NGULIK BANDUNG: 100 Tahun Observatorium Bosscha, yang Terbesar di Bumi Selatan (3)
Pembangunan Observatorium di Lembang tersendat-sendat. Pabrik Zeiss di Jena, Jerman, masih membutuhkan waktu merampungkan lensa teleskop raksasa pesanan Bosscha.
Ahmad Fikri
Pendiri Komunitas Djiwadjaman, bisa dihubungi via FB page: Djiwadjaman
11 Maret 2023
BandungBergerak.id – Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV) atau Perhimpunan Astronomi Hindia Belanda mengumumkan pengangkatan J.G.E.G Voûte, menjadi Direktur Observatorium di Lembang terhitung 1 Januari 1923 (De Preanger-bode, 7 Desember 1922). Voûte, astronom Belanda yang saat itu dipekerjakan sebagai pemerintah Hindia Belanda sebagai asisten di Meteorologisch Observatorium di Weltevreden, Batavia, diperkenalkan secara resmi dalam rapat umum NISV tanggal 8 Maret 1923 di kediaman Wakil Admiral Umbgrove di Weltevreden, Batavia (De Preanger-bode, 12 Maret 1923).
Sejak pengangkatan tersebut Voûte kemudian menempati sebuah rumah di kompleks Observatorium di Lembang yang memang dibangun khusus menjadi tempat tinggal Direktur Observatorium. Harian De Indische courant tanggal 5 Mei 1923 menceritakan Voûte mengawasi langsung seluruh pekerjaan pembangunan observatorium. “Rumah Tuan Voûte di lokasi telah selesai sehingga dia dapat hadir secara pribadi setiap saat selama pekerjaan berlangsung,” tulis koran itu.
Harian De Indische courant menceritakan Voûte sudah terlibat sejak awal. Ia mengunjungi sejumlah observatorium di Jerman dan Austria, memesan peralatan yang dibutuhkan untuk membangun observatorium di Jerman, hingga ikut dilibatkan dalam penentuan lokasi observatorium tersebut di lahan milik perusahaan Peternakan Baroe Adjak di Lembang.
Lokasi kompleks observatorium disebutkan berada di kanan Jalan Raya Bandoeng-Lembang. Menuju ke lokasi kompleks observatorium harus berjalan mendaki sebuah bukit yang memiliki ketinggian sekitar 1.300 meter dari atas permukaan laut. Di titik tertinggi bukit tersebut, bangunan observatorium utama berdiri dengan bagian atap kelak berbentuk kubah. Di sekitarnya dibangun sejumlah bangunan kecil, salah satunya rumah dari bahan seng dan besi yang di dalamnya dipasangi peralatan untuk mengamati cuaca.
Voûte tampaknya tetap melanjutkan pekerjaannya meneliti cuaca. Fasilitas yang dimiliki Observatorium di Lembang memungkinkan melakukan pengamatan kondisi cuaca di Bandung. Di koran De Preanger-bode tanggal 10 Juli 1924 misalnya menginformasikan hasil pencatatan Voûte mengenai suhu udara Bandung kala itu. “Dr. Voute dari Observatorium di Lembang berbaik hati memberi kami suhu minimum beberapa hari terakhir. Senin adalah 15,5, Selasa 13,5, Rabu 14,9 dan Kamis 12,5. Ini adalah suhu terendah yang diukur tahun ini,” tulis koran itu.
Harian De Indische courant (5 Mei 1923) sempat menanyai Voûte atas spekulasi rencana kunjungan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Dirk Fock dalam waktu dekat ke Bandung. Dikabarkan Fock akan mengunjungi observatorium. Spekulasi saat itu, kunjungan gubernur jenderal terkait peresmian pembukaan observatorium. Voûte membenarkan rencana kunjungan tersebut, tapi bukan untuk meresmikan observatorium di Lembang.
Koran Bataviaasch nieuwsblad tanggal 22 Mei 1923 mengumumkan rencana kunjungan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Dirk Fock ke Bandung. Fock dijadwalkan tiba di Bandung pada 31 Mei 1923 sore. Esoknya, pada 1 Juli 1923, Fock akan mengunjungi observatorium sebelum kembali ke Buitenzorg pada siang harinya.
Kunjungan Gubernur Jenderal Dirk Fock
Sejumlah koran berbahasa Belanda yang terbit di Hindia Belanda memberitakan kunjungan Gubernur Jenderal Dirk Fock ke Observatorium di Lembang pada Jumat, 1 Juni 1923. Koran De Preanger-bode edisi pagi tanggal 1 Juni 1923 memberitakan Gubernur Jenderal dan rombongannya tiba di Bandung sejak Kamis, 31 Mei 1923, sore hari menggunakan kereta khusus dari Djokja.
