Konser Kemiskinan dan Kelaparan KPJ untuk DPRD dan Pemkot Bandung
Konser Kemiskinan dan Kelaparan dari dari Kelompok Pengamen Jalanan (KPJ) sebagai bentuk protes terhadap sempitnya lapangan kerja dan minimnya fasilitas untuk senima
Penulis Prima Mulia21 Mei 2024
BandungBergerak.id - Pengamen difabel bersama angota Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ) lainnya larut dalam aksi Konser Kemiskinan dan Kelaparan di depan gedung DPRD Kota Bandung, Senin, 20 Mei 2024. Mereka menyuarakan sulitnya lapangan kerja, razia sewenang-wenang, dan menuntut fasilitas untuk seniman jalanan.
Mereka sempat melakukan aksi jongkok di depan jajaran polisi yang berjaga di depan gerbang masuk gedung DPRD Kota Bandung. Aksi ini seperti menggambarkan razia-razia pengamen jalanan yang kerap dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandung, termasuk saat merazia pengamen jalanan difabel penglihatan.
"Saya lagi ngamen di simpang Diponegoro Dago. Lagi duduk di pinggir trotoar terus tiba-tiba ada razia Satpol PP, narik saya dan dipaksa naik kendaraan mereka sampai diancam mau ditampar. Alasannya saya ada di tengah jalan, nggak ada penjelasan lagi kenapa saya dan teman-teman dirazia, lalu dibawa ke dinsos aja. Sepekan di Dinsos ya lalu lepas lagi," kata Gunawan (27 tahun).
Salah seorang pengamen difabel penglihatan Abim (26 tahun) juga menegaskan, Dinas Sosial Kota Bandung hanya menahan mereka sepekan, lalu dilepas lagi tanpa ada solusi atau program kerja untuk menyalurkan para pengamen difabel maupun seniman jalanan.
"Sebagian teman di jalan makin resah kena razia. Dinsos cuma nahan sepekan terus dilepas lagi, ya kita ngamen lagi, begitu aja terus,” kata Abim.
Adim mengatakan, memang ada acara live music hasil kerja sama antara Disbudpar, komunitas Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ), dan beberapa pengelola ruang publik di mal. Kerja sama yang masih jalan antara lain di King's Jalan Kepatihan.
“Tapi saya dengar informasi katanya mau berhenti karena dari Disbudparnya belum ada kepastian program ini mau berlanjut atau tidak. Program ini sudah berjalan setahun,” cerita Abim.
Terkait honor manggung di King's, ini yang mengecewakan. Sebab, konser tersebut tidak ada honornya. Musisi hanya mengandalkan apresiasi pengunjung saja. Karena itu, Abim merasa pendapatannya lebih baik didapatkan di jalan. “Dari segi pendapatan lebih banyak dapat di jalanan," kata Abim.
Baca Juga: Bandung Bertahun-tahun Menghadapi Masalah Kemiskinan
Korelasi Kemiskinan dan Kasus Bunuh Diri
Data Kondisi Rumah Penduduk Miskin Kota Bandung 2019, Lebih dari 25 Ribu Keluarga tidak Punya Kamar Tidur
Mendesak Pemkot Bandung Mendukung Pengamen Jalanan
Konser Kemiskinan dan Kelaparan itu diselingi mimbar bebas selain pertunjukan musik dan nyanyian khas para musisi jalanan. Lagu-lagu yang dibawakan berlirik pedas sarat kritik sosial.
Ketua KPJ Cepi Suhendar mewakili para pengamen yang tergabung dalam KPJ menuntut tiga hal. Pertama, Pemerintah Kota Bandung wajib menjamin kenyamanan dan keamanan dalam mencari kehidupan yang layak sesuai dengan amanat UUD 1945.
Kedua, menyediakan lapangan kerja, sarana, prasarana, sebagai wahana ekspresi dan profesi. Ketiga, membina dan mengayomi musisi seniman jalanan secara berkesinambungan dan jangka panjang.
“Supaya terjadi sinergitas dan peningkatan kualitas untuk sama-sama memajukan Kota Bandung; untuk bisa menjamin lapangan kerja, sarana dan prasarana sebagai wahana ekspresi para musisi dan seniman jalanan; serta membina dan mengayomi musisi seniman jalanan dengan program jangka panjang,” terang Cepi Suhendar.
Dari DPRD Kota Bandung, KPJ melanjutkan konser Kemiskinan & Kelaparan di depan gerbang gedung Pemkot Bandung di Jalan Wastukancana.
*Kawan-kawan yang baik bisa membaca tulisan-tulisan lain dari Prima Mulia atau artikel lain tentang Seniman Bandung