Album #2 Mukti Mukti Berisi Karya-karya Hasil Kolaborasi dengan Penyair dan Petani
Album #2 Mukti Mukti menunjukkan kedekatan almarhum dengan kerja-kerja kemanusiaan. Musik sebagai alat untuk menyuarakan gerakan kerakyatan.
Penulis Nabila Eva Hilfani 9 Juli 2024
BandungBergerak.id - Di bawah atap tenda sederhana dan rintik hujan, acara Launching Album #2 Mukti-Mukti diselenggarakan penuh kehangatan. Album anyar almarhum musikus balada Bandung ini terdiri dari 9 lagu hasil kolaborasi dengan lima penyair; satu lagu di antaranya bertema kasus sengketa tanah yang diciptakan Mukti Mukti bersama seorang petani bernama Paiman.
Launching Album #2 Mukti Mukti dikerjakan orang-orang terdekat mendiang musikus pemilik nama asli Hidayat Mukti, Sabtu, 6 Juli 2024 di Kitsch Record, Sukajadi, Bandung. Peluncuran album ini sekaligus menandai bertambahnya karya Mukti Mukti yang diproduksi dan didistribusikan melalui platform-platform digital populer.
Musik bagi Mukti Mukti bukan hanya sekadar musik, tetapi bentuk perjuangan menyuarakan nasib orang-orang pinggiran, para petani gurem, hak atas tanah, keadilan, dan isu-isu kemanusiaan.
“Musik bagi dia bukan hanya sebagai alat, tapi itu ruang dia mengekspresikan bentuk gerak perjuangannya,” jelas Budi Godot, dalam wawancara bersama tim BandungBergerak.id di acara launching.
Spirit perjuangan Mukti Mukti dalam karya-karyanya bahkan dapat dirasakan oleh para pendengar. Dian Widyawati, istri mendiang Muki Mukti menceritakan, terdapat satu orang anak petani yang bercerita bahwa kerabat-kerabatnya tergugah semangat setelah mendengar karya Mukti-Mukti meski dirinya belum pernah bertemu dengan Mukti Mukti secara langsung.
“Bahkan ada yang, saya lupa namanya, tapi ketika beliau (Mukti-Mukti) udah ga ada ketemu sama salah satu anak petani, dulu ketemu di Walhi. Dia cerita ‘saya dulu denger lagu kang Mukti, dengerin aja, tapi masih kecil ya saya belum pernah ketemu sama beliau, tapi itu benar-benar nyala gitu buat kerabat-kerabat. Sampai akhrinya ketika dewasa ketemu sama beliau. Oh ini yang namanya Mukti’. Jadi cuma denger dari lagunya (Mukti Mukti), sebegitu pengaruhnya sampai yang belum pernah ketemu pun dapet semangatanya,” jelas Dian.
Dian berharap produksi dan distribusi karya Mukti Mukti dapat diapresiasi oleh lebih banyak orang di berbagai saluran digital.
Bagi Matdon sebagai salah satu teman yang telah mengenal lama Mukti Mukti, produksi dan distribusi karya Mukti Mukti diharapkan dapat memantik semangat musisi-musisi lain untuk turut menyuarakan gerakan-gerakan kerakyatan.
“Lagu Mukti-Mukti saya harapkan bisa lebih banyak didengar oleh orang lain, oleh musisi lain yang bisa mengikuti gerakan-gerakan yang bukan soal lagunya, tapi gerakan-gerakan kerakyatannya itu. Bagaimanapun Mukti Mukti menjadi idola musisi balada di Jawa Barat, bahkan mungkin sebagian Indonesia,” jelas pendiri Majelis Sastra Bandung yang akrab disapa Kyai Matdon, 4 Juli 2024.
Mukti Mukti dan Semangat Kemanusiaan
Mukti Mukti tidak hanya dekat dengan isu kemanusiaan, khususnya isu tanah, tetapi semua itu telah menjadi bagian dari dirinya. Budi Godot menjadi salah satu saksi bagaimana kiprah Mukti Mukti dengan aktivisme atau pergerakan yang memiliki konsentrasi di isu tanah.
