• Berita
  • Bandung Lautan Sampah dalam Bingkai Foto dan Kaus

Bandung Lautan Sampah dalam Bingkai Foto dan Kaus

Pameran “Potret Sekitar Sampah?” menunjukkan bahwa masalah begitu mengganggu aktivitas manusia. Jalan ambulans rumah sakit bisa terhalang tumpukan sampah.

Pameran Potret Sekitar Sampah di Stocker House, Braga, Kota Bandung, 27-28 Oktober 2023. (Foto: Aulia Rachma Febriani/BandungBergerak.id)

Penulis Aulia Rachma Febriani28 Oktober 2023


BandungBergerak.idDarurat sampah Kota Bandung jauh dari kata selesai. Entah sampai kapan Bandung lautan sampah ini berakhir. Tempat Pemrosesan Akhir atau TPA Sarimukti yang sudah kelebihan kapasitas, sulit pulih kembali setelah dihantam kebakaran berbulan-bulan.

Sementara pengelolaan sampah belum banyak berubah. Sampah menumpuk di sudut-sudut kota, berdesakan di sungai-sunagi, dan lingkungan pun menjadi korban.

Berawal dari keresahan tersebut, Extinction Rebellion Indonesia menyelenggarakan pameran fotografi bertajuk “Potret Sekitar Sampah?”. Berkolaborasi dengan BandungBergerak.id dan Komunitas Kampung Tjibarani, pameran ini mengajak peserta pameran untuk mengangkat persoalan sampah dan dampaknya pada lingkungan melalui tangkapan lensa kamera dan media kaus (t-shirt).

Pameran yang berlangsung 27-28 Oktober 2023 di Stocker House, Braga, Kota Bandung, ini merupakan bagian dari kampanye “Bilik Tilik Kotak Otak; Thinking of The Box” yang juga termasuk dalam agenda acara Bandung Design Biennale (BDB) 2023. Agenda ini merupakan rangkaian acara yang sudah diselenggarakan dari awal Oktober lalu dengan tema utama sungai dan sampah.

Konsep awal pameran ini dimulai dengan workshop fotografi jurnalistik pada 15 Oktober lalu. Workshop ini tidak hanya mempelajari teknis fotografi, tapi juga berisi lokakarya yang membahas tentang pemasalahan sampah dan sungai sebagai isu utama.

Sebanyak 12 peserta sekaligus peserta pameran mengikuti lokakarya ini. Mereka berasal dari beragam latar belakang, di antaranya Hawa Najmi Mahsunah, Ilham Ahmad Nazar, Muhammad Tommy Lou, Najla Balqis Khansa, Jonathan Franklin Aldy, R. Sabila Faza Riana, Rimiku Santalum Sativa, Salma Nur Fauziyah, Siti Labibah Fitriana, Muhammad Adzkiya, Rizki Anugrah Kusumah, dan Yasmin Zahra Khairunnisa. 

Zizi sebagai panitia perwakilan dari Extinction Rebellion Indonesia menyebutkan, pameran ini dibuat dengan konsep cerita foto dengan dua perspektif berbeda, yaitu potret dampak sampah dan kerja baik dari sampah. Terhitung ada 24 karya yang dipamerakan dan dicetak menjadi desain kaus dan kain.

“Yang (dicetak) di kaus itu terkait dampaknya, yang dari jelek-jeleknya sampah. Tapi kalau yang di atas (di kain) itu dampak baik. Kira-kira kayak pengolahan sampah, ada juga yang nyeritain tentang di daerahnya sudah ada kayak pengolahan maggot di sampah organiknya. Ternyata kayak, ada baiknya juga gitu loh sampah,” jelas Zizi.

Pameran Potret Sekitar Sampah di Stocker House, Braga, Kota Bandung, 27-28 Oktober 2023. (Foto: Aulia Rachma Febriani/BandungBergerak.id)
Pameran Potret Sekitar Sampah di Stocker House, Braga, Kota Bandung, 27-28 Oktober 2023. (Foto: Aulia Rachma Febriani/BandungBergerak.id)

Tak Berakhir di Pameran

Virliya Putri Cantika sebagai kurator pameran juga pemateri dalam workshop fotografi mengungkapkan, media kaus dan kain dipilih agar kampanye tentang sampah tidak hanya berakhir di pameran saja. Selain lebih murah, harapannya karya fotografi ini tidak terasa ekslusif karena hanya dapat dilihat lewat cetak foto dan frame saja.