Fock ditemani saudara perempuan Ny Van Woerkom dan putrinya. Ikut serta dalam rombongan tersebut Sekretaris Jenderal Tuan Welter, Komandan Brewer, Kapten Cramswinckel, Letnan Bolaan, Ny. Kroesen yang masing-masing ditemani istri dan putrinya. Fock bersama keluarganya menginap di rumah kediaman Gubernur Jenderal di Bandung, sementara rombongannya menginap di Hotel Preanger. Rombongan Gubernur Jenderal disambut panglima milter dan kepala polisi setempat, Asisten Residen Bandung, serta Wali Kota Coops.
Koran De Preanger-bode edisi malam hari tanggal 1 Juni 1923 memberitakan kunjungan Gubernur Jenderal Dirk Fock ke observatorium di Lembang dengan mendetail. Koran tersebut mulai menggunakan nama Observatorium Bosscha untuk observatorium yang sedang di bangun di Lembang saat memberitakan kunjungan gubernur jenderal tersebut.
Koran itu menceritakan, rombongan Gubernur Jenderal Dirk Fock berangkat menuju Observatorium Bosscha menggunakan mobil pada Jumat, 1 Juni 1923 pukul 9 pagi. Lembangweg, jalan satu-satunya yang menghubungkan Bandung menuju Lembang sengaja ditutup khusus dilintasi rombongan. Rumah warga dan toko yang dilintasi rombongan gubernur jenderal dipasangi bendera kecil untuk menampilkan kesan meriah.
Sebelum Grand Hotel Lembang, rombongan berbelok ke kanan jalan yang menanjak menuju observatorium. Sejumlah mobil yang membawa rombongan sempat selip saat memacu mobil di jalan yang menanjak karena telat memindahkan persneling.
Baru sedikit saja bangunan yang berdiri di observatorium tersebut. Di antaranya rumah Direktur Voûte, beberapa kabin dan gudang untuk menyimpan peralatan dan instrumen, serta di puncak bukit berdiri bangunan kecil tempat meletakkan teleskop besar dan peralatan fotografi. Tanaman hijau dan bunga menghiasi bukit tersebut.
Tuan Bosscha, Ketua NISV memimpin untuk meyabut rombongan gubernur jenderal. Ia berpidato menyambut rombongan yang baru tiba sekitar pukul 10 pagi itu.
“Kami berharap untuk menyelesaikan program kami saat ini dalam waktu sekitar tiga tahun, yang akan membuat kami memiliki sebuah observatorium yang ukurannya jauh melebihi semua yang lain di belahan bumi selatan,” kata Bosscha, dikutip dari laporan harian De Preanger-bode edisi malam hari tanggal 1 Juni 1923.
Giiran Voûte, Direktur Observatorium memberikan pidato dan ceramah singkat mengenai astronomi pada rombongan gubernur jenderal. Ia memuji Bosscha yang menginisiasi pendirian observatorium.
“Di Observatorium Bosscha, upaya khusus akan dilakukan untuk merekam pergerakan bintang redup dengan cara fotografi. Selanjutnya, seseorang akan mencoba menentukan ukuran, warna, dan suhu bintang-bintang tertentu, sehingga seseorang dapat mempelajari ukuran volumenya,” terang Voute, dikutip dari laporan harian De Preanger-bode edisi malam hari tanggal 1 Juni 1923.
Acara dilanjutkan dengan ramah-tamah. Minuman anggur dibagikan pada tamu yang hadir. Gubernur Jenderal Dirk Fock berbincang dengan Bosscha dan Voûte. Prof. Klopper menemani tamu berkeliling di observatorium. Gubernur Jenderal Dirk Fock kemudian diminta membubuhkan tanda tangannya di atas buku emas observatorium sebelum rombongan kembali ke Bandung dan melanjutkan perjalanan menggunakan kereta khusus menuju Buiterzorg.
Baca Juga: NGULIK BANDUNG: 100 Tahun Observatorium Bosscha, yang Terbesar di Bumi Selatan (1)
NGULIK BANDUNG: 100 Tahun Observatorium Bosscha, yang Terbesar di Bumi Selatan (2)
NGULIK BANDUNG: Paus Biru van Garut
Dimulainya Pembangunan Rumah Teleskop Raksasa
Obsevatorium di Lembang yang dibangun NISV kemudian dikenal luas dengan nama Observatorium Bosscha. Perhatian masyarakat luas terus diberikan pada perkembangan pembangunan observatorium tersebut.
