Melihat Data Kemiskinan dan Masalah Lingkungan di Subang Smartpolitan
BPS Kabupaten Subang mencatat antara 2019-2021 kemiskinan di Subang mengalami kenaikan. Industrialisasi yang terjadi pun memiliki dampak negatif pada lingkungan.
Penulis Iman Herdiana13 Juli 2024
BandungBergerak.id - Kabupaten Subang dicanangkan sebagai Subang Smartpolitan, sebuah kota masa depan di jantung kawasan Rebana. Di balik rencana ambisius Subang sebagai kota cerdas dengan teknologi tinggi, ada tantangan serius yaitu kemiskinan dan lingkungan. BPS mencatat, antara 2019-2021 kemiskinan di Subang mengalami kenaikan dari 129,20 ribu jiwa, naik pada 2020 menjadi 149,81 ribu jiwa, dan naik kembali pada 158,97 ribu jiwa (BPS Kabupaten Subang).
Narasi Subang Smartpolitan di antaranya muncul dalam siaran pers Pemkab Subang Rabu, 18 November 2020, waktu itu Bupati Subang Ruhimat atau biasa di panggil Kang Jimat menghadiri kegiatan groundbreaking ceremony Subang Smartpolitan oleh PT Suryacipta Swadaya di Hotel Grand Melia Jakarta.
PT Surya Semensta Internusa Tbk (SSIA) melalui anak usahanya PT Suryacipta Swadaya (Suryacipta), mengadakan acara peletakan batu pertama (groundbreaking ceremony) kawasan kota mandiri milik Suryacipta bertajuk Subang Smartpolitan.
Kang Jimat menyampaikan, pembangunan Subang Smartpolitan merupakan momentum yang tidak boleh disia-siakan begitu saja, akan banyak peluang dan manfaat dari berdirinya Subang Smartpolitan. “Oleh karena itu pemerintah dan warga Kabupaten Subang harus siap, untuk terlibat dan sekali lagi, warga Subang jangan jadi penonton, karena hari esok Subang akan menjadi lebih cerah,” demikian dikutip dari Subang.go.id, diakses Jumat, 12 Juli 2024.
Presiden Direktur PT Surya Semesta Internusa Tbk Johannes Suriadjaja mengatakan, Subang Smartpolitan akan menerapkan teknologi fundamental pada smart city seperti teknologi IOT, 5G, termasuk teknologi autonomous cars.
Ia mengatakan, dengan IoT dan teknologi yang terhubung tersebut, Subang Smartpolitan diharapkan menjadi smart city yang bisa meningkatkan kualitas hidup warga di Subang Smartpolitan.
Johannes Suriadjaja bahkan mengklaim telah mengadakan komunikasi dengan Tesla Inc. di Amerika Serikat untuk mengundang datang ke Indonesia. Selain perusahaan asal Negeri Paman Sam, Johannes menyebut perusahaan asal Korea Selatan juga sangat gencar untuk mendirikan pabrik baterai di Indonesia.
Dasar Subang sebagai Subang Smartpolitan karena posisinya yang strategis, 60 menit dari Jakarta, dekat dengan proyek strategis nasional lainnya seperti Pelabuhan Patimban (40 menit), 60 menit ke Bandara Kertajati, dan jarak ke Bandung 90 kilometer.
Rencananya, Subang Smartpolitan terdiri dari Industrial Lots seluas 1.060 hektare, Commercial seluas 206 hektare, Residential seluas 257 hektare, Green & Open Space seluas 200 hektare, Utility & Infrastructure seluas 212 hektare, Public Facility seluas 15 hektare, dan Future Development seluas 767 hektare.
Baca Juga: Kota Cirebon Semakin Tua di Tengah Tingginya Kebutuhan Lowongan Kerja
Mengkhawatirkan Nasib Produksi Padi Indramayu di Tengah Rencana Industri Kawasan Rebana
Menanti Optimalisasi Program Pemkot Bandung dan Pemprov Jabar untuk Menurunkan Angka Kemiskinan
Masalah Kemiskinan di Kabupaten Subang
Selain kemiskinan, ambisi membangun Subang sebagai Subang Smartpolitan menghadapi tantangan serius di bidang lingkungan. Tedi Juana, Nanang Suparman, Fadjar Trisakti dalam tulisan ilmiah berjudul “Kebijakan Responsif Pemerintah Daerah: Mengantisipasi Dampak Industrialisasi” (UIN Sunan Gunung Djati, 2021) menjelaskan industri memang memberikan sumbangsih tinggi terhadap perekonomian Indonesia.
Namun tingginya pengaruh sektor perindustrian terhadap ekonomi Indonesia seolah berbanding lurus dengan pengaruh pembangunan kawasan industri tersebut terhadap kerusakan lingkungan hidup.
“Salah satu yang menyebabkan kerusakan lingkungan adalah tingginya pembangunan kawasan industri dan belum maksimalnya pola tata letak industri. Di Indonesia sendiri Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu provinsi dengan ancaman kerusakan alam tertinggi jika ditinjau dari penyebab kawasan industri. Hal ini dikarenakan Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki kawasan industri yang sangat luas dibanding dengan daerah lain,” papar Tedi Juana dkk, diakses dari jurnal, Jumat, 12 Juli 2024.
Tedi dkk mencatat, dengan luas 20.545,87 hektare, Provinsi Jawa Barat menjadi daerah dengan kawasan industri terluas di Indonesia. Selain itu, Tedi membeberkan rencana tata ruang wilayah yang tercermin dalam Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Subang 2011-2031, bahwa di Kabupaten Subang akan diproyeksikan sekitar 11.250 hektare kawasan industri yang tersebar kedalam 7 kecamatan yang terdiri dari kecamatan Cipeundeuy, Pabuaran, Kalijati, Purwadadi, Pagaden, Cipunagara, dan Cibogo.
Tedi dkk dalam penelitian ini fokus meneliti dampak lingkungan akibat industrialisasi di Subang. Para peneliti mengacu pada kejadian bencana banjir bandang di kawasan industri Pagaden pada 11 Januari 2021.
*Kawan-kawan yang baik bisa membaca lebih lanjut tulisan-tulisan tentang Proyek Strategis Nasional dalam tautan berikut ini