• Opini
  • MAHASISWA BERSUARA: Wahai Pelaku Usaha, Jangan Abaikan Etika Bisnis

MAHASISWA BERSUARA: Wahai Pelaku Usaha, Jangan Abaikan Etika Bisnis

Konsumen, mitra bisnis, dan masyarakat luas lebih cenderung mempercayai perusahaan yang bertindak secara etis, transparan, dan bertanggung jawab.

Rayhan Najib Ammar

Mahasiswa Jurusan Administrasi Bisnis Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung.

Ilustrasi bisnis clothing dan distro di Bandung. (Ilustrator: Bawana Helga Firmansyah/BandungBergerak.id)

3 Juni 2024


BandungBergerak.id – Evolusi etika bisnis di Indonesia dapat dilihat dari perubahan paradigma dalam pengelolaan perusahaan dari sekadar mengejar keuntungan finansial menjadi lebih berorientasi pada keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. Pada dekade-dekade awal kemerdekaan, banyak perusahaan yang beroperasi dengan fokus utama pada pertumbuhan ekonomi dan pencapaian keuntungan.

Dalam sekitar dua dekade terakhir (1998-2022), rata-rata pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah 5,03%. Pada tahun 1998, ketika Indonesia mengalami peralihan dari rezim Orde Baru ke Reformasi, pertumbuhan ekonomi paling buruk tercatat pada -13,13%. Namun, pada era B.J. Habibie (1999) ekonomi mulai membaik dengan pertumbuhan 0,79%, dan terus menguat pada era Abdurrahman Wahid (2000-2001) dengan kisaran 3,6%-4,9% per tahun. Pertumbuhan ekonomi mencapai puncaknya pada era Susilo Bambang Yudhoyono (2005-2014), beberapa kali menembus angka 6%, dengan angka tertinggi 6,35% pada 2007. Pada era Presiden Jokowi (2015-2022), pertumbuhan normal berada di kisaran 4,8%-5,3%, dengan kondisi yang tidak normal akibat pandemi Covid-19 yang terjadi pada tahun 2020-2021.

Meskipun  ada kemajuan pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dunia usaha di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan dalam penerapan etika bisnis. Korupsi dan praktik bisnis tidak sehat tetap menjadi masalah yang sering terjadi, yang tidak hanya merusak reputasi perusahaan tetapi juga menghambat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Selain itu, terdapat tantangan dalam memastikan kepatuhan terhadap regulasi yang sering kali berubah dan kompleks. Perusahaan juga menghadapi tekanan untuk beradaptasi dengan standar etika global sambil tetap menghormati nilai-nilai lokal. Tantangan lainnya termasuk ketimpangan ekonomi dan sosial yang memerlukan pendekatan bisnis yang lebih inklusif dan berkelanjutan untuk memastikan manfaat ekonomi dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Dalam dunia yang semakin kompleks dan dinamis, perilaku etis dalam bisnis bukan hanya sekedar kewajiban moral, melainkan juga menjadi strategi penting untuk memastikan keberlangsungan dan pertumbuhan perusahaan. Pada dasarnya etika bisnis bertujuan untuk mendorong para pelaku usaha untuk memiliki kesadaran dalam konteks kegiatan bisnis, yang mencakup aspek seperti kejujuran, integritas, keadilan, tanggung jawab sosial, dan kepatuhan terhadap hukum. Dengan demikian, dunia usaha di Indonesia dapat mengoperasikan bisnis mereka secara adil dan berdasarkan aturan yang telah ditetapkan. Etika bisnis akan berperan untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan bagi perusahaan dan masyarakat, yang menunjukkan bahwa integritas dan tanggung jawab sosial bukan hanya pilihan moral, tetapi juga strategi bisnis yang esensial untuk mencapai keberlanjutan jangka panjang.

