• Berita
  • Kritik Aktivis Lingkungan terhadap Pengelolaan Pencemaran Sungai Citarum

Kritik Aktivis Lingkungan terhadap Pengelolaan Pencemaran Sungai Citarum

Walhi Jabar menilai pemerintah tidak tepat menjadikan program Citarum Harum sebagai contoh keberhasilan pengendalian pencemaran sungai di World Water Forum di Bali.

Aktivis lingkungan dari Walhi Jabar melakukan kampanye zero tolerance policy terkait program Citarum Harum di bawah jembatan Sungai Citarum di Baleendah, Kabupaten Bandung, 19 Mei 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Penulis Prima Mulia21 Mei 2024


BandungBergerak.idAktivis dari Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jabar membentang spanduk kampanye zero tolerance policy terkait program Citarum Harum di bawah jembatan Sungai Citarum di Baleendah, Kabupaten Bandung, 19 Mei 2024. Walhi Jabar mengkritik pemerintah yang akan menjadikan program Citarum Harum sebagai contoh keberhasilan pengendalian dan penanganan pencemaran sungai di World Water Forum di Bali.

Menurut Walhi Jabar, program Citarum Harum tak layak dijadikan contoh keberhasilan pengendalian dan penanganan pencemaran sungai. Aksi ini diawali dengan berkumpulnya para aktivis lingkungan hidup di Taman Rancamanyar yang kerap disebut taman sayang, persis di pinggir Sungai Citarum, samping posko Sektor 7 Citarum Harum dan di sisi Jembatan Rancamanyar.

Seorang aktivis dengan memakai pakaian hazmat terlihat mengambil sampel air sungai yang nantinya akan diuji laboratorium untuk mengetahui kualitas dan tingkat pencemaran air.

Aktivis lingkungan dari Walhi Jabar melakukan kampanye zero tolerance policy terkait program Citarum Harum di bawah jembatan Sungai Citarum di Baleendah, Kabupaten Bandung, 19 Mei 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Aktivis lingkungan dari Walhi Jabar melakukan kampanye zero tolerance policy terkait program Citarum Harum di bawah jembatan Sungai Citarum di Baleendah, Kabupaten Bandung, 19 Mei 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Setelah itu 3 perahu karet besar, satu perahu karet kecil, dan tiga kayak, diusung dari sempadan sungai menuju permukaan air. Satu per satu mereka menaiki perahu karet untuk lanjut ke titik aksi lain di bawah jembatan Rancamanyar.

Beberapa orang aktivis di atas jembatan terlihat mulai menuruni jembatan dan menggantung di bawahnya sambil membentang spanduk kampanye dengan tulisan zero tolerance policy.

Di bawahnya para aktivis di atas perahu karet juga ikut membentang spanduk tentang hak masyarakat atas air bersih dan lingkungan yang sehat yang selama ini selalu diabaikan oleh negara.

Aktivis lingkungan dari Walhi Jabar melakukan kampanye zero tolerance policy terkait program Citarum Harum di bawah jembatan Sungai Citarum di Baleendah, Kabupaten Bandung, 19 Mei 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Aktivis lingkungan dari Walhi Jabar melakukan kampanye zero tolerance policy terkait program Citarum Harum di bawah jembatan Sungai Citarum di Baleendah, Kabupaten Bandung, 19 Mei 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Aksi ini juga membidik ancaman nyata pada sungai-sungai di Indonesia yang terancam pencemaran limbah industri, pertambangan, sedimentasi, timbulan sampah, dan bahaya kandungan mikroplastik.

Klaim-klaim Pemerintah

World Water Forum (WWF) ke-10 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, berlangsung Senin, 20 Mei 2024. Dalam acara ini, Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, yang juga Ketua Panitia Nasional Penyelenggara WWF Ke-10 Luhut Binsar Pandjaitan meluncurkan buku Citarum Harum: Caring for Rivers Saving Lives.

