• Cerita
  • Halalbihalal Dago Elos: Setelah Lebaran, Warga Akan Terus Melawan Penyerobotan Tanah

Halalbihalal Dago Elos: Setelah Lebaran, Warga Akan Terus Melawan Penyerobotan Tanah

Lebaran tahun ini bagi warga Dago Elos berbeda. Isu penggusuran semakin dekat. Warga akan terus melawan kezaliman penggusuran.

Warga Dago Elos dan jaringan solidaritas yang hadir saling bersalam-salaman, saling memaaf-maafkan, Sabtu, 20 April 2024. (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)

Penulis Tofan Aditya23 April 2024


BandungBergerak.idSepuluh hari setelah lebaran, warga Dago Elos kembali berkumpul di Lapangan Balai RW 02. Sebuah spanduk besar bertuliskan “TANAH UNTUK RAKYAT”, yang sebelumnya juga dipasang ketika salat Id di terminal, kembali dibentangkan. Di area depan, sebuah panggung sederhana, lengkap dengan dua pot bunga di kiri dan kanan, menanti siapa pun yang akan tampil. Di area samping, aneka jenis kakaren (makanan sisa lebaran) mulai dari kue kering hingga rengginang dan jajanan pasar dihidangkan.

Halalbihalal di Dago Elos baru digelar tahun ini, Sabtu, 20 April 2024. Diinisiasi oleh Forum Dago Melawan, halalbihalal sebagai ajang silaturahmi antara sesama warga sekaligus ancang-ancang untuk melanjutkan agenda perlawanan.

Selain dihadiri warga Dago Elos, kegiatan halalbihalal juga dihadiri oleh jaringan solidaritas yang terus menerus mendukung perjuangan warga sampai di titik ini. Sebutlah PBHI Jabar, LBH Bandung, BandungBergerak, Trimurti, Konfederasi Kasbi, Sebumi, LION Indonesia, Safety, Simpul puan, Pembebasan Bandung, Agrarian Resource Center (ARC), Aliansi Jurnalis Independen (AJI), LBH Unpar, dan juga para pedagang pasar.

“Sekarang kita sudah masuk ke bulan Syawal. Dan bulan berikutnya, mungkin, terjangan, terpaan, hambatan demi hambatan itu akan menyongsong kita. Apakah kita sudah kan bersiap untuk perjuangan panjang ini?” tanya retoris Angga, Ketua Forum Dago Melawan, dalam sambutannya.

Halalbihalal Dago Elos, Bandung, Sabtu, 20 April 2024. (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)
Halalbihalal Dago Elos, Bandung, Sabtu, 20 April 2024. (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)

Sesaat setelah azan isya berkumandang, satu persatu warga dan jaringan solidaritas mulai berkumpul di lokasi. Anak-anak adalah yang pertama berkumpul, mereka terlihat antusias bermain di karpet-karpet yang akan diduduki oleh setiap yang hadir. Ibu-ibu kemudian mengumpulkan sekaligus menata makanan yang sudah terkumpul. Setelah terlihat cukup ramai, Ninda dan Elvira selaku pewara mempersilakan semua yang hadir untuk duduk berkumpul.

Agenda demi agenda kemudian dilangsungkan. Ada pembacaan ayat suci Al Quran oleh Ahmad Saeful Anwar dan dua bocah perempuan bernama Ratu dan Nadia. Ada sambutan dari Angga selaku Ketua Forum Dago Melawan dan Sahrul selaku ketua pelaksana. Ada penampilan musik dari AntaKata beserta 16 orang anak-anak Dago Elos.

Ada presentasi tentang rencana eksaminasi putusan peninjauan kembali Mahkamah Agung (MA) oleh Tim Kuasa Hukum. Ada penampilan hadroh dari Adz-Dzikro. Ada tausiah dari Ustaz Abdul Rahman. Ada agenda salam-salaman sekaligus maaf-maafan. Dan ada santap malam bersama dengan menu lontong dan opor ayam. Nuansa islami di setiap agenda kentara terasa.

“Ini bukan festival estetika. Ini keringat dingin kelaparan, ini penggumpalan pemilikan. Ini bukan kesenian. Ini penggusuran, ini penjajahan. Dan hanya satu kata, lawan! Hidup mulia atau mati syahid!” ucap ustaz Abdul Rahman yang disambut teriakan semangat dari warga Dago Elos.

