• Berita
  • Pertumbuhan Angka Stunting di Bandung tak Lepas dari Masalah Ekonomi yang Dihadapi Warga Kurang Mampu

Pertumbuhan Angka Stunting di Bandung tak Lepas dari Masalah Ekonomi yang Dihadapi Warga Kurang Mampu

Stunting dan kemiskinan di Bandung patut mendapat perhatian lebih karena memiliki dampak serius di jangka panjang.

Kegiaan di Posyandu Sakura, Kelurahan Samoja, Bandung, Selasa (10/2/2022). Posyandu jadi salah satu garda terdepan pencegahan stunting. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana2 Juli 2024


BandungBergerak.idPemerintah Kota (Pemkot) Bandung menargetkan penurunan angka stunting (kekerdilan) anak sesuai dengan target nasional, yakni 14 persen pada tahun 2024. Pemkot Bandung mengklaim setiap tahunnya terjadi penurunan stunting di Kota Bandung. Tahun 2022 tercatat 19,4 persen (6.614 bayi). Tahun 2023, 16,3 persen (6.142 bayi), dan tahun 2024 ditargetkan 14,0 persen.

Sebagai salah satu langkah mengurangi stunting, baru-baru ini Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) melakukan audit stunting di Kelurahan Babakan Sari, Kiaracondong, Rabu, 19 Juni 2024.

Nur Azizah selaku ibu hamil penerima manfaat program audit stunting mengaku mendapatkan edukasi terkait stunting, seperti apa yang harus dilakukan ketika kehamilan trimester pertama, lalu kiat-kiat mengatasi kendala saat kehamilan, bantuan makanan, dan lain-lain.

Sebagai keluarga rentan stunting, bagi Nur Azizah audit ini merupakan hal baru. "Setahu kami ini belum pernah ada. Jadi kami merasa sangat terbantu," kata Azizah, dikutip dari keterangan resmi Pemkot Bandung.

Sementara itu, Lurah Babakan Sari Heri Susanto berharap semangat juang di tubuh Pemkot Bandung dapat mewujudkan penurunan angka prevalensi stunting pada tahun 2024. 

Stunting dan Kemiskinan

Muchamad Arif Al Ardha, Eddy Silamat, Anggara Setya Saputra dalam JKM: Jurnal Kesehatan Mahardika Vol. 10, No. 1, March 2023 menyatakan, kejadian stunting di Kota Bandung merupakan salah satu yang tertinggi di Jawa Barat yaitu sebesar 6,63 persen. Prevalensi stunting tertinggi di Kota Bandung berada di Kecamatan Lengkong (14,35 persen) dan Cibiru (13,18 persen) (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2019).

Stunting patut mendapat perhatian lebih karena berdampak pada kehidupan anak sampai tumbuh besar, terutama risiko perkembangan fisik dan kognitif apabila tidak segera ditangani dengan baik. Dampak stunting dalam jangka pendek dapat berupa penurunan kemampuan belajar karena kurangnya perkembangan kognitif. Sedangkan dalam jangka panjang dapat menurunkan kualitas hidup anak saat dewasa karena menurunnya kesempatan mendapat pendidikan, peluang kerja, dan pendapatan yang lebih baik.

Ardha dkk menjelaskan, stunting erat kaitannya dengan permasalahan gizi. Para peneliti memotret hubungan stunting dengan ekonomi keluarga. Kecukupan gizi berhubungan dengan kemampuan keluarga memenuhi makanan bergizi yang di konsumsi setiap hari.

“Studi ini membuktikan bahwa sosial ekonomi berhubungan dengan kejadian stunting. Pendapatan keluarga akan meningkatkan peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik secara kualitas maupun kuantitas,” tulis Ardha dkk.

Baca Juga: Angka Stunting di Indonesia tertinggi Ketiga di Asia, Bagaimana dengan Jawa Barat?
Data Balita Stunting di Kota Bandung 2013-2019, Masalah Serius yang Masih Jauh dari Tuntas
Penanganan Stunting di Jawa Barat Harus Terintegrasi, Tidak Bisa Mengandalkan Dana CSR saja

Penelitian ini menemukan kaitan antara balita dengan sosial ekonomi gakin (keluarga miskin) berpeluang mengalami stunting dua kali lebih besar dibandingkan dengan balita dengan sosial ekonomi nongakin.

“Kami menyakini bahwa sosial ekonomi berhubungan tidak lansung dengan kejadian stunting. Sosial ekonomi yang rendah dihubungkan dengan kemampuan keluarga untuk memenuhi asupan gizi anak. Keluarga dengan sosial ekonomi tinggi dihubungankan juga dengan kekampuan menggunakan fasilitas kesehatan yang lebih baik seperti akses ke perawatan kesehatan dan obat-obatan, sehingga dapat mencegah terjadinya stunting,” katanya.

Penelitian serupa dilakukan Susilawati, Raden Minda Kusumah, Dola Ramalinda, Istikomah, Yuyun Mulyati dari SekolahTinggi Ilmu Administrasi Bandung, dalam Jurnal Peradaban Masyarakat, Vol. 3, No. 2, Maret 2023.

Para peneliti menjelaskan stunting dapat terjadi ketika anak mengalami kekurangan gizi dalam jangka waktu yang lama. Dampak dari stunting ini dapat berlangsung seumur hidup dan berdampak pada produktivitas dan kualitas hidup di masa depan.

Selain faktor gizi, Susilawati menjelaskan bahwa stunting dipengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),  seperti  cuci  tangan dengan sabun, pengolahan makanan yang baik dan benar, pengelolaan sampah yang baik, serta sanitasi dan kebersihan lingkungan.

Dengan demikian, pengurangan stunting di Kota Bandung akan tercapai jika dibarengi dengan langkah-langkah pengentasan kemiskinan. Sementara menurut keterangan resmi DPRD Kota Bandung, penduduk miskin Kota Bandung per-Maret 2023 berjumlah 102,80 ribu orang.

*Kawan-kawan bisa membaca lebih lanjut masalah stunting di Kota Bandung dalam tautan berikut ini

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//