• Berita
  • Doa dari Teman untuk Mukti Mukti

Doa dari Teman untuk Mukti Mukti

Sapei Rusin sebagai salah seorang kawan Mukti Muktin, mengatakan dalam lima tahun terakhir sang musikus bolak-balik ke rumah sakit.

Suasana Konser Gotong Royong Baladna Mukti-Mukti yang digelar secara hibrida, Selasa (5/10/2021) sore. Banyak seniman dan penyanyi Bandung terlibat dalam konser yang digelar tiga hari untuk menggalang dana bagi perawatan Mukti-Mukti. (Ahmad Abdul Mugits Burhanudin/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana8 Juli 2022


BandungBergerak.idMukti Hidayat atau musikus balada yang akrab disapa Mukti Mukti, sempat dilarikan ke Rumah Sakit Santo Borromeus, Bandung, sebab penyakit yang dideritanya. Doa dari teman sejawat mengalun untuk kesembuhan penyanyi bergitar tersebut.

Doa untuk Mukti Mukti dipanjatkan dalam acara virtual bertajuk “Doa Bersama untuk Mukti Mukti”. Lebih dari 25 orang menghadiri doa bersama ini yang berlangsung Kamis (7/72022) malam. Antara lain, perwakilan dari Odesa Indonesai, Majelis Sastra Bandung, perwakilan keluarga, budayawan, seniman, hingga penikmat lagu Mukti Mukti.

Acara virtual berlangsung informal, karena umumnya hadirin sudah saling mengenal. Sapei Rusin sebagai salah seorang kawan Mukti Mukti, mengatakan dalam lima tahun terakhir sang musikus bolak-balik ke rumah sakit.

Kali ini, menurut hasil pemeriksaan laboratorium Mukti Mukti mengalami HB rendah sehingga harus melakukan transfusi darah. Setelah transfusi darah, berdasarkan kabar terbaru dari keluarga, kondisi Mukti Mukti terus membaik dan sudah bisa pulang ke rumah untuk melanjutkan rawat jalan.

“Mukti Mukti nge-WA, berterima kasih kepada wadia balad [terkait doa bersama untuknya],” kata Sapei Rusin, di sela-sela doa bersama.

Ia berharap doa bersama ini semakin menambah kesembuhan Mukti Mukti yang kerap dirundung sakit dalam beberapa tahun belakangan ini. “Selain untuk Mukti Mukti juga kita berdoa untuk kita semua, untuk Indonesia,” katanya.

Kabar pulihnya Mukti Mukti juga disampaikan seniman Herry Dim yang hadir dalam doa bersama virtual itu dengan istrinya, Ine Arini. Menurut Herry, saat ini Mukti Mukti sudah berada di rumah. Sewaktu-waktu Mukti mukti harus menjalani kontrol ke rumah sakit.

Ke depan, kata Herry Dim, forum doa bersama mengusulkan suatu acara berkelanjutan untuk mendukung Mukti Mukti. Acaranya bisa berupa konser amal maupun membentuk sistem penggalangan dana yang langsung disalurkan ke keluarga.

“Rencana sesudah lebaran haji kita akan bertemu di darat. Apakah nantinya membuat konser amal atau bikin sistem [penggalangan dana],” katanya.

Baca Juga: Untuk Mukti-Mukti dari Para Sahabatnya
Balada Komik RA Kosasih di Toko Buku Maranatha
Kisah Seniman Bengal Harry Roesli Dibukukan, Hasil Penjualannya untuk Anak Jalanan

Doa Bersama

Doa bersama dipimpin Khoerul Anwal dengan pembacaan surat-surat Al Quran dan salawat Nariyah. Hadirin mengikutinya dengan khidmat. Menurut Matdon dari Majelis Sastra Bandung, salawat Nariyah kerap dinyanyikan Mukti Mukti.

“Mudah-mudahan penyakit Mukti Mukti diangkat dan bisa kembali kumpul dengan kita semua,” kata Khoerul Anwal.

Usai doa bersama, Mukti Mukti dan istri, Dian Widiawati, yang baru tiba dari rumah sakit, sempat menyapa hadirin. Keduanya menyampaikan terima kasihnya atas digelarnya doa bersama.

Tampak Mukti Mukti muncul di layar, mengenakan kaus putih yang biasa ia pakai sehari-hari maupun ketika pentas di atas panggung. Sang istri, Dian, mengatakan bahwa suaminya telah melakukan transfusi darah sebanyak tiga labu.

“Sudah fit, Alhamdulillah. Senin akan kontrol lagi. Nuhun doanya dari teman-teman yang sudah support,” kata Dian.