Ustaz Abdul Rahman menyampaikan tausiahnya di halalbihalal Dago Elos, Sabtu, 20 April 2024. (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)
Ustaz Abdul Rahman menyampaikan tausiahnya di halalbihalal Dago Elos, Sabtu, 20 April 2024. (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)

Perjuangan yang telah dilakukan warga dalam mempertahankan tanah bukan suatu hal yang salah, itu ditegaskan oleh ustaz Abdul Rahman dalam ceramahnya. Mengutip Al Quran surat An Nisa ayat 75, ustaz menyampaikan bahwa memang sudah seharusnya warga Dago Elos dan jaringan solidaritas “berperang” melawan orang-orang zalim untuk membela kaum yang lemah.

Posisi warga dalam memperjuangkan lahan sudah tepat. Dalam hadis yang diriwayatkan Al Bukhari dari Aisyah r.a, Nabi Muhammad SAW bersabda, “barang siapa yang memperbaiki sebidang tanah di mana tanah itu tidak ada pemiliknya maka yang memperbaiki itu berhak atas tanah tersebut”.

Ustaz juga mengingatkan, bahwa keadilan sosial tidak bisa ditunggu, tapi harus direbut. Untuk mendapatkan keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran, berbagai agenda perjuangan dan pergerakan harus terus dilangsungkan. Dan, modal dasar untuk melakukan itu semua adalah persatuan.

“Semoga warga Dago Elos mendapatkan rida Allah SWT dalam mempertahankan hak-haknya, dalam merebut kesejahteraannya,” doa ustaz Abdul Rahman.

Baca Juga: PN Bandung Harus Membatalkan Eksekusi Tanah Dago Elos
Dago Elos Memanggil, Aliansi Mahasiswa Menuntut Pemkot Bandung Membela Hak-hak Warga yang Terancam Keluarga Muller
Warga Dago Elos Melengkapi Bukti-bukti Dugaan Pemalsuan Dokumen Tanah oleh Keluarga Muller

Santapan malam di Halalbihalal Dago Elos  berisikan ketupat, suiran ayam, dan sepotong telur, lengkap dengan kerupuk, taburan kacang goreng, bawang goreng, dan sambal, Sabtu, 20 April 2024. (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)
Santapan malam di Halalbihalal Dago Elos berisikan ketupat, suiran ayam, dan sepotong telur, lengkap dengan kerupuk, taburan kacang goreng, bawang goreng, dan sambal, Sabtu, 20 April 2024. (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)

Lebaran Sebelum dan Setelah Ancaman Penggusuran

“Dago melawan, dago melawan penggusuran. Dago melawan, dago melawan ketidakadilan. Dago melawan, dago melawan setan tanah,” lantunan yang terus diulang-ulang dengan iringan rebana dan selingan selawat yang menemani santap lontong dan opor di malam itu.

Selepas semua agenda, ibu-ibu yang tadi sibuk menyiapkan dan membagikan kakaren kini duduk mengobrol di tengah lapangan. Reporter BandungBergerak mewawancarai salah seorang ibu-ibu tersebut. Novi Mulyani namanya, seorang ibu dari dua anak yang tengah duduk di bangku kelas 3 Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Taman Kanak-Kanak (TK). Usianya 44 tahun.

Novi tidak lahir di Dago Elos, dia asli Minang, tapi sejak tahun 1980-an tinggal di lokasi sengketa ini. Ketika rencana penggusuran sampai ke telinganya, perempuan yang akrab disapa Teh Uni ini memilih untuk berjuang mempertahankan tanah tempat tinggalnya. Di beberapa agenda yang digelar Forum Dago Melawan, dia kerap terlihat.

Ketika ditanya tentang perbedaan antara lebaran sebelum dan setelah adanya ancaman penggusuran, Novi menjawab bahwa kini dirinya dihantui ketakuan. Dia menyampaikan bahwa lebaran kali ini tidak sebahagia dulu. Bayang-bayang kalau besok akan digusur membuat agenda silaturahmi dengan tetangga kini dibarengi dengan perasaan was-was.

