• Berita
  • Mengenang Jejak Dwianto Setyawan dalam Dunia Komik Anak

Mengenang Jejak Dwianto Setyawan dalam Dunia Komik Anak

Penulis buku anak terkemuka Dwianto Setyawan mengembuskan napas terakhirnya 1 Juni 2024 lalu. Meninggalkan jejak-jejak penting dalam dunia literasi anak.

Diskusi Imajinesia 4 - Terima Asa Arungi Masa, mengenang komikus Dwianto Setyawan gelar, di Fragment Project, Jalan Ir. H. Juanda No.23, Bandung, 15 Juni 2024. (Foto: Salma Nur Fauziyah/BandungBergerak)

Penulis Salma Nur Fauziyah19 Juni 2024


BandungBergerak.idSemasa hidupnya Dwianto Setyawan, kelahiran Batu, Malang, 12 Agustus 1949,  menulis beragam cerita anak dan remaja. Karya-karyanya yang fenomenal seperti Sersan Grung Grung dan Kelompok 2&1 sangat membekas dalam ingatan generasi 1980-an. Dalam sebuah diskusi di Fragment Project, Jalan Ir. H. Juanda No.23, Kota Bandung, Sabtu 15 Juni 2025, jejak-jejak Dwianto, yang meninggal pada 1 Juni 2024 lalu, dikenang. 

Diskusi "Yang Berjaya di Era 80-an: Mengenang Dwianto Setyawan" merupakan salah satu bagian dari acara Imajinesia 4 - Terima Asa Arungi Masa bersama Society of Children’s Writer Book and Ilustrator (SCWBI) Indonesia. Organisasi berbasis keanggotaan yang bersifat komunitas global ini menaungi penulis, ilustrator, penerjemah, penerbit, pustakawan, advokat, dan para profesional di bidang industri untuk memajukan literatur anak.

Mengarungi hidup sebagai seorang penulis buku anak, Dwianto, penerima penghargaan Tokoh Sastra Anak pada 20 April 2024, memilki karya-karya yang bersentuhan dengan komik. Hadir dalam diskusi, ilustrator dan komikus senior, Gerdi Wiranatakusuma (Gerdi WK) dan Toni Masdiono dengan moderator  Imelda Naomi dari SCBWI Indonesia. 

Selama menjalani karier sebagai seorang ilustrator dan komikus, Gerdi WK sebenarnya tidak pernah bertemu Dwianto secara pribadi. Namun, bukan berarti Gerdi tidak mengenal sang penulis tersohor itu. Lewat karya yang disodorkan pihak redaksilah ia secara tidak langsung berkenalan dengan Dwianto.

“Jadi saya begitu diorderin untuk dibikinkan ilustrasi cerita Dwianto Setyawan, senang banget,” cerita Gerdi.

Gerdi WK pertama kali terjun ke dalam dunia komik ketika masih duduk di bangku SMA, didorong oleh seorang teman yang melihat bakat menggambarnya. Kata teman tersebut, mengapa tidak membuat komik saja agar dapat pemasukan?

Acara Imajinesia 4 - Terima Asa Arungi Masa, mengenang  komikus Dwianto Setyawan gelar, di Fragment Project, Jalan Ir. H. Juanda No.23, Bandung, 15 Juni 2024. (Foto: Salma Nur Fauziyah/BandungBergerak)
Acara Imajinesia 4 - Terima Asa Arungi Masa, mengenang komikus Dwianto Setyawan gelar, di Fragment Project, Jalan Ir. H. Juanda No.23, Bandung, 15 Juni 2024. (Foto: Salma Nur Fauziyah/BandungBergerak)

Baca Juga: Pesta Komik di Bandung, Surga Bagi Komikus Lokal
Astaghfirullah Bingung, Film Tugas Akhir Mahasiswa ISBI tentang Pernikahan Dini
Pameran Seni Menolak Genosida Israel di Tanah Palestina

Senang Bercerita

Toni Masdiono, salah satu rekan Dwianto Setyawan yang sama-sama berasal dari Malang, mengaku baru mengenal dekat Dwianto saat ia menjabat sebagai redaktur di sebuah majalah. Ia mengingat sang seniman, dengan jasa yang sangat besar dalam dunia komik Indonesia pada masa itu, sebagai sosok yang ramah. 

“Orangnya ramah sekali dan sangat seneng bercerita. Buat saya yang paling penting dia itu seneng sekali bercerita,” kenangnya.

Diceritakan Toni, Penerbit DS Group yang didirikan Dwianto Setyawan berhasil menghimpun para kreator komik lokal. Karya-karya hasil kerja sama itu antara lain serial Kapten Surya, Alit Kencana, serta Dulken (Biar Gundul tapi Beken). Penerbitan komik-komik tersebut merupakan sebentuk antisipasi atas terjangan komik-komik Jepang yang mulai masuk ke Indonesia ketika itu.

Toni mengigat salah satu nasihat penting dari sahabatnya itu. Berulang kali sang seniman menegaskan pentingnya seorang seniman tidak terpaku pada satu bidang saja. Seorang komikus, dalam keyakinan Dwianto, harus bisa juga menulis. 

“Kita tuh diajarin nulis kenapa? Karena dia bilang kalau kamu mau bikin komik, kamu harus tahu cara buat cerita,” tutur Toni. 

Imajinesia, yang menyediakan ruang bagi diskusi mengenang jejak Dwianto, merupakan pameran tugas Ujian Akhir Semester (UAS) Kelas Ilustrasi Buku dan Anak (KIBA) di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menampilkan karya-karya fisik berbentuk dummy buku anak. Termasuk 12 karya terpilih dari Imajinesia Award. Di samping itu tersaji juga Tamarta, sebuah Pameran Portofolio yang diadakan sebagai pemenuhan tugas UAS mata kuliah Grafis Portofolio. 

“Picasso pernah mengatakan menjadi seorang seniman itu mudah. Mempelajari skill, dengan mudah dia akan jadi seniman. Tapi bagi dia, bagaimana mempertahankan imajinasi seperti yang dia dapatkan waktu anak-anak sehingga dalam berkarya dia hidup,” ujar Riama Maslan, pengajar Kelas Ilustrasi Buku Anak, ketika mengenalkan sosok Dwianto Setyawan dalam pengantar diskusi dengan peserta mayoritas orang muda. 

*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain Salma Nur Fauziyah atau artikel-artikel lain tentang Komunitas Bandung

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//