• Berita
  • Ketika Seni dan Aktivisme Mengetuk Kesadaran Publik agar Berpihak Kepada Warga Dago Elos

Ketika Seni dan Aktivisme Mengetuk Kesadaran Publik agar Berpihak Kepada Warga Dago Elos

Pameran Arsip Dago Elos mempertemukan seni dengan aktivisme untuk menjadikan isu penggusuran menjadi relevan bagi masyarakat.

Salah satu tulisan anak Dago Elos yang dipajang di Pameran Arsip Dago Elos di Fragment Project, Jalan Ir. H. Djuanda, Bandung, 4 - 5 Mei 2024. (Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id)

Penulis Fitri Amanda 6 Mei 2024


BandungBergerak.idMengangkat isu penggusuran ke masyarakat luas dapat dilakukan dengan banyak cara, salah satunya dengan pendekatan lingkup kesenian, seperti yang dilakukan oleh sekelompok mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang membuka Pameran dan Diskusi Arsip Dago Elos pada 4 Mei hingga 5 Mei 2024 di Fragment Project, Jalan Ir. H. Duanda (Dago), Bandung.

Pameran arsip menjadi wadah bagi mereka untuk membawa isu Dago Elos sebagai topi perbincangan yang relevan. Pameran ini dilakukan sebagai sebuah perwujudan dari perhatian mereka terhadap isu penggusuran yang sedang terjadi di Dago Elos.

Marcelin (22 tahun) dan Tamara (21 tahun) yang merupakan mahasiswi FSRD ITB mengungkapkan, ternyata masih banyak masyarakat, khususnya mahasiswa ITB, yang belum sadar dan menaruh perhatian pada isu Dago Elos. Hal tersebut mereka sadari ketika salah satu temannya mengungkapkan bahwa ia tidak mengetahui perihal isu Dago Elos.

“Sebenarnya yang lucunya tuh yang ngebuat kami ngerasa ‘oke fiks harus kerja sama bareng Dago Elos’ tuh pas ngobrol bareng salah satu teman kami. Dia itu gak tahu apa yang terjadi di Dago Elos padahal kan sama-sama di Dago, ITB ke Dago Elos itu gak jauh-jauh banget, gitu,” ungkap Tamara, 4 Mei 2024 dalam diskusi di Pameran Arsip Dago Elos.

Sejak awal, cerita Tamara, mereka sudah ada berkeinginan untuk bekerja sama dengan Dago Elos. Namun saat itu mereka masih belum memiliki gambaran konkret mengenai bentuk kerja sama ini.

Ketika mereka melihat langsung ke Dago Elos dan kemudian berinteraksi dengan sebagian warga, mereka menyadari bahwa betapa berbedanya lingkup antara mereka dan Dago Elos. Hal tersebut membawa mereka merenungkan bagaimana perbedaan lingkup ini dapat di atasi dan dihubungkan. Akhirnya, mereka memutuskan membawa isu Dago Elos ke luar, menyebarkan ke ruang-ruang masyarakat.

Pengunjung memperhatikannya arsip-arsip yang dipajang di Pameran Arsip Dago Elos di Fragment Project, Jalan Ir. H. Djuanda, Bandung,  4 - 5 Mei 2024. (Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id)
Pengunjung memperhatikannya arsip-arsip yang dipajang di Pameran Arsip Dago Elos di Fragment Project, Jalan Ir. H. Djuanda, Bandung, 4 - 5 Mei 2024. (Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id)

Proses pengumpulan arsip yang memakan waktu selama kurang lebih tiga bulan ini merupakan sebuah awal dan diharapkan dapat menjadi pemicu. Mereka ingin agar isu yang diangkat dalam pameran ini tetap menjadi fokus pembicaraan, bahkan dapat membuka ruang-ruang diskusi lainnya.

“Ini masih belum apa-apa, tapi justru dari belum apa-apa itu kami mengusahakan keberlanjutannya kedepannya bagaimana. Pengin permasalahan ini terus dibahas, buat diskusi-diskusi baru tentang yang deket-deket-lah sama kita gitu,” terang Tamara.

Dari beberapa arsip yang dipajang seperti foto-foto selama warga Dago Elos melakukan pergerakan perlawanan, karya anak-anak Dago Elos, dan elemen-elemen perjuangan warga seperti poster, toa, dan artefak lainnya, genset menjadi salah satu arsip yang begitu menarik perhatian Marcelin.

Selain toa, genset tanpa disadari ternyata merupakan elemen vital untuk mendukung pergerakan perjuangan warga Dago Elos. Selain itu, bagi Marcelin pameran ini dapat menjadi refleksi bagi warga Dago Elos tentang pergerakan yang selama ini mereka lakukan.

