• Berita
  • Mengkhawatirkan Nasib Produksi Padi Indramayu di Tengah Rencana Industri Kawasan Rebana

Mengkhawatirkan Nasib Produksi Padi Indramayu di Tengah Rencana Industri Kawasan Rebana

Indramayu mampu mempertahankan produksi gabah kering 1,5 juta ton per tahun. Capaian ini akankah bertahan jika di Indramayu dibandung industri modern?

Suasana Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Indramayu, 13 Desember 2023. Desa ini menjalankan tradisi ngarot. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana7 Juli 2024


BandungBergerak.idIndramayu, salah satu kabupaten di pantai utara Jawa Barat (Pantura), sudah lama dikenal sebagai pusat penghasil padi. Dalam setahun, pertanian di Indramayu memanen lebih dari satu juta ton gabah kering. Selain memiliki lahan pertanian yang luas, daerah ini tersentuh rencana pembangunan Metropolitan Rebana. Industri-industri modern akan dibangun sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru. Bagaimana dengan nasib pertanian di Indramayu?

Sampai saat ini, pertanian pangan di Indramayu tentu masih berproduksi. Bahkan baru-baru ini Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyebut bahwa Indramayu adalah salah satu daerah andalan Jabar dalam ketahanan pangan dan pengendalian inflasi.

Sekda Jabar Herman Suryatman mengapresiasi Indramayu yang mempertahankan produksi gabah kering giling mencapai 1,5 juta ton per tahun. "Itu tertinggi di Jabar dan nasional," ujar Herman Suryatman saat rakor Program Percepatan Optimalisasi Pencapaian Indikator Makro Pembangunan di kantor Bupati Indramayu, dalam siaran pers, Rabu, 3 Juli 2024.

Herman berharap Indramayu tahun 2024 ini dapat meningkatkan produksi gabah kering giling sampai 1,8 juta ton. Menurut Herman, dengan ketahanan pangan yang kuat dan pengendalian inflasi yang efektif, Indramayu dapat memberikan kontribusi besar bagi kemajuan Jabar.

"Barusan kita sudah berkomitmen untuk membangun Indramayu agar Jabar bisa maju. Indramayu maju, Jabar maju," cetus Herman.

Industrialisasi Mengancam Pertanian?

Harapan Pemprov Jabar pada Indramayu untuk menghasilkan 1,8 juta ton gabah kering per tahun terdengar ambisius. Sebab, di sisi lain Indramayu juga disiapkan sebagai bagian dari Metropolitan Rebana yang akan mengandalkan sektor industri.

Ekses dari industri sudah banyak diketahui, yaitu menelan lahan-lahan pertanian sebagai pusat industri sekaligus menyerap para petani muda untuk menjadi buruh pabrik. Fenomena ini sudah terjadi di Karawang yang awalnya berjuluk lumbung pangan, dan di kawasan Rebana lainnya, di antaranya Majalengka.

Rencana pengembangan Indramayu sebagai pusat ekonomi baru bisa dari persiapan menyongsong pembangunan kawasan Rebana Metropolitan Jabar. Menurut siaran pers Pemkab Indramayu, Rebana Metropolitan sendiri merupakan Proyek Strategis Nasional yang mengusung konsep kawasan industri dan perkotaan baru. Selain Kabupaten Indramayu, wilayah lainnya yang masuk ke dalam konsep Rebana Metropolitan tersebut adalah Kabupaten Sumedang, Majalengka, Cirebon, Subang, Kuningan, dan Kota Cirebon.

Kabupaten Indramayu yang memiliki  luas wilayah 209.942 hektare dengan panjang garis pantai mencapai 147 kilometer dianggap sangat menunjang konsep Rebana. Ditambah posisi yang strategis karena berjarak 200 kilometer dengan Jakarta dan 180 kilometer dengan Bandung, Ibu Kota Provinsi Jawa Barat.

Sebagai penunjang Rebana, Kabupaten Indramayu tengah menyiapkan kawasan peruntukan industri (KPI) seluas 20 ribu hektare yang tersebar di sebanyak 10 kecamatan, meliputi Kecamatan Balongan 1.438 Hektar, Krangkeng 3.507 Hektar, Losarang 4.523 Hektar, Kandanghaur 2.025 Hektar, Patrol 1.385 Hektar, Sukra 2.814 Hektar, Juntinyuat 643,1 Hektar, Tukdana 664,7 Hektar, Terisi 1.379 Hektar, serta Gantar 1.574 Hektar.

Kecamatan-kecamatan yang menjadi kawasan peruntukan industri umumnya penghasil produksi padi. Bahkan Kecamatan Gantar merupakan daerah penghasil padi terbesar di Indramayu pada 2017, yakni 108.328,65 ton dari 18.044 hektare sawah (BPS Kabupaten Indramayu 2017).

Secara nasional, Indramayu sudah dikenal sebagai penghasil beras. Indri Mustikaningruma dan Widjonarkob dalam jurnal berjudul “Komoditas Unggulan Tanaman Pangan Untuk Mendukung Perekonomian Wilayah Kabupaten Indramayu” (Universitas Diponegoro, Semarang) membeberkan, di Jawa Barat produksi padi paling besar adalah kabupaten Indramayu dengan produksi padi tahun 1.465.740,60 ton pada tahun 2015 (BPS Jabar, 2016).

Baca Juga: Ironi Industri Rotan di Kawasan Rebana
Para Petani Paling Merasakan Dampak Pembangunan Pelabuhan Patimban
Pembangunan Pelabuhan Patimban Menjauhkan Nelayan dari Ikan Tangkapan

Sektor pertanian, khususnya tanaman pangan di Kabupaten Indramayu dapat dikatakan termasuk sektor yang sangat potensial dalam memberikan sumbangan terhadap perekonomian Kabupaten Indramayu. Kabupaten Indramayu selama ini dikenal sebagai lumbung padi Jawa Barat, yang memiliki luas lahan sawah terbesar yakni 115.897 Ha atau sebesar 55,20 persen dari total luas wilayah Kabupaten Indramayu, dengan produktifitas 70,09 ton/Ha pada tahun 2015. Luas lahan sawah terbagi menjadi sawah irigasi sebesar 94,94 Ha (81,92 persen) dan sawah tadah hujan sebesar 20, 95 Ha (18,08 persen).

“Sektor pertanian dapat dikatakan merupakan salah satu pilar penting penggerak perekonomian Kabupaten Indramayu,” tulis Indri Mustikaningruma dan Widjonarkob, diakses, Minggu, 6 Juli 2024.

Indri Mustikaningruma dan Widjonarkob memaparkan, data tahun 2015 menunjukkan kontribusi sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Indramayu sebesar 17,95 persen atau penyumbang terbesar kedua setelah sektor migas sebesar 39,37 persen.

“Jika tanpa melihat sektor migas, maka sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar PDRB Kabupaten Indramayu, yakni sebesar 32 persen.Selain itu sektor pertanian juga menyerap sekitar 52 persen tenaga kerja. Artinya, sektor pertanian merupakan representasi dari kegiatan ekonomi riil masyarakat indramayu,” katanya.

Pertanyaannya, akankan kawasan industri Rebana mengubah sektor pertanian Indramayu yang sudah jelas-jelas menghasilkan makanan pokok nasional yaitu beras?

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca lebih lanjut tulisan-tulisan tentang Proyek Strategis Nasional dalam tautan berikut ini

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//