Penyebab Suhu Kota Bandung Terasa Lebih Menyengat
Banyak faktor yang membuat Kota Bandung terasa lebih panas, di antaranya menurunnya jumlah ruang terbuka hijau dan berkurangnya pohon peneduh.
Penulis Iman Herdiana26 April 2023
BandungBergerak.id - Karso berteduh di balik pepohonan dan mobil bak terbuka yang memuat beragam peralatan galian. Ada mesin pompa air, diesel, selang-selang yang penuh lumpur, dan banyak lagi. Ia menyeruput sisa kopi di gelas plastik. Bayangan pohon dan mobil melindunginya dari gerah suhu Kota Bandung yang meningkat belakangan ini.
Sebagai petugas lapangan, pria 36 tahun tersebut merasakan betul perubahan suhu Kota Bandung setiap harinya. Ia masih menganggap wajar dengan peningkatan suhu Kota Bandung, sebab terik matahari biasa diselingi dengan musim hujan.
“Suhu panasnya masih biasa, masih wajar karena ada hujan. Ini sebentar lagi juga hujan,” kata Karso, saat ditemui di Jalan Karapitan, Kota Bandung, Rabu (26/4/2023).
Berbeda jika tidak ada hujan, menurutnya Kota Bandung mungkin akan lebih panas. Karso berasal dari Ciwidey, Kabupaten Bandung yang terkenal dingin. Sehari-hari ia bekerja di bidang perbaikan pipa PDAM Kota Bandung. Saat ditemui, ia sedang memperbaiki aliran air PDAM yang tersendat. Namun tersendatnya air bukan karena musim panas, melainkan disebabkan masalah teknis.
“Debit airnya masih standar, bukan karena kekurangan air,” jelas Karso.
Dua ratus meter dari Karso, Ade (45 tahun), berteduh dari terik matahari di bawah pohon cukup rindang. Ia membuka jasa pengisian angin untuk kendaraan. Bayangan pohon yang teduh membuat panas matahari tak begitu terasa.
Ade yang sejak kecil tinggal di Kota Bandung, mengaku cuaca panas kotanya masih wajar-wajar saja. Sebagai kotamadya yang padat penduduk, tak heran jika kota ini terasa lebih panas dibandingkan daerah di kabupaten Bandung yang lebih dingin.
“Sekarang panas tarik, tapi sebentar lagi kan hujan. Tapi panasnya masih wajar saja,” kata Ade.
Menurutnya, pada siang hari cuaca Kota Bandung biasa terik. Selepas pukul 12, cuaca biasanya berubah menjadi hujan sehingga lebih dingin. Perubahan cuaca ini cukup menolong Kota Bandung menjadi tidak terlalu panas.
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa hawa Kota Bandung dewasa ini semakin menyengat. Banyak faktor yang mempengaruhinya, mulai jumlah penduduk yang terus meningkat, tingginya alih fungsi lahan, menyusutnya ruang terbuka hijau, dan berkurangnya jumlah pohon peneduh yang berfungsi sebagai paru-paru kota.
Menurut data DPKP3 Kota Bandung yang diakses Selasa (5/4/2023), kondisi hutan Kota Bandung benar-benar kritis. Saat ini jumlah pohon pelindung di Kota Bandung sebanyak 229.649 pohon. Padahal idealnya jumlah pohon yang ada di Kota Bandung sebanyak 40 persen dari jumlah penduduk.
Penduduk Kota Bandung pada 2022 berjumlah 2.452.943 jiwa (BPS Kota Bandung 2022). Jadi jumlah pohon yang dibutuhkan sebanyak 981.177,2 pohon atau hampir 1 juta pohon. Secara teoritis jumlah ini akan cukup untuk meneduhkan Kota Bandung, khususnya menetralkan udara panas matahari.
Baca Juga: Penyebab Suhu di Bandung terasa lebih Dingin pada Malam dan Pagi Hari
Data Suhu Rata-rata Kota Bandung 2014-2020, Memanas dalam Dua Tahun Terakhir
Data Lengkap Perubahan Suhu Rata-rata Kota Bandung 1975-2020, Bertambah 3 Derajat Celcius dalam 46 Tahun!
