• Berita
  • Warga Protes Pembangunan Jalan Layang Ciroyom Kurang Memperhatikan Keselamatan

Warga Protes Pembangunan Jalan Layang Ciroyom Kurang Memperhatikan Keselamatan

Warga mencatat dua kali terjadi kecelakaan di sekitar jalan layang Ciroyom karena kurangnya rambu-rambu lalu lintas dan sarana prasarana jalan.

Aksi blokade Jalan Layang Ciroyom oleh warga, Minggu, 19 Mei 2024. (Foto: Naufal via Grup WhatsApp Komunitas KawanBergerak)

Penulis Muhammad Akmal Firmansyah20 Mei 2024


BandungBergerak.id - Keselamatan di jalan raya merupakan hak bagi semua pengguna jalan, baik pengemudi, penumpang kendaraan umum, dan warga di sekitar jalan. Hak-hak tersebut dianggap tidak terpenuhi dalam pembangunan jalan layang (flyover) Ciroyom di Kecamatan Andir, Kota Bandung. Warga pun turun ke jalan menuntut keselamatan terkait pembangunan jalan layang penyangga Proyek Strategis Nasional (PSN) Kereta Cepat Jakarta Bandung, Minggu, 19 Mei 2024.

Warga bahkan sempat memblokade jalan layang di sela-sela penyampaian aspirasi mereka. Mereka menuntut pembangunan jalan dilengkapi dengan pemenuhan pra sarana, seperti rambu-rambu lalu lintas agar dipasang pada jalan layang sepanjang 700 meter di Jalan Arjuna itu.

Naufal (20 tahun), warga RW 08 Ciroyom mengatakan tak ada mekanisme dan kejelasan mengenai alur jalan di jalan layang Ciroyom. Hal ini yang mendorong masyarakat di sekitar jalan layang protes. 

“Hal pertama yang dirasakan atau kekhawatiran warga. Itu tanah yang di atas yang deket rel kereta api karena tidak diberi pondasj penghalang dan juga seumpama diberi batu yang dihalangi oleh kawat. Warga takut ketika hujan deras longsor. Belum lagi bagaimana ketika kereta api lewat bisa-bisa ada pergeseran tanah yang membuat kereta anjlok,” kata Naufal, kepada BandungBergerak melalui pesan singkat, Minggu, 19 Mei 2024. 

Selain itu, pembangunan jalan layang Ciroyom menyebabkan sering terjadi kemacetan di jalur arteri. Mekanisme pengaturan jalan di sekitar Andir, Jalan Padjadjaran ke arah Jalan Garuda juga dinilai tak jelas. “Kemacetan pun terjadi apalagi waktu bulan Ramadan dari Ciroyom sampai pintu perlintasan Andir yang deket Husaein itu macet total,” ujar Naufal, 

Tak ada rambu-rambu lalu lintas dan penerang jalan umum (JPU) disebut-sebut menjadi penyebab kecelakaan yang terjadi Jumat, 17 Mei 2024. Kecelakaan ini menimpa angkot berisi rombongan siswa SMPN 4 Cimahi. Angkot terguling menyebabkan 3 orang siswa luka ringan.

“Untuk kecelakan sendiri sudah 2 kali sama yang angkot itu, dan juga pernah juga anak-anak yang pakai sepeda listrik karena di daerah Ciroyom ada penyewaan sepeda listrik,” ungkap Naufal. 

Warga lainnya, Miz Yanti mengatakan, seandainya kecelakaan tersebut terjadi karena human error tapi fasilitas di perlintasan jalan layang Ciroyom juga belum memenuhi. Maka, aksi yang dilakukan warga beralasan. Warga berhak menuntut kejelasaan agar pemerintah tidak lepas tanggung jawab seusai pembangunan. 

“Kami warga Ciroyom bukan ingin cari sensasi atau apa pun ya. Kami sendiri yang merasakan dan mengalaminya. Memang sudah ada dari mediasi ke Dishub Bandung  dan dinas terkait lainnya mengenai fungsi flyover ini minta diselesaikan,” jelas Yanti.

Menurutnya, pembangunan jalan layang bukan sekedar mengatasi kemacetan namun harus memikirkan dampak lainnya. Ketiadaan rambu-rambu lalu lintas dan prasarana merupakan evaluasi warga atas pembangunan tata kota.

“Aksi demo protes ini, kami hanya ingin membantu aspirasi warga kami. Tuntutan warga tolong. Ditertibkan prasarana dan sarana flyover. Kalau memang dipakai untuk fasilitas umum tolong ditertibkan hal-hal lainnnya. Kami ingin punya kejelasan. Mohon diperhatikan oleh dinas terkait,” ungkap Yanti.

Baca Juga: RPH Ciroyom Dijamin tak Terganggu Proyek Strategis Nasional
Mengubah atau Merusak Cagar Budaya RPH Ciroyom Bisa Dipidana?
Menilik Pembangunan Flyover Ciroyom dari Teropong HAM

Sebelumnya, Pemkot Bandung mentargetkan jalan layang Ciroyom beroperasi akhir 2023 dan awal 2024 masyarakat Kota Bandung dapat merasakan manfaatnya. Infrastruktur Jalan Ciroyom Jalan Arjuna ini dijanjikan akan dilengkapi benteng, sedangkan akses bagi pejalan kaki akan menggunakan JPO (Jembatan Penyeberangan Orang).

Menurut Ema, kehadiran fly over ini bisa memudahkan operasional feeder Kereta Cepat Jakarta Bandung. Ema juga menyampaikan, terima kasih kepada masyarakat Kepala Keluarga di kawasan pembangunan yang sama-sama menjaga situasi tetap kondusif selama pembangunan berlangsung.

"Tidak ada letupan apa pun. Saya sangat mengucapkan terima kasih kepada masyarakat," kata Ema, dikutip dari siaran pers. Ia berharap, beroperasinya KCJB menjadi salah satu faktor yang dapat mengurangi volume kendaraan yang bergerak menuju Kota Bandung.

 *Kawan-kawan dapat membaca karya-karya lain dari Muhammad Akmal Firmansyah, atau artikel-artikel lain tentang Proyek Strategis Nasional

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//