• Kolom
  • MEMOAR ANAK BETAWI PERANTAU #36: Kesibukan Kerja dan Lembur di Tengah Banyak Pesanan Pesawat

MEMOAR ANAK BETAWI PERANTAU #36: Kesibukan Kerja dan Lembur di Tengah Banyak Pesanan Pesawat

Saat aku mulai bekerja, PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio banyak memproduksi macam jenis pesawat terbang. Salah satunya adalah NC-212.

Asmali

Anak Betawi yang menghabiskan lebih dari 40 tahun hidupnya di Bandung. Banyak menghabiskan waktu membaca buku-buku bertema agama dan sosial.

Bangunan terminal bandara Husein Sastranegara. (Foto: BandungAirport.com)

9 Juni 2024


BandungBergerak.id – Di kantorku ini, aku bekerja sebagai karyawan biasa sesuai dengan pendidikan yang kutempuh di STM. Setelah menempuh semua prosesnya, pada Februari 1982 aku sudah menjadi karyawan tetap. Dimulailah hidup baruku dengan rutinitas sebagai seorang karyawan. Kerja dari Senin sampai Jumat, kadang ada lembur, setiap Senin memulai hari dengan apel pagi dan diisi juga ceramah oleh pemuka agama. Karena mayoritas Muslim, lebih sering didatangkan penceramah dari kalangan agama Islam, bisa dari Majelis Ulama Indonesia, bisa juga pemimpin pondok pesantren yang ada di Bandung Raya.

Aku sendiri cukup kagum dengan kebiasaan ini. Aku kira di kota orang tidak begitu peduli pada agama, tetapi justru begitu pedulinya perusahaan kepada karyawannya, bukan hanya kesejahteraan kesehatan jasmani ,tapi juga rohaninya. Dalam kesibukan bekerja merancang bangun pesawat terbang seakan akan tidak hanya memerlukan sehat jasmani saja, tapi rohaninya juga.

Di samping dari berbagai macam disiplin ilmu aku juga bangga melihat para sarjana yang ada di sekitarku, aku menghormati sekali dengan ilmunya. Begitu guru mengajiku dulu mengajarkan. Dengan melihat para sarjana yang masih pada muda, aku yang saat itu hanya lulusan STM berharap dan berdoa, supaya anak-anakku nanti juga pada bisa jadi sarjana kelak. Berilmu dan dihargai pula karena ilmunya. Amin.

Baca Juga: MEMOAR ANAK BETAWI PERANTAU #33: Pulang ke Jakarta Setelah Jadi Karyawan, Kemalaman di Jalan, Kehabisan Angkutan
MEMOAR ANAK BETAWI PERANTAU #34: Tentang Merantau dan Menjadi Dewasa
MEMOAR ANAK BETAWI PERANTAU #35: Memikirkan ke-Betawi-an dari Luar Kampung

Kesibukan Kerja

Saat aku mulai bekerja, PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio tempatku mencari nafkah masih banyak memproduksi macam jenis pesawat terbang yang salah satunya adalah NC-212. Sebagai bagian dari divisi fixed wing aku bekerja di bagian perencanaan dan pengendalian yang berhubungan langsung dengan perakitan rangka pesawat dan terbagi dari beberapa komponen. Yang aku ingat di antaranya mulai bagian nose, bagian fuselage, bagian wing, bagian elevator, bagian door, landing, sampai pada bagian instalasi pesawat yang semuanya dikerjakan oleh putra-putra terbaik Indonesia.

Saat itu, pesawat buatan PT Nurtanio ini banyak menerima pesanan dari dalam dan luar negeri dengan segala kebutuhan tentunya. Baik untuk komersial maupun militer. Adapun tugasku sendiri adalah mendukung segala kebutuhan produksi perakitan pesawat yang sudah tadi aku sebutkan. Dengan banyaknya pesanan dari dalam dan luar negeri tak heran kalau kemudian jam kerjaku pun panjang. Dulu kami wajib lembur untuk mengejar target. Di angkatanku dulu, hal seperti ini seolah tidak berat karena ada rasa punya tanggung jawab dengan perusahaan, semalas apa pun aku tetap jalani.

Perhitungan kerja lembur dimulai setelah jam pulang kerja yaitu pada pukul 16.30 WIB. Lama lemburnya beragam ada yang sampai jam 20.00 WIB ada juga yang sampai jam 21.00 WIB. Bahkan kalau sudah mendekati target bisa sampai pagi.

Setiap lembur kami semua dapat makan nasi boks, susu telur dan kopi. Tentunya juga uang lembur. Sebetulnya lembur ini cocok untuk para perantau seperti aku. Karena kalau pada jam kerja normal jam 9 pagi dapat susu murni lalu jam 11-nya dapat makan siang. Kalau lembur malam juga dapat makan belum penganan lain seperti susu, telur ayam rebus dan kopi. Kalau sampai pagi jam 2 dini hari dapat nasi goreng dan untuk kerja besoknya bisa datang jam 10 siang. Cukup adil rasaku.

Industri pesawat terbang Nurtanio, terus mengembangkan program pesawat jenis lainnya sesuai dengan kebutuhan dan permintaan pasar. Seiring dengan bertambahnya pesanan, kawasan hanggar tempat merakit dan menyimpan pesawat pun ditambah.

Aku saat itu termasuk sering lembur sampai malam hari. Kecuali hari Sabtu atau Minggu. Apalagi pada setiap akhir bulan setelah gajian, aku punya jadwal pulang ke Jakarta. Terkecuali kalau aku memang diperlukan untuk lembur dan uang lembur seingatku dibayarkan pada tanggal 10 setiap bulannya. Lumayan nambah-nambah.

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//