• Indonesia
  • Ironi Industri Rotan di Kawasan Rebana

Ironi Industri Rotan di Kawasan Rebana

Cirebon merupakan bagian dari kawasan Rebana yang tersentuh proyek strategis nasional. Industri rotan Cirebon akan lebih baik?

Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB) berinisiasi mengadakan Summer Vacanci 2023 untuk pengembangan industri rotan Cirebon. (Foto: ITB)*

Penulis Iman Herdiana23 Juni 2024


BandungBergerak.id - Kawasan Rebana digadang sebagai pusat ekonomi baru nasional. Kawasan ini meliputi 7 kabupaten/kota yakni Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon. Di tengah kebanggaan pemerintah terhadap Rebana, ada industri lokal yang kondisinya mengkhawatirkan, yaitu industri rotan.

Di kawasan ini juga sedang dibangun Pelabuhan Patimban, sebuah Proyek Strategis Nasional dengan payung hukum Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2021 tentang Percepatan Pembangunan Kawasan Rebana dan Jawa Barat Bagian Selatan, serta Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 14 Tahun 2023 tentang Rencana Aksi Pengembangan Kawasan Rebana Tahun 2020-2030.

Bagaimana dengan kondisi industri rotan yang sudah lama digerakkan para perajin rotan di kawasan Rebana bahkan jauh sebelum nama Rebana lahir? Sejarah pernah mencatat industri rotan Cirebon, bagian dari kawasan Rebana, pernah terpuruk karena kurang berpihaknya kebijakan pemerintah kepada para perajin rotan di sana.

Selain kebijakan yang tak memihak, situasi politik global juga berpengaruh pada industri ini. Tahun 2023 ekspor produk rotan juga menurun karena dampak perang Rusia-Ukraina.

Meski demikian, Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin berjanji akan meningkatkan ekspor produk rotan Cirebon ke berbagai negara di Asia maupun Australia.

"Ekspor rotan kita pada 2023 menurun dibanding 2022 harapan saya tahun ini meningkat lagi, kita akan cari pasar negara lainnya," kata Bey ditemui usai meninjau produksi rotan di Satuan Pelayanan Pengembangan Industri Rotan Cirebon, Desa Tegalwangi, Rabu, 3 Januari 2024, diakses dari keterangan resmi.

Bey mengatakan, selain akan mencari pasar baru, produk rotan akan lebih dikembangkan lagi. Menurutnya, produk-produk rotan Cirebon merupakan komoditas unggulan Jawa Barat sehingga harus terus dikembangkan.

"Prospek rotan sangat baik, dan ini jadi salah satu produk unggulan Jabar yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu," ucapnya.

Sementara menurut FSRD ITB, rotan merupakan salah satu sumber daya alam yang keberadaannya banyak dijumpai di Indonesia, salah satunya di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Masyarakat setempat terbiasa melakukan kegiatan usaha pada material alam ini hingga menjadikannya sebagai bahan olahan untuk di ekspor ke luar negeri. Hasil yang didapatkan pun tidak mengecewakan. Pada tahun 2022, Kota Cirebon membawa Jawa Barat sebagai provinsi yang menyumbangkan nilai ekspor rotan tertinggi di Indonesia. 

Baca Juga: Para Petani Paling Merasakan Dampak Pembangunan Pelabuhan Patimban
Pembangunan Pelabuhan Patimban Menjauhkan Nelayan dari Ikan Tangkapan
Bahaya Mengancam dari Transisi Energi Sumber Panas Bumi

Sejarah Suram Industri Rotan Cirebon

Oktavianus Marti Nangoy dalam penelitian yang tayang di journal.binus.ac.id, diakses Minggu, 22 Juni 2024, memaparkan bagaimana keterpurukan industri rotan Cirebon, daerah penghasil kerajinan atau mebel rotan terbesar di Indonesia.

Nangoy menganalisa industri rotan Cirebon ketika pemerintah masih memberlakukan ekspor bahan mentah rotan. Waktu itu, nilai ekspor rotan mentah Indonesia terus meningkat, yakni dari 24,10 juta dolar Amerika Serikat pada 2007 menjadi 27,94 juta dolar Amerika Serikat di tahun 2008. Ekspor rotan periode Januari-April 2009 juga mencapai 7,36 juta dolar Amerika Serika, meningkat dari 7,20 juta dolar Amerika Serikat pada periode yang sama 2008.

“Cirebon sebagai daerah penghasil produksi olahan terbesar di Indonesia menjadi daerah yang paling besar mengalami imbasnya,” tulis Nangoy.

Menurut data Kadis Perindag Kabupaten Cirebon yang dikutip jurnal yang tayang tayang 2011 tersebut, ketika keran ekspor rotan mentah masih dibuka banyak industri rotan di Cirebon yang gulung tikar. Walaupun aturan sudah direvisi tetapi menurut Nangoy penyelundupan rotan dan sulit untuk diawasi.

Nangoy kemudian mengutip keterangan dari Masyarakat Pengrajin Rotan Cirebon yang menyatakan sejak kran ekspor rotan dibuka, produksi mebel rotan turun drastis dari 3.000 kontainer per bulan pada 2004 sampai 2005 menjadi hanya 100 sampai 200 kontaiber per bulan pada 2010. Akibat nilai ekspor yang terus merosot, kondisi industri mebel rotan seakan mati suri.

Cirebon sebagai pusat industri pegerajin rotan hingga akhir 2009 lalu dari sekitar 501 perusahaan mebel rotan, saat ini tinggal 88 perusahaan yang masih aktif melakukan ekspor. Nilai ekspor mebel rotan dari tahun ke tahun semakin melorot. Tahun 2005 lalu, nilai ekspor mebel rotan mencapai 343,77 juta dolar Amerika Serikat.

Tapi dalam empat tahun, nilai ekspor mebel rotan terus anjlok. Tahun 2009 lalu nilai ekspor mebel rotan hanya mencapai 167,75 juta dolar Amerika Serikat. Tahun ini ekspor mebel rotan masih akan turun sekitar 20 persen. Artinya, nilai ekspor mebel rotan akhir tahun ini hanya akan mencapai sekitar 134,2 juta dolar Amerika Serikat.

Penelitian yang ditulis Nangoy tentu sudah lama, namun bukan berarti nasib para perajin rotan kini lebih baik. Dibutuhkan keberpihakan pemerintah untuk para perajin lokal di kawasan Rebana.

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca lebih lanjut tulisan-tulisan tentang Proyek Strategis Nasional dalam tautan berikut ini

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//