Baca Juga: Tren Bisnis Latah di Indonesia, Menguntungkan atau Merugikan?
Potret Model Bisnis Radio Swasta di Wilayah Bukan Perkotaan
Transformasi Bisnis Teknologi Menuju Bisnis Fintech

Konsep Dasar Etika dan Etika Bisnis

Etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya (ta ehta) berarti “kebiasaan”. Perkembangan kebiasaan ini membentuk aturan-aturan kuat dalam masyarakat yang mengatur perilaku dan tindakan individu, dan aturan-aturan ini membentuk moral masyarakat dalam menghargai kebiasaan yang berlaku. Moralitas adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan praktik dan kegiatan yang membedakan antara yang baik dan buruk, serta aturan-aturan yang mengendalikan kegiatan tersebut dan nilai-nilai yang diwakilinya.

Definisi etika bisnis adalah untuk memastikan keberlanjutan perusahaan dan masyarakat dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip moral dalam semua aspek operasional. Teori etika seperti deontologi, utilitarianisme, dan teori keutamaan memberikan kerangka kerja untuk memahami kewajiban, dampak, dan karakter moral dalam keputusan bisnis. Praktik etika meliputi kepatuhan terhadap hukum, pengembangan kode etik, pelatihan karyawan, serta pengawasan dan penegakan kode etik.

Pengambilan keputusan yang etis tidak hanya menghindarkan perusahaan dari risiko hukum dan reputasi, tetapi juga membangun kepercayaan dan loyalitas dari pelanggan, karyawan, dan stakeholder lainnya. Dalam dunia bisnis yang semakin terhubung dan transparan, keputusan etis mendukung keberlanjutan jangka panjang dengan mengadopsi praktik ramah lingkungan, meningkatkan inklusi dan keadilan di tempat kerja, serta menarik talenta terbaik. Dengan demikian, etika bisnis tidak hanya penting untuk kelangsungan perusahaan tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Pengaruh Implementasi Etika Bisnis

Perdagangan internasional menghadapi berbagai tantangan, terutama karena dinamika yang sangat cepat dalam hubungan perdagangan global serta teknologi yang semakin berkembang. Peran World Trade Organization (WTO) dalam menegakkan sistem perdagangan multilateral berkontribusi pada peningkatan persaingan yang semakin ketat di pasar global. Dalam pasar yang s emakin ketat, loyalitas pelanggan adalah kunci keberhasilan. Perusahaan yang menerapkan etika bisnis yang tinggi cenderung memiliki basis pelanggan yang lebih loyal dan mendapatkan reputasi yang baik di mata publik.

Konsumen, mitra bisnis, dan masyarakat luas lebih cenderung mempercayai perusahaan yang bertindak secara etis, transparan, dan bertanggung jawab. Reputasi yang baik tidak hanya memperkuat hubungan dengan para stakeholder, termasuk peningkatan reputasi perusahaan, tetapi juga meningkatkan daya saing di pasar. Konsumen zaman sekarang semakin sadar dan peduli terhadap praktik bisnis perusahaan, termasuk tanggung jawab sosial, lingkungan, dan etika dalam berbisnis. Ketika perusahaan dikenal karena nilai-nilai etisnya, pelanggan merasa lebih nyaman dan bangga berbisnis dengan mereka. Selain itu, etika bisnis yang baik menarik dan mempertahankan karyawan berkualitas tinggi, yang merasa dihargai dan termotivasi bekerja di lingkungan yang adil dan transparan. Semua faktor ini secara kumulatif memberikan dampak positif terhadap kinerja keuangan perusahaan, karena meningkatkan efisiensi operasional, menurunkan biaya turnover, dan mendorong pertumbuhan pendapatan melalui basis pelanggan yang loyal dan karyawan yang produktif yang dapat meningkatkan daya saing pasar.

Selain untuk perusahaan, penerapan etika bisnis membantu perusahaan beroperasi dengan cara yang menghormati lingkungan dan komunitas di sekitarnya. Perusahaan yang menerapkan praktik bisnis yang ramah lingkungan dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, seperti polusi dan penipisan sumber daya alam. Misalnya, penggunaan bahan-bahan ramah lingkungan, pengelolaan limbah yang baik, dan investasi dalam energi terbarukan adalah beberapa contoh kontribusi positif yang bisa dilakukan. Selain itu, perusahaan yang menghargai dan mendukung komunitas lokal melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar, dengan menyediakan pendidikan, layanan kesehatan, dan peluang pekerjaan.

