• Berita
  • Pameran Foto PFI di Bandung, Menangkap Makna Kebenaran Jurnalistik

Pameran Foto PFI di Bandung, Menangkap Makna Kebenaran Jurnalistik

Dewan Pers menyatakan, survei menunjukkan masyarakat atau publik lebih mempercayai informasi yang dihasilkan media jurnalistik daripada media sosial.

Suasana pameran Anugerah Pewarta Foto Indonesia di Bandung Creative Hub, Bandung, 3 Mei 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Prima Mulia6 Mei 2024


BandungBergerak.idAktor pantomim Wanggi Hoed menenteng kamera di antara panel-panel foto jurnalistik yang dipamerkan di ajang Anugerah Pewarta Foto Indonesia (APFI 2024) di Bandung Creative Hub (BHC), Jalan Laswi, Kota Bandung, 3 Mei 2024, persis pada peringatan Hari Kebebasan Pers Dunia. Pameran foto ini berlangsung hingga 8 Mei 2024.

Dengan wajah dirias warna hitam putih Wanggi berkeliling ruang pamer, berbaur tanpa kata-kata dengan puluhan pengunjung. Ia sesekali menjepretkan kameranya ke arah pengunjung yang berpapasan. Aksi yang dia beri tajuk Jejak Mata Kamera ini sontak mengundang perhatian sejumlah jurnalis yang tengah meliput perhelatan akbar insan pewarta foto tersebut.

Wanggi lalu berdiri di depan foto Aksi Kamisan karya pewarta foto Kompas Rony Ariyanto Nugroho yang diganjar juara pertama kategori General News. Wanggi yang juga inisiator Aksi Kamisan Bandung berdiri mematung cukup lama di depan foto siluet massa aksi dengan payung-payung hitamnya yang khas sebagai simbol perlawanan.

Suasana pameran Anugerah Pewarta Foto Indonesia di Bandung Creative Hub, Bandung, 3 Mei 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Suasana pameran Anugerah Pewarta Foto Indonesia di Bandung Creative Hub, Bandung, 3 Mei 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

"Merawat semangat untuk mewartakan melalui karya foto adalah pembacaan situasi tentang dunia kita hari ini," katanya.

Foto-foto seluruh pemenang dan sebagian nominator karya pewarta dari media nasional dan asing yang dipamerkan berasal dari 2.500 foto karya 256 partisipan yang diseleksi sangat ketat terbagi dalam beberapa kategori yaitu Spot News, General News, Sport, Story, Environment And Nature, Art Culture And Entertainment, People In The News, dan Citizen Journalist.

Sebelum pembukaan pameran, di lantai tiga BHC dilaksanakan pemberian Anugerah Pewarta Foto Indonesia 2024 yang dihadiri oleh sesepuh foto jurnalistik Indonesia Oscar Motuloh, Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu, serta sejumlah pimpinan media massa dan kantor berita asing.

Sementara fotografer kantor berita Prancis AFP Chaideer Mahyudin, jadi kampiun esai terbaik kategori People In The News berjudul Nestapa Rohingya yang dibuatnya di Aceh. Photo of The Year APFI tahun ini dianugerahkan kepada pewarta foto Suara Merdeka Yoma Times Suryadi dengan judul Gibran Rakabuming Raka.

Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu menyampaikan paparan di pembukaan Anugerah Pewarta Foto Indonesia di Bandung Creative Hub, Bandung,  3 Mei 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu menyampaikan paparan di pembukaan Anugerah Pewarta Foto Indonesia di Bandung Creative Hub, Bandung, 3 Mei 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

"Semoga foto-foto ini bisa jadi perantara pesan dan informasi bagi publik dan pemerintah," kata Ketua PFI Nasional Reno Esnir.

Ketua PFI Bandung Raisan Al Farisi juga berharap APFI 2024 ini bisa jadi sarana edukasi dan oase baru bagi perkembangan fotografi jurnalistik Indonesia, khususnya bagi kalangan muda atau praktisi fotografi jurnalistik pemula.

Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu mengapresiasi PFI yang konsisten menggelar APFI di tengah tantangan berat industri pers di Indonesia yang kini dijejali dengan derasnya teknologi, tuntutan kecepatan dalam menyiarkan sebuah berita, di tengah dukungan budget yang tak lagi jor-joran di era multiplatform media saat ini.

Saat menyampaikan paparannya yang cukup panjang, Ninik Rahayu menyampaikan sejumlah poin yang sangat menarik untuk dikaji ulang, di antaranya tentang fungsi dan tugas seorang jurnalis di era jurnalisme multiplatform yang serba cepat dan instan sekarang ini. Kecenderungan masyarakat dalam mencari dan mengakses berita, media sosial sebagai salah satu acuan pencarian informasi yang sangat cepat tanpa batas, dan posisi si media itu sendiri dalam mengakomodir hasil kerja para jurnalisnya.

