Sekolah Rakyat Peninggalan Bosscha Riwayatmu Kini
Bosscha mendirikan Vervoloog Malabar atau sekolah rakyat sebagai sarana prasarana pendidikan bagi warga bumiputra atau buruh teh. Kini bangunan sekolah itu hancur.
Penulis Iman Herdiana22 Mei 2024
BandungBergerak.id - Di pintu masuk ke bangunan bekas Sekolah Rakyat tertempel kertas-kertas HVS berisi tulisan tangan. Tulisan pertama berbunyi “We Are Made by history”, mungkin mengacu pada peran Karel Albert Rudolf Bosscha, juragan perekebunan di masa Hindia Belanda yang sepanjang hidupnya mendermakan hartanya untuk warga bumiputra.
Salah satu—dari sekian banyak—jasa Bosscha adalah mendirikan Vervoloog Malabar atau sekolah rakyat di perkebunan teh Malabar yang kini masuk wilayah Pangalengan, Kabupaten Bandung. Selasa, 21 Mei 2024 fotografer BandungBergerak Prima Mulia menyambangi peninggalan Bosscha ini. Kondisinya di ambang kehancuran, tidak terurus.
Tulisan-tulisan yang tertempel di pintu ibarat energi sisa-sisa untuk mempertahankan peninggalan sejarah. Tulisan kedua berbunyi: “KAR Bosscha God Father of Malabar"; dan yang ketiga sekaligus yang paling mencolok adalah tulisan "Dilarang Merusak", meski faktanya bangunan ini sudah rusak parah, tinggal konstruksi kayu dengan beberapa bingkai jendela dan pintu.
Ketiga tulisan tangan itu tertempel dalam pintu kayu kembar kusam dengan cat yang mulai mengelupas, di beberapa titik terdapat bolong-bolong sarang rayap. Pintu ini digembok rapat, gagang pintunya lenyap entah ke mana, meninggalkan lubang dengan logam gerendel logam mengintip di dalamnya.
Di kiri dan kanan pintu masih tersisa dinding bilik yang koyak, robek di sana-sini, kapur putihnya banyak yang mengelupas meninggalkan warga muram. Untuk mengamati bagian dalam bangunan bekas Sekolah Rakyat ini tidak memerlukan pintu, karena rumah ini hampir tidak memiliki dinding.
Bangunan ini lebih tepat disebut kerangka kayu daripada rumah karena sebagian besar komponennya telah lama lenyap. Bahkan sebagian atapnya sudah bolong. Cepat atau lambat cagar budaya Vervoloog Malabar itu akan hancur karena panas dan hujan.
Vervoloog Malabar dibangun oleh Karel Albert Rudolf Bosscha tahun 1901 untuk mendukung pendidikan anak-anak para pekerja kebun teh baik warga pribumi maupun Eropa. Sekarang bukti sejarah institusi pendidikan pertama di Pengalengan itu berada di kawasan milik negara, yaitu PTPN VIII dan Pemerintah Kabupaten Bandung. Dalam tiga tahun terakhir tak ada upaya perbaikan atau perawatan cagar budaya ini.
Vervoloog Malabar sudah lama menjadi perhatian jurnalis maupun komunitas sejarah, salah satunya Komunitas Aleut!. Di laman resmi Aleut, setidaknya ada dua esai yang menyinggung Vervoloog Malabar. Esai pertama ditulis Wildan Aji dengan judul “Momotoran Nyaba ka Pangalengan: Bosscha dan Makamnya” yang tayang 29 Oktober 2020.
“Semasa hidupnya, KAR Bosscha banyak sekali memberikan kontribusi bagi pembangunan Kota Bandung. Ia juga sangat memperhatikan kesejahteraan dan pendidikan bagi keluarga karyawan pribumi yang bekerja di perkebunannya,” tulis Wildan Aji.
Wildan kemudian mengutip keterangan Teh Rani (Koordinator Komunitas Aleut, pada saat penulisan), yang menyebutkan salah satu bentuk perhatian KAR Bosscha adalah dengan mendirikan sekolah dasar bernama Vervoloog Malabar. Sekolah ini didirikan untuk memberi kesempatan belajar secara gratis bagi kaum pribumi, khususnya anak-anak karyawan dan buruh di Perkebunan Teh Malabar agar mampu belajar setingkat sekolah dasar selama empat tahun.
Baca Juga: Jejak Raja Teh Priangan di Pangalengan
Rekam Jejak Bosscha dari Komunitas Sahabat Bosscha
NGULIK BANDUNG: 100 Tahun Observatorium Bosscha, yang Terbesar di Bumi Selatan (3)
“Walaupun sekolah ini memiliki kualitas di bawah sekolah untuk orang Belanda, namun sekolah ini sangat berjasa bagi dunia pedidikan kaum pribumi di Pangalengan saat itu. Untuk buruh perkebunannya, Bosscha membangun rumah-rumah bedeng yang layak. Dari ratusan rumah bedeng di masa Bosscha, hanya satu saja yang masih tersisa di kawasan perkebunan ini,” terang Wildan.
Esai lainnya di laman Aleut berjudul “Menelusuri Jejak KAR Bosscha (Edisi momotoran)” yang ditulis Nurul dan tayang 10 Juni 2022. Esai ini menceritakan petualangan Aleut saat mengunjungi perkebunan teh Malabar.
“Dari makam KAR Bosscha, perjalanan dilanjutkan menuju sekolah yang dibangun KAR Bosscha untuk anak-anak pribumi yang dikhususkan untuk pekerja kebun teh,” tulis Nurul.
Jalan menuju sekolah rakyat ini sulit, sangat kecil dan hanya cukup dilewati satu motor dengan sisi kiri dan kanan dipenuhi semak belukar. Setelah beberapa saat melewati jalan kecil tersebut, pemandangan perkebunan teh mulai terlihat. Meski sudah melewati bagian tersulitnya, rombongan Aleut harus tetap berhati-hati karena licin. Sekolah tersebut berjarak sekitar 15 menit dari makam Bosscha di perkebunan teh Malabar.
“Kesan pertama saya adalah bangunan ini terlihat tua dan rapuh. Mengingat sudah lama tidak digunakan dan termakan waktu. Meski bukan bangunan asli, kesan sejarahnya masih terasa karena dibangun di atas puing-puing bangunan Vervoolog Malabar. Bangunan asli dari sekolah ini sudah lama hancur dikerenakan beberapa kejadian seperti kebakaran dan gempa bumi yang sempat melanda Pangalengan,” tulis Nurul.
Nurul menggambarkan Vervoolog Malabar merupakan bangunan semi permanen dan seperti rumah panggung. Dahulunya ada beberapa gedung lainnya, ruang guru, dan lapangan sekolah. Namun yang tersisa saat ini hanya satu gedung saja. Tepat di belakang bangunan sekolah terdapat bangunan baru yaitu SDN 4 Malabar.
*Kawan-kawan bisa membaca artikel lain tentang Karel Albert Rudolf Bosscha dalam tautan berikut ini