Tantangan dalam Penerapan Etika Bisnis

Namun penerapannya bukanlah hal yang mudah. Perusahaan harus siap menghadapi tantangan seperti perbedaan budaya, kurangnya kesadaran dan pendidikan, serta tekanan untuk mengutamakan keuntungan dibandingkan etika. Perbedaan budaya merupakan salah satu tantangan utama dalam penerapan etika bisnis di dunia global yang semakin terhubung, khususnya Indonesia yang memiliki beragam budaya. Setiap wilayah di Indonesia memiliki norma, nilai, dan kebiasaan yang berbeda, yang sering kali mempengaruhi pandangan mereka terhadap etika bisnis. Sebagai contoh, praktik bisnis yang dianggap etis di satu daerah mungkin dianggap tidak etis di daerah lain.

Kesadaran dan pendidikan tentang etika bisnis masih menjadi tantangan besar, terutama di kalangan karyawan dan manajemen perusahaan. Banyak individu dan organisasi belum sepenuhnya memahami pentingnya etika dalam bisnis atau bagaimana menerapkannya secara efektif. Egoisme seseorang untuk mencapai target finansial juga sering kali menjadi tantangan signifikan dalam penerapan etika bisnis. Dalam banyak kasus, manajemen dan karyawan mungkin merasa tertekan untuk mencapai keuntungan maksimal, bahkan jika itu berarti melanggar prinsip-prinsip etika. Tekanan ini dapat berasal dari berbagai sumber, termasuk pemegang saham, pasar yang kompetitif, dan target keuangan jangka pendek yang ambisius.

Strategi untuk Mempromosikan Etika Bisnis

Salah satu strategi utama untuk menerapkan etika bisnis adalah melalui inisiatif Corporate Social Responsibility (CSR). CSR melibatkan berbagai kegiatan yang dirancang untuk memberikan dampak positif pada masyarakat dan lingkungan, seperti pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab, pengembangan masyarakat melalui program pendidikan dan kesehatan, serta penerapan praktik bisnis berkelanjutan. Sebagai contoh Bank BRI memiliki program CSR di bidang pendidikan yang bernama Program Beasiswa BRI Peduli, Bank BRI memiliki tujuan untuk turut berpartisipasi dalam mencerdaskan kehidupan anak bangsa. Hal ini dilakukan dengan memberikan dana pendidikan untuk 1.800 anak pelaku UMKM yang terafiliasi dengan Desa BRIlian. Dengan mengintegrasikan inisiatif CSR dalam strategi bisnis, perusahaan tidak hanya meningkatkan citra publik tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan. Selain itu, pelatihan karyawan tentang praktik etika merupakan langkah yang penting untuk memastikan bahwa nilai-nilai etika tertanam dalam budaya perusahaan. Pelatihan ini mencakup pemahaman tentang kode etik perusahaan, kesadaran akan pentingnya pengambilan keputusan yang etis, dan latihan melalui studi kasus serta simulasi yang menggambarkan situasi nyata. Pelatihan yang efektif dapat membantu karyawan menjadi lebih peka terhadap isu-isu etika dan lebih siap menghadapi situasi yang menantang dengan cara yang bertanggung jawab. Dengan demikian, perusahaan dapat membangun budaya kerja yang mendukung integritas dan keadilan.

Kepemimpinan yang etis juga memainkan peran kunci dalam membangun dan mempertahankan budaya etika dalam perusahaan. Menurut Burns (1978, dalam Yukl, 2005) peran dan fungsi utama pemimpin adalah meningkatkan kesadaran mengenai masalah etis dan membantu bawahan atau orang lain menyelesaikan nilai-nilai yang bertentangan. Karena itulah pemimpin harus menjadi teladan dalam menerapkan nilai-nilai etika, memastikan bahwa prinsip-prinsip tersebut diintegrasikan dalam setiap aspek operasional perusahaan. Kepemimpinan yang etis ditunjukkan melalui integritas pribadi, kebijakan transparansi yang jelas, dan komitmen pada pertanggungjawaban. Pemimpin yang etis memberikan contoh yang baik bagi karyawan dan mempromosikan lingkungan kerja yang adil dan berorientasi pada keberlanjutan jangka panjang.

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain Mahasiswa Bersuara

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//