Suasana pameran Anugerah Pewarta Foto Indonesia di Bandung Creative Hub, Bandung, 3 Mei 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Suasana pameran Anugerah Pewarta Foto Indonesia di Bandung Creative Hub, Bandung, 3 Mei 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

"Teknologi yang terbaru meminta kita untuk bekerja secara cepat tanpa mempetimbangkan akurasi substansi berita dan itu ikut menggerus kerja-kerja kawan jurnalis yang mulai mengabaikan fakta dengan akurasi cover both side keberimbangan pada sumber tapi memilih berita-berita dari media sosial karena diburu oleh kecepatan. Karena takur pada algoritma, karena takut pada platform. Itu PR besar bagi kita," jelas Ninik dalam paparannya di depan para pewarta foto dan mahasiswa ilmu komunikasi.

Di sisi industri pemberitaan, menurut Ninik intervensi yang begitu kuat dari pemilik modal perusahaan pers, perusahaan pers yang mengeluh tidak bisa independen karena semakin mepetnya dukungan budget yang mereka miliki, iklan yang kemudian lebih memilih beriklan di perusahaan platform bukan di perusahaan pers juga menjadi salah satu sebab terhimpitnya perusahaan pers, kemudian memilih untuk berkolaborasi dan memainkan peran-peran yang mengikabatkan peminggiran independensi.

Ninik berpendapat media cetak suatu saat akan kembali disenangi di tengah gandrungnya masyarakat pada media digital. Menurutnya, di beberapa Negara seperti Amerika, Malaysia, Australia, dan Singapura, pembaca majalah atau koran cetak harian memiliki jumlah penggemar yang cukup tinggi. 

Baca Juga: Bandung Lautan Sampah dalam Bingkai Foto dan Kaus
Ziarah ke TPU Pandu Menandai Peringatan Satu Abad Perhimpunan Amatir Foto (PAF) Bandung
731 Hari Pandemi Covid-19 dalam Catatan Visual Pewarta Foto Indonesia (PFI) Bandung

"Mari kita berpikir soal investasi sumber daya manusia, hari-hari ini banyak sekali perusahaan pers yang lebih memilih berinvestasi pada mesin pada teknologi pada alat,” katanya.

Ninik tidak setuju jika PFI lebih mengedepankan peralatan canggih tetapi menomorduakan makna keadilan, kesejahteraan, dan kepentingan publik. Jurnalis foto, katanya, mesti menyampaikan narasi dan pemikiran yang intuitif yang mengilhami kenapa satu obyek dipotret dan obyek yang lainnya tidak dipotret, kenapa obyek ini dipotret dari angle sebelah sini kenapa bukan dari sebelah sini, kenapa motretnya harus dalam waktu yang malam hari bukan pagi hari atau siang hari atau sore hari.

“Saya kira itu adalah hasil kreasi dan inovasi serta pemikiran yang dilahirkan dari pemikiran-pemikiran sumber daya manusia. Maka sampai hari ini saya tetap meyakini marilah perusahaan pers menginvestasikan yang paling besar adalah untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia ketimbang pada mesin," terang Ninik.

Ninik menegaskan, ekosistem pers di Indonesia belum sehat. Distribusi pemberitaan sering kali harus bersaing dengan informasi dari beragam medium informasi multiplatform, ada X, Facebook, Instagram, Tiktok, dan lain-lainnya yang sering kali secara sengaja atau tidak sengaja memfungsikan manfaatnya seperti berita.

"Nah ini yang menggembirakan, hasil temuan AJI dan Remotivi, risetnya menunjukan masyarakat kita masih lebih percaya pada berita pada media ketimbang media sosial maupun model-model informasi yang dikeluarkan oleh content creator maupun youtuber, berikan applause pada pemberita termasuk pewarta foto,” katanya.

Hasil survei sebelumnya yang dikeluarkan oleh Reuters, masyarakat kita lebih memilih kebenaran berdasarkan karya jurnalistik suatu media. “Maka rasanya kita tidak sia-sia kalau menginvestasikan dengan meningkatkan pengetahun, meningkatkan pemahaman, dan meningkatkan kompetensi para jurnalis kita, para wartawan kita, para insan pers kita, karena dia tetap menjadi rujukan," terang Ninik.

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca tulisan-tulisan lain dari Prima Mulia atau artikel lain tentang Pameran Foto 

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//