“Lebih jauhnya lagi biar campaign-nya gak berhenti di pameran doang sih. Nanti tuh baju-baju dikasihin ke para pameris (peserta pameran). Sebenernya itu gimana mereka sih mau dipake atau enggak. Cuma harapannya mereka juga menyuarakan gitu, ini loh dampak yang pernah terjadi di Kota Bandung,” jelas Virliya.

Selain pameran fotografi, acara “Potret Sekitar Sampah?” menyelenggarakan agenda-agenda pemanis yang masih berkaitan dengan kampanye sampah dan sungai. Agenda lainnya adalah nonton bareng beberapa film tentang sampah dan sungai di hari kedua, dan gelar bicara dan penampilan seni di hari ketiga sekaligus penutupan acara.

Sampah Mengadang Jalan

Pada pembukaan pameran, para pameris berkesempatan menceritakan pesan dan keresahan yang mereka siratkan dalam foto karyanya tentang dampak sampah di lingkungan masing-masing. Kebanyakan dari karya foto menampilkan tumpukan sampah yang mengganggu lingkungan.

Rimiku Santalum Sativa memotret tumpukan sampah yang menutupi sebagian jalan di daerah Cicadas, Bandung. Tumpukan sampah ini menggunung hingga melebihi tinggi orang dewasa.

Cicadas sendiri merupakan daerah rawan macet karena terdapat pasar yang aktif dan rumah sakit yang sama sibuknya. Keresahan Rimiku berangkat dari tumpukan besar sampar di pinggir jalan yang mungkin akan menghambat akses lalu lintas, terutama untuk keadaan darurat seperti lalu lintas mobil ambulans rumah sakit.

“Tanpa tumpukan sampah yang nutupin jalan itu aja, ambulans udah sulit melewati keramaian pasar. Apalagi pas ada tumpukan sampah itu. Pesan dari foto itu tuh, sampah tuh bisa jadi penghambat banyak hal, salah satunya hambatan untuk keadaan darurat,” ungkap Rimiku yang masih duduk si bangku SMA kelas 11.

Baca Juga: Bandung Lautan Sampah
Darurat Sampah, Sekolah, dan Kampanye Pengelolaan Sampah
Data Sebaran TPS di Kota Bandung serta Jumlah Sampah yang Masuk dan Diangkut per Harinya Tahun 2016: Sampah akan Menggunung Apabila Pengangkutan Tersendat

Pameris lainnya, Rizki Anugrah Kusumah memotret tumpukan sampah di salah satu RW di kelurahan Cikawao, Kecamatan Lengkong. Tumpukan sampah itu sudah terdampar dan tertumpuk selama beberapa hari sampai seminggu lebih karena tidak diambil. Sampah yang menumpuk ini lokasinya dekat sekali dengan lingkungan warga, sehingga dapat menjadi bahaya dan tentunya mengganggu aktivitas warga. 

“Aku hanya ingin nunjukkin dari foto itu tuh, kondisi kalau misalnya kondisi TPS di beberapa tempat itu masih belum merata. Soalnya di kelurahan itu pun, di kelurahan Cikawao itu setiap RW itu sampahnya tuh beda-beda di bawanya tuh. Ada yang dibawa ke TPS Ancol, ada yang langsung dibawa ke TPS Sarimukti” jelas Rizki.

Menurut data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) 2022, timbulan sampah yang terhitung di Kota Bandung mencapai 581.876,52 ton. Setiap harinya masyarakat Kota Bandung memiliki timbulan sampah sejumlah 1.594,18 ton, yang berarti setiap penduduk menghasilkan sampah sekitar 0,63 kilogram per hari. Angka ini jelaslah tidak sedikit jika diibandingkan dengan kapasitas TPS dan TPA yang tersebar di Kota Bandung.

Secara menyeluruh, kondisi sampah di lingkungan kita masih mengkhawatirkan. Tetapi setidaknya pameran “Potret Sekitar Sampah?” dapat menjadi wadah untuk masyarakat agar termotivasi untuk bergerak serta berpartisipasi dalam pengelolaan sampah yang lebih baik dan lebih tepat guna.  

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca lebih lanjut isu persampahan Bandung Raya di bandungbergerak.id

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//