Mukti Mukti dan Leo Kristi

Mukti Mukti merupakan penyanyi sekaligus pencipta lagu. Sebagai musikus balada, Mukti Mukti yang selalu tampil dengan gitar akustiknya memiliki kekhasan tersendiri, seperti penyanyi balada bergitar lainnya, sebut saja Leo Kristi (almarhum).

Bahkan ada kesamaan antara Mukti Mukti dan Leo Kristi, yakni sama-sama musikus yang rendah hati. Keduanya gila dalam bermusik, tapi tidak gila panggung untuk meraih popularitas.

Mukti Mukti akan tampil di mana pun, di panggung besar maupun kecil, dengan komunitas-komunitas atau bernyanyi di sela-sela acara diskusi sambil ngopi, setelah menyanyikan satu dua lagu ia akan kembali melanjutkan ngopi dengan kawan-kawannya.

Karya yang dihasilkan adalah buah pikirnya tentang puisi, alam, ketidakadilan, kritik sosial, religi, dan banyak lagi. Semua itu tentunya hasil perjalanan hidupnya di negeri yang penuh haru biru seperti Indonesia.

Mukti Mukti berkuliah di Fakultas Sastra Unpad dalam kurun waktu 1980-an. Ia konsisten menggelar “Konser Musik Cinta Mukti-Mukti” yang nyaris rutin diadakan sekali dalam setahun sejak pertama kali diselenggarakan pada 1988. Terakhir, konser diselenggarakan di Amphiteater Selasar Sunaryo pada 2019, setahun sebelum pandemi Covid-19 berlangsung, sekaligus menandai 31 tahun perjalanan bermusiknya. 

Konser Musik Cinta Mukti Mukti 2013 Episode: Seribu Bunga Buat Iwa di Bale Rumawat Unpad, Jumat, 31 Mei 2013. Konser ini ditonton penyanyi balada Indonesia, Leo Kristi. (Sumber Foto: Unpad)*
Konser Musik Cinta Mukti Mukti 2013 Episode: Seribu Bunga Buat Iwa di Bale Rumawat Unpad, Jumat, 31 Mei 2013. Konser ini ditonton penyanyi balada Indonesia, Leo Kristi. (Sumber Foto: Unpad)*

Konser di Unpad

Pada Konser Musik Cinta Mukti Mukti 2013 Episode: “Seribu Bunga Buat Iwa” di Bale Rumawat Unpad, Jumat, 31 Mei 2013, Mukti Mukti membawakan 12 lagu tentang cinta, protes sosial, serta gerakan perlawanan yang akrab dengan kehidupan mahasiswa kala itu.

Lagu-lagu sederhana namun sarat akan makna itu dibawakan dengan penuh rasa cinta. Rasa tersebut lahir dari segala kegelisahan yang ditemui Mukti Mukti selama proses berkeseniannya.

Mukti Mukti membawakan lagu “Seribu Bunga buat Iwa”, sebuah lagu untuk mengenang dan menghormati Rektor pertama Unpad, Iwa Koesoemasomantri, yang layak menyandang gelar sebagai Pahlawan Nasional. Lagu ini ia dibuat pada tahun 1994, ketika ia bersama mahasiswa Fikom berunjuk rasa menuntut Prof. Iwa menjadi Pahlawan Nasional.

Meskipun lahir untuk gerakan perlawanan, lagu-lagu Mukti Mukti selalu menyiratkan pesan-pesan yang optimis. Hal itu terlihat dari lagu terakhir yang dibawakan, Menitip Mati.

“Kita yang masih bertahan, berdiri menatap matahari menitip mati, melumat sepi, esok hari revolusi,” demikian petikan lirik lagu tersebut yang dinyanyikan oleh hampir semua penonton.

Konser yang menjadi Pidangan Seni Budaya Rumawat Padjadjaran ke-60 ini digelar bertepatan dengan hari ulang tahun dari Prof. Iwa sendiri. Rektor Unpad, Ganjar Kurnia, pun memberikan apresiasi terhadap musisi yang telah mengeluarkan sekitar 30 album tersebut.

“Kita sangat senang sekali, pada hari ini ada alumni dan aktivis Unpad kembali menyelenggarakan pagelarannya di kampus ini,” ujar Ganjar Kurnia.

Konser berdurasi satu setengah jam tersebut banyak dihadiri oleh penonton yang berasal dari seniman, kerabat, dan pencinta karya Mukti Mukti. Bahkan, seorang penyanyi balada Indonesia, Leo Kristi, datang jauh-jauh dari kota Surabaya untuk menonton konsernya.

Menurut Leo Kristi, kegelisahan dari musik-musik yang diciptakan Mukti Mukti merupakan ciri khas dari musik balada tersebut. “Ini adalah salah satu aspek perkembangan musik balada di Indonesia,” ucap Leo Kristi.

Editor: Redaksi

COMMENTS

//