Koran Bataviaasch nieuwsblad tanggal 1 Maret 1924 memberitakan pemberian sumbangan teleskop astronomi oleh Sim Hong-Lie dari Padang. Teleskop yang diserahkan pada NISV untuk Observatorium Bosscha ini merupakan teleskop astronomi buatan Prancis.
Tahun 1924 juga menjadi tahun dimulainya pembangunan bangunan raksasa dengan kubah besi yang kelak menjadi ciri khas Observatorium Bosscha. Bangunan tinggi dengan dinding seperti lingkaran dengan atap berupa kubah baja yang bisa dibuka tutup, dipersiapkan untuk menjadi rumah Teleskop Zeis sumbangan Bosscha.
Koran Bataviaasch nieuwsblad tanggal 11 Oktober 1924 menerbitkan artikel berita yang mengulas bangunan beton besar yang dibangun di puncak bukit paling tinggi di kompleks Observatorium Bosscha di Lembang. Koran tersebut menukil penjelasan Bosscha bahwa bangunan dari beton tersebut akan memiliki kubah serupa turret yang seluruhnya terbuat dari besi dan bisa digerakkan memutar dengan bantuan motor listrik. Beratnya kubah besi tersebut mencapai 55 ton. Kubah tersebut akan ditopang bantalan bola sehingga menghasilkan gerakan yang mulus dan ringan, untuk mengurangi getaran. Teleskop raksasa akan dipasang di atas dudukan besi, dengan kabel dan pemberat dengan menggunakan motor listrik untuk menggerakkannya di arah vertikal.
Struktur kubah yang terbuat dari besi, dipesan langsung dari Eropa. Koran Bataviaasch nieuwsblad tanggal 27 Novebmer 1924 memberitakan kubah tersebut diperkirakan sudah tiba akhir bulan Desember 1924. Perakitan kubah akan dibantu oleh tenaga teknis dari perusahaan kereta Staatssporwegen (SS).
Koran Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie? tanggal 24 Desember 1924 memberitakan pembangunan substruktur beton penopang kubah besi rumah teleskop yang dibangun Hollandsche Beton Maatschappij resmi dinyatakan selesai. Hollandsche Beton Maatschappij menyerahkan secara simbolis bangunan tersebut tanggal21 Desember 1923 pada K.A.R. Bosscha mewakili NISV.
“Substruktur terdiri dari kompleks beton bertulang yang sangat besar: dinding melingkar yang bertumpu pada fondasi yang berat, diperkuat oleh sejumlah besar tulang rusuk, membentuk silinder dengan tinggi sekitar 7 m dan diameter 15 m. Di bagian dalam terdapat dua dermaga yang sangat diperkuat, yang di ujung Utara dan Selatan memikul sumbu teleskop (beratnya tidak kurang dari 23 ton), serta tiga tabung untuk penyeimbang lantai; yang terakhir dapat digerakkan ke atas dan ke bawah, sehingga lensa okuler dapat dijangkau dengan mudah di semua posisi teropong. Platform melingkar telah dipasang di gedung dengan dua ketinggian, sesuai dengan posisi tertinggi dan terendah dari lantai angkat,” tulis koran Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie?, mendeskripsikan bangunan tersebut.
Koran Algemeen handelsblad voor Nederlandsch-Indie? menceritakan bahwa substruktur bangunan utama Observatorium Bosscha terlihat jelas dari Bandung. Yang tersisa tinggal menunggu struktur penutup kubah dari besi tiba untuk dipasang di atasnya. Semua berharap tahun depan, teleskop raksasa sumbangan Bosscha sudah bisa dipasang di sana.
Pada pertengahan tahun 1925, Direktur Observatorium J.G.E.G Voûte melawat ke Eropa untuk memeriksa sekaligus membantu perancangan teleskop Zeiss yang dipesan Bosscha di pabriknya di Jena, Jerman (De locomotief, 27 Mei 1925). Namun, hasil lawatan tersebut mendapati kemajuan pembuatan lensa teleskop masih belum memuaskan. Dengan begitu pengiriman teleskop Zeiss baru dilakukan tahun depan jika semua berjalan sesuai rencana (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie?, 2 Oktober 1925).
*Tulisan kolom Ngulik Bandung, yang terbit setiap Kamis, merupakan bagian dari kolaborasi antara BandungBergerak.id dengan Komunitas Djiwadjaman