“Bukan hanya dekat, Mukti itu hadir di sana,” terang Budi Godot.
Kehadiran Mukti Mukti dalam memperjuangkan isu tanah tidak hanya tampak melalui karya-karya musik atau lagunya, tetapi hingga tindakan nyata yang dilakukannya. Mukti Mukti bahkan sempat menjadi Ketua Dewan Serikat Petani Jawa Barat (SPJB), organisasi tani pertama di Jawa Barat yang menggarap isu-isu atau kasus-kasus tanah.
“Jadi bukan lagi seberapa dekat, Mukti hadir di sana, tumbuh di sana bersama dengan petani-petani,” tegas Budi Godot.
Kyai Matdon menimpali, gerakan perjuangan Mukti Mukti membela petani dan kelompok masyarakat lainnya bahkan telah dimulai sejak Mukti Mukti berada di bangku kuliah. Rasa kemanusiaan yang tinggi dari seorang Mukti Mukti dapat dilihat melalui sosok di kesehariannya.
Bagi Matdon dan Budi sebagai teman almarhum maupun Dian sebagai istri mendiang, Mukti Mukti adalah sosok yang humanis, dicintai banyak kalangan terutama orang-orang terpinggirkan, dan karya-karyanya mampu memancing semangat penikmatnya.
“Dia (Mukti-Mukti) sosialnya tinggi. Bener-bener gak mikirin diri sendiri. Kalau ngeliat orang lain yang butuh ya sudah. Hal kecil aja kayak misalkan dia pake baju, terus ketemu temen-temen petaninya dan bilang ‘ih alus geuningnya ieu acukna’ lalu ditanya ‘mau bener?’ kasihlah. Kalau ada yang perlu dia ga pikir panjang,” jelas Dian.
Baca Juga: Mukti-mukti Vol #1, Mendengarkan Balada Orang-orang Pinggiran Secara Digital
Untuk Mukti-Mukti dari Para Sahabatnya
Mukti Mukti dan Tema-tema Orang Pinggiran
Dari Balada hingga Musik Melayu
Dalam Album #2 Mukti-Mukti, terdapat dua karya hasil kolaborasi dengan penyair Budi Godot. Dua karya tersebut dapat menjadi bukti keberagaman tema dalam karya-karya yang dibuat oleh Mukti Mukti, khususnya karya berjudul Senantiasa Ada yang memiliki alunan musik melayu.
Lagu Senantiasa Ada merupakan karya yang memang diciptakan karena keinginan dari Mukti Mukti dan Budi Godot untuk membuat lagu yang berbeda dari kebiasaan mereka.
“Saya gak tau dari mana, pokoknya intinya kita sepakat ‘ayo urang nyieun lagu nu lain’. Yang lain tuh maskudnya yang di luar kebiasaan kita (Mukti Mukti dan Budi Godot). ‘Naonnya?’ ‘Nyieun Dangdut’,” tutur Budi.
Lagu Senantiasa Ada yang berawal diciptakan untuk menjadi musik dangdut pada akhirnya berganti menjadi musik yang bernada kemelayuan. Budi sendiri tahu, MuktiMukti tidak dapat bernyayi dengan cengkok dangdut dan Mukti Mukti lebih meyukai cengkok kemelayu-melayuan.
Akhirnya, acara Launching Album #2 Mukti-Mukti menjadi satu momen yang membuat Dian Widyawati bersyukur dan terharu. “Alhamdulillah, saya sangat bersyukur ya. Terima kasih kepada temen-temen. Terharu. Gak bisa terbahasakan ya atau digantikan kata-kata. Terima kasih sangat besar kepada temen-temen,” terang Dian.
*Kawan-kawan bisa membaca artikel-artikel lain dari Nabila Eva Hilfani, atau tulisan-tulisan menarik lain tentang Musik Balada Mukti-mukti