Transisi ke Kemarau
Suhu yang menyengat akhir-akhir ini dikeluhkan warga Bandung maupun secara nasional seiring munculnya gelombang panas yang melanda beberapa negara di Asia. Peningkatan suhu ini terutama dirasakan oleh para pemudik yang menempuh perjalanan dari barat ke timur Jawa ataupun sebaliknya dari timur ke barat Jawa saat arus balik. Peningkatan suhu makin terasa karena meningkatnya polusi dari gas buang kendaraan para pemudik.
Meski demikian peningkatan suhu ini dinilai masih normal. Staf Data dan Informasi BMKG Bandung Yuni Yulianti mengatakan, berdasarkan pengamatan cuaca di Stasiun Geofisika Bandung untuk suhu di Bandung maksimum masih berada di kisaran 29-30,4 derajat celcius.
"Kemudian di Lembang maksimumnya di 25-26,2 derajat celcius. Masih dalam kategori normal, sejauh ini tidak terlalu siginifikan," ujar Yuni, dalam siaran pers, Selasa (25/4/ 2023).
Ia menjelaskan, ada beberapa faktor yang membuat suhu Kota Bandung terasa lebih panas. Di antaranya, Indonesia saat ini akan masuk musim kemarau, tutupan awan berkurang sehingga intensitas radiasi matahari lebih maksimum, dan dinamika atmosfer yang tidak biasa.
"Terkait musim ini masih dalam periode masa transisi di Bandung, jadi peralihan musim hujan ke kemarau. Lalu, tutupan awan berkurang sehingga aktivitas gelombang matahari optimal 24-31?C. Saat ini rata-rata suhu di Kota Bandung 30,6 derajat. Masih ambang normal meski sudah masuk di indikator maksimal," paparnya.
Maka dari itu, saat pagi hari suhu udara terasa lebih hangat. Lalu di siang hari suhu panas terik maksimum. Namun, di saat sore insensitas curah hujan masih ada.
"Prediksinya, awal Mei kita sudah masuk musim kemarau. Untuk tahun ini, prediksinya kemarau normal, berbeda dengan tahun lalu hampir tidak ada kemarau ya atau istilahnya kemarau basah," ungkapnya.
Ia menambahkan, pada April II 2023- Mei I 2023 umumnya diprediksi curah hujan berada di kriteria rendah - menengah (20 - 150 mm/dasarian). Oleh karenanya, menurut Yuni, masyarakat tidak perlu panik mengenai isu gelombang panas yang saat ini tengah melanda sejumlah kawasan Asia. Ia mengimbau agar masyarakat menggunakan tabir surya terutama saat berkegiatan di luar ruangan.
"Pakai payung atau pakai topi. Kemudian, terutama bagi pengguna roda dua, bisa pakai pakaian yang lebih menutup untuk melindungi kulit. Jika dirasa panas sangat menyengat, harap menepi untuk berteduh dulu," imbaunya.
Mengenai paparan ultraviolet (UV) dari matahari, Yuni menegaskan hal itu tidak memberikan pengaruh langsung pada kondisi suhu udara di suatu wilayah. Meski demikian, BMKG tidak memiliki laporan mengenai indikator UV ini karena priotiras BMKG adalah memantau suhu udara.
Berdasarkan informasi BMKG pusat, besar kecilnya radiasi UV yang mencapai permukaan bumi memiliki indikator nilai indeks UV. Indeks ini dibagi menjadi beberapa kategori: 0-2 (Low), 3-5 (Moderate), 6-7 (High), 8-10 (Very high), dan 11 ke atas (Extreme).
Secara umum, pola harian indeks ultraviolet berada pada kategori Low di pagi hari; mencapai puncaknya di kategori High, Very High, sampai dengan Extreme ketika intensitas radiasi matahari paling tinggi di siang hari antara pukul 12:00-15:00 waktu setempat; dan bergerak turun kembali ke kategori Low di sore hari.
Pola ini bergantung pada lokasi geografis dan elevasi suatu tempat, posisi matahari, jenis permukaan, dan tutupan awan.