“Tapi yang lucu juga tadi di diskusi warga juga ada yang bilang kayak ‘oh iya ya kita tuh ada ini’ gitu. Mereka tuh kadang gak sadar juga dengan hal ini gitu. Dengan disajikan ini mungkin jadi menarik juga gitu buat warga untuk refleksi lagi tentang pergerakannya mereka sendiri,” jelas Marcelin, kepada Bandung Bergerak.

Pengunjung memperhatikannya arsip-arsip yang dipajang di Pameran Arsip Dago Elos di Fragment Project, Jalan Ir. H. Djuanda, Bandung,  4 - 5 Mei 2024. (Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id)
Pengunjung memperhatikannya arsip-arsip yang dipajang di Pameran Arsip Dago Elos di Fragment Project, Jalan Ir. H. Djuanda, Bandung, 4 - 5 Mei 2024. (Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id)

Respons Warga Dago Elos

Angga, seorang warga Dago Elos, mengatakan pameran arsip oleh mahasiswa FSRD ITB ini adalah sebuah kesempatan untuk menunjukkan kepada warga sekitar bahwa apa yang mereka alami di Dago Elos bukanlah hal biasa. Meskipun objek dan gambaran yang ditampilkan adalah hal-hal yang nyata di sekitar mereka, namun melihatnya melalui karya-karya tersebut memberikan perspektif yang berbeda.

Angga merasa seakan-akan dia sedang melihat dimensi lain, bukan lagi hanya sekedar kehidupan sehari-hari di Dago Elos. Melalui karya-karya tersebut, ia dapat melihat lingkungannya dari sudut pandang yang berbeda. Bahkan, terdapat beberapa detail yang mungkin tidak banyak orang menyadarinya, tetapi memiliki makna yang sangat penting.

“Jujur saya berterima kasih atas teman-teman lakukan yang tidak bisa dilakukan oleh warga begitupun sebaliknya. Inilah bukti dari solidaritas,” ucap Angga, berterima kasih kepada mahasiswa FSRD ITB, dalam diskusi.

Warga Dago Elos lainnya mengungkapkan bahwa ia merasa senang karena sudah mengangkat isu Dago Elos namun juga merasa sedih karena teringat akan perjuangan ia bersama warga Dago Elos lainnya dalam mempertahankan tanah mereka selama ini.

“Pas masuk agak seneng tapi ada rasa sedih juga sih liatnya gitu. Ya ngeliat foto-fotonya keinget perjuangan kita. Sedihlah, tapi senang gitu karena diangkat isu Dago Elosnya,” ungkap seorang warga peserta diskusi.

Baca Juga: Dinding-dinding Elos
Lebaran di Dago Elos
Dago Elos Melawan: Nepi Sabubukna

Artefak dan elemen pergerakan warga Dago Elos yang dipajang di Pameran Arsip Dago Elos, di Fragment Project, Jalan Ir. H. Djuanda, Bandung,  4 - 5 Mei 2024. (Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id)
Artefak dan elemen pergerakan warga Dago Elos yang dipajang di Pameran Arsip Dago Elos, di Fragment Project, Jalan Ir. H. Djuanda, Bandung, 4 - 5 Mei 2024. (Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id)

Menyebarkan Informasi Dengan Estetika

Tamara mengakui bahwa ia dan tim dihadapkan pada tantangan menarik saat mereka merencanakan pameran arsip mereka. Seorang dosen menyarankan agar pameran arsip ini disajikan dengan cara yang menarik sehingga pengunjung dapat mengambil foto dan merasa tertarik untuk melihat isu yang disampaikan.

Hal itu memunculkan pertanyaan dalam pikiran mereka tentang mengapa estetika harus menjadi bagian penting dari penyampaian pesan dan dapat diserap dengan baik oleh masyarakat.

Namun, dalam refleksi Tamara, ia menyadari bahwa inilah realitanya. Di tengah ledakan informasi yang terjadi, manusia cenderung lebih mudah menerima dan mencerna informasi yang disajikan secara estetis. Mata dan pikiran manusia saat ini secara alami tertarik pada yang menarik secara visual.

Dalam konteks pameran arsip mereka, estetika menjadi alat untuk menarik perhatian publik pada isu penting yang mereka angkat, yaitu penggusuran di Dago Elos. Itu bukan hanya tentang membuatnya terlihat menarik, tetapi juga tentang membuatnya terasa dekat serta relevan bagi pengunjung.

*Kawan-kawan dapat menikmati karya-karya lain Fitri Amanda, atau artikel-artikel lain tentang Dago Elos

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//