuasi oleh tim evakuasi. Lokasi ketiga ada di RT 04 RW 11 di sekitar SD dan SMP Al-Husainiyyah.
Menurut Derry, longsor di daerah tersebut sangat besar. Panjang longsoran diperkirakan kurang lebih 50 meter dengan ketinggian 15 meter.
“Akses Jalan Cibarani full tertutup, aliran Sungai Cibarani full tertutup. Longsoran dari barat ke timur dari arah SMP Al-Husaininyyah ke arah Sungai Cikapundung. Longsoran berupa tanah dan juga pohon pohon besar,” katanya.
Lokasi longsor keempat terjadi di Kecamatan Coblong yang menelan seorang korban jiwa. Korban sempat dilarikan ke rumah sakit, namun tidak tertolong.
Sementara kondisi terkini, menurut Derry penanganan pascabencana sedang dilakukan. Material longsoran berusaha diangkat namun sejumlah jalan yang terkena longsoran masih belum bisa dilalui.
Baca Juga: Penyebab Suhu Kota Bandung Terasa Lebih Menyengat
Memahami Mitigasi Bencana dengan Menyusuri Sesar Lembang
OTT KPK Yana Mulyana Menjadi Bukti Mentalitas Korup di Pemkot Bandung masih Ada
Menanti Langkah BP Cekban
Meski langkah BP Cekban terasa senyap sejak tiga tahun dibentuk, namun Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengklaim pembentukan badan ini sebagai inovasi.
"Di tanggal 27 April ini kita menyaksikan peristiwa bersejarah dalam tata kelola pembangunan Jawa Barat, ini inovasi untuk percepatan penyempurnaan proses pembangunan," ujar Ridwan Kamil, dalam siaran pers pelantikan Kepala BP Cekban.
Dalam kesempatan tersebut, ada dua kepala badan yang dilantik, yakni Kepala BP Cekban Tatang Rustandar Wiraatmadja dan Kepala Pelaksana Badan Pengelolaan kawasan Rebana Bernardus Djonoputro.
Ridwan Kamil mengakui bahwa pembangunan perkotaan tidak mudah dikoordinasikan jika berada pada satu aglomerasi. Wilayah administrasi politik yang disebut provinsi, kota, dan kabupaten dalam realita di lapangan tidak selalu warganya cukup beraktivitas di satu wilayah saja.
Gubernur mencontohkan dalam urusan ekonomi, orang tinggal di kabupaten A bisa saja bekerja di kota B. Begitu pun untuk urusan air sama, mengalir datang dari kota A, mengalir ke kota B, lalu berakhir di kota C.
"Sehingga kita mendapati banyak kendala dalam menyamakan visi misi dalam skala algomerasi atau klaster," kata Ridwan Kamil.