Aktivis lingkungan dari Walhi Jabar melakukan kampanye zero tolerance policy terkait program Citarum Harum di bawah jembatan Sungai Citarum di Baleendah, Kabupaten Bandung, 19 Mei 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Aktivis lingkungan dari Walhi Jabar melakukan kampanye zero tolerance policy terkait program Citarum Harum di bawah jembatan Sungai Citarum di Baleendah, Kabupaten Bandung, 19 Mei 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Luhut menuturkan, buku Citarum Harum menceritakan tentang proses perjalanan mengendalikan pencemaran dan kerusakan di sepanjang DAS Citarum. Sempat dijuluki sungai terkotor di dunia, kini kondisi Sungai Citarum sudah jauh lebih baik.

Sejak digulirkan pada 2018 silam, Program Citarum Harum ditargetkan selesai pada tahun 2025-2026 sesuai dengan Perpres Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum.

Berbeda dengan temuan-temuan aktivis lingkungan di lapangan, pemerintah mengklaim Program Citarum Harum berhasil membuat sungai sepanjang 297 kilometer itu kembali bersih.

Aktivis lingkungan dari Walhi Jabar melakukan kampanye zero tolerance policy terkait program Citarum Harum di bawah jembatan Sungai Citarum di Baleendah, Kabupaten Bandung, 19 Mei 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Aktivis lingkungan dari Walhi Jabar melakukan kampanye zero tolerance policy terkait program Citarum Harum di bawah jembatan Sungai Citarum di Baleendah, Kabupaten Bandung, 19 Mei 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

"Beberapa kali kami meninjau kemajuan (Sungai Citarum) dan sekarang sudah selesai. Ini berkat kerja tim. Tentu masih belum sempurna, tapi saya yakin kalau diteruskan akan banyak menyelesaikan masalah," ujar Luhut, dikutip dari keterangan resmi.

Sumber Daya Air yang Tercemar

Sungai Citarum memang kerap dirundung masalah pencemaran. Julukan sungai terkotor di dunia adalah akumulasi dari masalah-masalah yang telah lama menumpuk dari hulu sampai hilir.

Nia Kurniasih dalam jurnal Pengelolaan DAS Citarum Berkelanjutan yang dimuat Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.3, No. 2, Mei 2002: 82-91 menjelaskan, Sungai Citarum merupakan sungai utama dan salah satu sungai terbesar di Pulau Jawa dengan panjang kurang lebih 300 kilometer, dan luas daerah aliran sungainya (DAS) 6.080 kilometer persegi.

Baca Juga: Sedimentasi dan Sampah di DAS Citarum yang Menumpuk Selama Musim Kemarau akan Berdampak Buruk pada Musim Hujan
Mengenalkan Manfaat Sungai Cikapundung pada Anak-anak di Kampoeng Tjibarani
Masyarakat Wajib Simpan Air, PR Pemkot Bandung Benahi 40 Sungai

Aktivis lingkungan dari Walhi Jabar melakukan kampanye zero tolerance policy terkait program Citarum Harum di bawah jembatan Sungai Citarum di Baleendah, Kabupaten Bandung, 19 Mei 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)
Aktivis lingkungan dari Walhi Jabar melakukan kampanye zero tolerance policy terkait program Citarum Harum di bawah jembatan Sungai Citarum di Baleendah, Kabupaten Bandung, 19 Mei 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

Sungai Citarum berhulu di Gunung Wayang yang terletak di Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung pada ketinggian 2.182 meter di atas permukaan laut dan bermuara ke Laut Jawa. Sungai Citarum melintasi 7 Kabupaten dan 2 Kota yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Bogor, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Karawang, dan Kabupaten Bekasi serta kota Bandung dan Kota Camahi. Anak-anak sungai Citarum berjumlah 36 anak sungai dengan panjang 873 kilometer.

Nia Kurniasih menyatakan, sungai adalah sumber daya air yang sejatinya bermanfaat bagi kehidupan manusia dan lingkungan. “Sumber daya air merupakan sumber daya alam yang pada saat ini kualitas dan kuantitasnya sudah menjadi masalah dunia karena hari demi hari keberadaannya sudah menuju kearah yang kritis,” ungkap Nia.

Jaminan akan ketersediaan air bersih secara berkelanjutan sudah mulai dipertanyakan. Demikian pula halnya dengan salah satu sumber air permukaan di Jawa Barat yaitu Sungai Citarum yang kini telah tercemar.

 *Kawan-kawan yang baik bisa membaca tulisan-tulisan lain dari Prima Mulia atau artikel lain tentang Pencemaran Sungai Citarum

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//