• Buku
  • BUKU BANDUNG #76: Masih Bersama Tamansari

BUKU BANDUNG #76: Masih Bersama Tamansari

Kumpulan foto di buku An Ode The Lost Kampong menjadi data visual yang kuat bagaimana solidaritas dan aktivisme ada untuk Tamansari.

Buku foto An Ode of The Lost Kampong (Golosor Club, 2023). (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak)

Penulis Virliya Putricantika7 Juli 2024


BandungBergerak.id - Buku foto berukuran 13 x 17 centimeter ini merangkum konflik di RW 11 Tamansari yang sudah hilang dari peta Kota Bandung. Bukan hanya 197 keluarga yang mengingat memori di sana, tapi juga ada 47 fotografer yang mengabadikan kenangan kolektif selama kurun waktu tujuh tahun sampai hilangnya rumah terakhir pada 18 Oktober 2023 lalu.

“Kami merdeka. Kami Bertahan,” demikian tulisan di baju seorang lelaki di foto ketiga dalam buku fotografi karya Toilet Thinker.

Sebelum menyisakan Eva Eryani, satu-satunya warga yang melawan sampai akhir, solidaritas warga sempat lama hadir di Tamansari. Mereka bertahan sekuat-kuatnya meski konflik vertikal dan horizontal bermunculan.

Pihak yang paling merasakan getirnya konflik sengketa tanah antara warga dan Pemkot Bandung di Tamansari adalah perempuan dan anak. Anak-anak yang terjepit konflik terpaksa bermain di salah satu ekskavator yang terparkir di Tamansari. Mesin keruk tersebut siap menggusur rumah-rumah mereka.

Apa pun alasannya, penggusuran telah menelanjangi nilai-nilai kemanusiaan. Warga yang sudah berpuluh-puluh tahun tinggal di kampung halaman dipaksa menjalani hidup baru yang penuh ketidakpastian, bahkan terjerumus pada kemiskinan karena ketiadaan rumah.

Penggusuran-demi penggusuran sudah sering terjadi di kota yang mendaku ramah hak asasi manusia (HAM) ini. Dalam satu dekade terakhir Kota Bandung diwarnai penggusuran demi penggusuran. Berdasarkan data yang dihumpun BandungBergerak, berikut ini penggusuran-penggusuran yang terjadi di Kota Bandung:

Buku foto An Ode of The Lost Kampong (Golosor Club, 2023). (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak)
Buku foto An Ode of The Lost Kampong (Golosor Club, 2023). (Foto: Virliya Putricantika/BandungBergerak)

3 Agustus 2015

Jalan Karawang dan Jalan Banten rata dengan tanah. Warga berupaya terus mempertahankan ruang hidup mereka, pemerintah bergeming. Penggusuran terus berlanjut sampai 6 Oktober 2016. Kawasan ini sekarang jadi ruang publik dan area komersial Kiara Artha Park.

September 2015

Penggusuran melenyapkan Kampung Kolase di bantaran Sungai Cikapundung di Lebak Siliwangi. Kampung yang sudah tumbuh selama puluhan tahun sebagai bagian dari Kelurahan Hegarmanah, Kecamatan Cidadap tersebut kalah oleh pembangunan Teras Cikapundung yang diinisiasi oleh Pemkot Bandung dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum.

26 Juli 2016

Ratusan aparat kepolisian Pengendali Massa dan Pasukan Anti Huru Hara bersenjata lengkap berjalan rapi menuju Jalan Stasiun Barat di kawasan Stasiun Bandung, Kelurahan Kebon Jeruk, atau bagian stasiun lama di sisi selatan. Bentrok tak terhindarkan. Pasukan berhadap-hadapan dengan warga yang berusaha mempertahankan kampung mereka dari klaim PT KAI.

12 Desember 2019

Di RW 11 Tamansari terjadi puncak perlawanan warga. Saat sidang sengketa masih berproses di pengadilan, seribuan aparat Satpol PP, polisi, dan TNI mengepung kampung mereka. Warga melawan dalam ‘pertarungan’ yang tak seimbang. Puluhan warga dan aktivis ditangkap. Puluhan lainnya luka-luka.

18 November 2021

Derita kehilangan rumah juga dialami warga di permukiman Anyer Dalam, Kelurahan Kebonwaru, Kecamatan Batununggal, akibat eksekusi PT. KAI pada 18 November 2021. Meski mereka memberontak, tak banyak yang bisa dilakukan ketika aparat (Satpol PP dan Polsuska PT. KAI) merangsek maju merobohkan semua yang ada di area sengketa.

6 Maret 2022

Warga menunjukkan surat perintah pembongkaran rumah-rumah di RW 04,05, 06, dan 08 Kelurahan Gumuruh, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung. Surat bertanggal 2 Maret 2022 tersebut ditandatangani oleh Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Bandung, Rasdian Setiadi. Hari itu, sebagian rumah warga di bantaran Sungai Cikapundung Kolot sudah dibongkar secara mandiri oleh para pemiliknya. ‘Penertiban’ bangunan-bangunan ilegal bagian dari program revitalisasi sungai di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.

30 Maret 2022

Pada 30 Maret 2022, awan hitam menggelayut di kawasan padat kendaraan di sekitar Jalan Arjuna hingga area sekitar Stasiun Kereta Api Ciroyom dan Pasar Ciroyom. Sekitar 1.000 keluarga yang tinggal di RW 04 Kelurahan Husein Sastranegara itu mulai resah. Berseliweran kabar, ruang hidup dan tempat mereka menggantungkan usahanya bakal terdampak proyek jalan layang (flyover) Ciroyom yang membentang sepanjang 700 meter.

Baca Juga: BUKU BANDUNG #73: Kisah Anak Sekolah yang Dirundung di Balik Keindahan Kota Bandung
BUKU BANDUNG #74: Menjelajah Braga Tempo Doeloe
BUKU BANDUNG #75: Antara Sarayevo dan Ronggeng

Menguatkan Solidaritas

Tindakan intimidatif oleh pemerintah pada masyarakat sipil tidak dapat dibenarkan untuk alasan apa pun. Memori itu terekam di berbagai jepretan para fotografer yang berkontribusi di buku foto An Ode of The Lost Kampong.

Mereka yang merekam cerita visual di RW 11 Tamansari. Gambar-gambar di buku foto ini menjadi bagian yang menguatkan solidaritas di Kota Bandung yang katanya ramah hak asasi manusia.

Buku 132 halaman ini menarik untuk dibaca oleh siapa pun. Pengantar di awal buku sudah cukup mengawali cerita yang menuju kronologi setiap kejadian di pusat Kota Bandung.

Informasi Buku

Judul: An Ode of The Lost Kampong

Penerbit: Golosor Club

Cetakan: I, Desember 2023

Tebal: 132 halaman.

*Kawan-kawan bisa membaca tulisan-tulisan lain dari Virliya Putricantika atau artikel tentang Buku Bandung

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//