Tol Dalam Kota akan Meningkatkan Jumlah Kendaraan Pribadi, Angkutan Massal Adalah Solusi Mengatasi Kemacetan di Bandung
Tol Dalam Kota Bandung akan dibangun tahun ini. Pakar transportasi dan tata kota khawatir jumlah kendaraan pribadi meningkat dan kemacetan semakin parah.
Penulis Iman Herdiana24 April 2024
BandungBergerak.id - Rencana pembangunan Tol Dalam Kota Bandung atau Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR) kembali bergulir. Pemerintah pusat maupun daerah yakin BIUTR sebagai solusi mengatasi kemacetan. Pakar transportasi berpandangan lain, Tol Dalam Kota Bandung justru akan meningkatkan beban jalan yang sudah jenuh.
“Jalan tol (dalam Kota Bandung) itu tidak akan menyelesaikan masalah (kemacetan),” kata Aine Kusumawati, pakar transportasi dari Kelompok Keahlian Rekayasa Transportasi, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) Institut Teknologi Bandung (ITB), diakses dari laman ITB, Rabu, 24 April 2024.
Aine mengatakan, proyek raksasa ini hanya dapat menjadi solusi jangka pendek bagi kemacetan Kota Bandung. Nantinya setelah jalan tol jadi, kapasitas maksimal jalan akan kembali penuh dan permasalahan kemacetan akan muncul kembali. Sebaliknya, dibangunnya tol malah akan meningkatkan penggunaan kendaraan pribadi.
“Saat jalan tol sudah jadi, bukan berarti dia akan menyelesaikan masalah, karena yang berpindah mungkin tidak banyak. Tapi, bayangkan nanti kalau ada lalu lintas yang di-generated oleh jalan tol tersebut. Orang-orang yang tadinya nggak kepikiran naik mobil mungkin jadi naik mobil,” ujarnya.
Saat ini, jalan di Kota Bandung didominasi kendaraan roda dua. Adapun proyek tol yang akan dibangun tidak ditujukan bagi pengguna kendaraan roda dua. Di sisi lain, rute tol yang akan dibangun tidak akan melayani seluruh wilayah warga. Hal ini mengindikasikan bahwa infrastruktur tol hanya akan mengatasi sebagian kecil dari akar permasalahan kemacetan Kota Bandung.
Pembangunan Tol Dalam Kota Bandung akan membawa berbagai dampak bagi masyarakat. Dalam jangka pendek, proses konstruksi akan menyebabkan kemacetan yang semakin parah di ruas-ruas jalan. Pola pergerakan masyarakat pun akan berubah jika tolnya sudah beroperasi. Beban lalu lintas baru di daerah-daerah yang dihubungkan oleh tol akan muncul, dan kapasitas jalan akan tercapai. Pada akhirnya, kemacetan akan timbul kembali.
“Kita tidak bisa terus-menerus menyediakan prasarana untuk mengakomodasi demand yang ada. Demand akan terus meningkat. Kalau demand terus meningkat, berarti kita harus terus membangun jalan baru,” tuturnya.
Menurut Aine, jika proyek tol jadi dibangun, diperlukan feasibility study (studi kelayakan) terbaru yang dapat menunjukkan bahwa benefit yang diberikan oleh tol secara signifikan dapat dirasakan masyarakat Kota Bandung. Studi kelayakan ini meliputi trase, jumlah lalu lintas yang berpindah menggunakan tol, hingga analisis ekonomi mengenai perbandingan biaya investasi dan manfaat tol.
Berbeda dengan pendapat para pakar di bidangnya, pemerintah keukeuh mau membangun Tol Dalam Kota Bandung. Penjabat Wali Kota Bandung, Bambang Tirtoyuliono mengatakan, Bandung Intra Urban Tol Road (BIUTR) merupakan upaya lain dalam mengurai kemacetan Kota Bandung. BIUTR yang sudah lama tertunda akan dibangun oleh Kementerian PUPR.
“BIUTR itu cita-cita masyarakat Kota Bandung. Sudah 17 tahun masyarakat menanti. Dan saat ini, Pemerintah Pusat ingin 2024 sudah bisa groundbreaking,” ujar Bambang, dalam siaran pers.
Baca Juga: Pembangunan Jalan TOL Dalam Kota Bandung Bukan Solusi Mengatasi Kemacetan
Membangun Tol Dalam Kota Bandung, Mundur Dua Dekade
Pembangunan di Bandung dan Seoul yang Bertolak Belakang
Bukan Tol Dalam Kota tapi Transportasi Publik
Aine Kusumawati menegaskan, solusi tepat untuk mengatasi permasalahan kemacetan di Kota Bandung menurutnya adalah angkutan massal. Kendala yang mungkin dihadapi dalam membangun fasilitas angkutan massal adalah biaya dan kondisi eksisting jalanan di Kota Bandung. Badan jalan yang kecil tidak memungkinkan dibangunnya jalur khusus untuk transportasi umum tipe busway.
Selain itu, transportasi publik eksisting seperti angkot dan Trans Metro Bandung (TMB) dinilai kurang efektif untuk dikembangkan karena jaringan jalan Kota Bandung sudah terlalu padat. Oleh karena itu, dibutuhkan angkutan umum massal yang memiliki jalur sendiri berupa jalur elevated (di atas permukaan tanah) dengan tipe transportasi Light Rail Transit (LRT). Dengan dikembangkannya fasilitas transportasi umum yang layak dan memadai, masyarakat lambat laun akan beralih sepenuhnya ke transportasi umum dan masalah kemacetan di Kota Bandung akan teratasi.
Pakar Tata Kota dari Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB I Gusti Ayu Andani juga menekankan pentingnya transportasi publik untuk mengatasi kemacetan. Menurutnya, untuk mengatasi kemacetan di Indonesia secara umum diperlukan juga strategi komprehensif yang melibatkan berbagai solusi dan stakeholder.
"Selain meningkatkan efisiensi jaringan transportasi eksisting, penting sekali untuk mengembangkan sistem transportasi publik yang handal, seperti bus rapid transit, kereta komuter, dan angkutan massal lainnya, dapat mengurangi ketergantungan pada kendaraan pribadi," terang I Gusti Ayu Andani.
"Penting juga untuk menerapkan manajemen lalu lintas yang lebih canggih, menggunakan teknologi modern untuk mengawasi dan mengatur arus lalu lintas secara real-time," lanjutnya.
*Kawan-kawan bisa menyimak reportase Tol Dalam Kota Bandung di tautan berikut ini