“Insyaallah kita melawan, insyaallah kita berjuang. Tapi tetep saja ya hati nurani nggak bisa dihobongin. Takut kehilangan tepat tinggal, takut kehilangan tetangga-tetangga yang heboh bareng, gibah bareng, berjuang bareng,” cerita Novi lirih, sorot matanya menunjukkan perasaan sedih.

Tanah yang Novi kini tinggali menyimpan banyak kenangan. Dia mendapatkan jodoh di tempat ini. Berawal dari kisah cinta-cintaan di karang taruna, berlanjut hingga hubungan yang serius. Dan, berakhir dengan keputusan menikah. Semua terjadi di Dago Elos.

Selain kenangan, Novi belum punya bayangan kalau tanahnya digusur dia akan tinggal di mana. Selepas pindah nanti, dia juga pasti akan kehilangan tetangga-tetangga yang bermukim di suatu tempat yang entah di mana. Tidak mau kehilangan itu semua, Novi memilih untuk terus berjuang mempertahankan tanah ini.

“Saya pengin bebas. Kita pengin hidup nyaman kayak dulu lagi. Kita pengin tidak ada ancaman-ancaman penggusuran. Itu saja, kita pengin tidur nyaman lagi,” harap Novi. “Pengin bebas. Pengin tidak ada penggusuran. Pengin dimanusiakan.”

Ibu-ibu membagikan kakaren kepada anak-anak di acara halalbihalal Dago Elos, Bandung, Sabtu, 20 April 2024. (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)
Ibu-ibu membagikan kakaren kepada anak-anak di acara halalbihalal Dago Elos, Bandung, Sabtu, 20 April 2024. (Foto: Tofan Aditya/BandungBergerak.id)

Pengadilan Rakyat

Pada 11-12 Mei 2024, Forum Dago Melawan bersama warga dan jaringan solidaritas akan menggelar Pengadilan Rakyat atau People Tribunal. Pengadilan Rakyat adalah sebuah forum hukum yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam menyelesaikan masalah hukum. Forum tersebut akan mengadopsi proses persidangan resmi, mulai dari pengumpulan bukti, mendengarkan pendapat ahli, hingga pengambilan keputusan.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengungkap kebenaran dan mengurai kejanggalan yang terdapat dalam kasus tanah di Dago Elos, juga menyuarakan aspirasi warga terhadap keadilan yang sejati. Jika pengadilan Indonesia telah memberikan banyak ketidakadilan kepada warga Dago Elos, baik di pengadilan negeri, pengadilan tinggi, maupun mahkamah agung, maka Pengadilan Rakyat akan mengadili ketidakadilan yang dilakukan oleh lembaga peradilan.

“Kita akan menunjukkan kepada seluruh orang di Indonesia, kalau pengadilan tidak adil, warga bisa mengadakan pengadilannya sendiri,” terang Wisnu, tim kuasa hukum Dago Melawan, dalam presentasinya kepada warga.

Mengenai kejanggalan-kejanggalan tersebut, tim kuasa hukum Dago Melawan telah mendata setidaknya ada delapan kejanggalan sebagai berikut:

  1. Tentang pemalsuan dokumen peralihan Eigendom Verponding;
  2. Hakim PK memberikan pertimbangan hukum yang tidak berdasarkan fakta persidangan;
  3. Pengadilan tidak mengakui proses pendaftaran yang dilakukan oleh warga Dago Elos;
  4. Hakim dan pengadilan telah salah menentukan Legal Standing dari pada Penggugat;
  5. Keterangan palsu dalam penetapan ahli waris yang dijadikan bukti persidangan sengketa tanah;
  6. Menghadirkan bukti palsu dan cerita takhayul di pengadilan;
  7. Memperjualbelikan tanah dengan menggunakan dokumen palsu;
  8. Menyalahgunakan wewenang dengan membatalkan SHM dan HGB warga Dago Elos.

Hasil temuan dan putusan dari Pengadilan Rakyat tersebut kemudian akan dikampanyekan lewat berbagai platform luring maupun daring. Lewat kampanye ini diharapkan kesadaran akan isu di Dago Elos kian tumbuh di masyarakat luas. Selain itu, harapannya gerakan solidaritas semakin meluas ketika melihat kekacauan di pengadilan yang mengakibatkan ketidakadilan bagi warga Dago Elos.

*Simak tulisan-tulisan lain dari Tofan Aditya, atau artikel menarik lainnya tentang Dago Elos

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//