• Narasi
  • Dari Kebun ke Kuali, Membuat Camilan Ringan dari Tomat Sisa

Dari Kebun ke Kuali, Membuat Camilan Ringan dari Tomat Sisa

Warga Desa Sindulang di Sumedang memanfaatkan sisa tomat kebun warga yang terbuang menjadi camilan dan produk makanan olahan dengen merek Julang Food.

Bimo Aulia Junito dan Yasmin Maulida

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik serta Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Unpad)

Kebun tomat. (Foto: Dokumentasi Bimo Aulia Junito dan Yasmin Maulida)

9 Agustus 2024


BandungBergerak.id – Perjalanan dari Jatinangor menuju Desa Sindulang di Sumedang, Jawa Barat, menghabiskan waktu sekitar dua jam. Di sepanjang jalan yang berkelok kami disuguhi pemandangan lereng serta hutan yang hijau. Memasuki gapura Desa Sindulang, lanskap pegunungan mulai terlihat, semilir angin sejuk seakan menyambut kedatangan kami.

Setibanya di sana, kami bergegas menuju Kantor Desa, kami dan kelompok KKN lain diberi sambutan oleh Pak Kades. Setelah sambutan selesai kami pergi menuju rumah yang nantinya akan menjadi tempat tinggal selama sebulan ke depan.

Desa Sindulang terletak di kaki Gunung Kerenceng, Sumedang, Jawa Barat. Desa yang terletak di atas ketinggian 1.110 mdpl  ini dianugerahi iklim yang sejuk, tanah yang subur, serta air yang melimpah, menjadikannya tempat yang ideal untuk menanam berbagai hasil kebun.

Sebagian besar penduduk desa mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian utama, dengan tomat sebagai komoditas andalan. Desa Sindulang juga menghasilkan berbagai tanaman hortikultura lainnya, seperti cabai, terong, dan sayuran hijau. Kondisi alam yang mendukung menjadikan tomat dari desa ini dikenal memiliki kualitas tinggi dan produksi dengan jumlah yang melimpah.

Aneka ragam produk olahan tomat dari Julang Food. (Sumber: Instagram Julang Food)
Aneka ragam produk olahan tomat dari Julang Food. (Sumber: Instagram Julang Food)

“Julang Food”

Ada kisah yang menarik tentang berbagai olahan tomat yang dihasilkan oleh warga setempat. Tidak hanya menjual tomat segar, mereka juga mengolah tomat menjadi produk olahan yang memiliki nilai tambah. Olahan tomat ini tidak hanya meningkatkan pendapatan, tetapi juga memperkenalkan keunikan kuliner desa ini ke pasar yang lebih luas. Produk-produk yang dihasilkan meliputi dodol tomat, sistik tomat, kerupuk tomat, keripik tomat, dan sambal tomat. Produk-produk tersebut dipasarkan dengan label "Julang Food".

Julang Food merupakan buah ide kreatif dari ibu-ibu PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) Desa Sindulang. Perjalanan Julang Food dimulai pada tahun 2023, ketika ibu-ibu PKK Desa Sindulang mendapatkan pelatihan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumedang. Dalam pelatihan tersebut mereka diajarkan membuat hasil olahan pangan hortikultura seperti saos tomat, bubuk cabai, serta produk olahan lainnya. Pasca pelatihan salah satu ibu-ibu PKK mendapatkan sebuah ide untuk membuat camilan dari tomat demi memanfaatkan hasil panen tomat yang melimpah agar tidak terbuang sia-sia, juga untuk menambah pendapatan keluarga.

Bu Oneng salah satu penggagas Julang Food. Ia merupakan warga Dusun Leuwiliang yang memiliki niat untuk berbisnis setelah mengikuti pelatihan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sumedang. Bersama beberapa temannya ia  membuat berbagai macam camilan hasil olahan tomat.

Bu Oneng bercerita, Julang Food bermula dari melimpahnya hasil pertanian tomat dari perkebunan Azhar, adik dari Bu Oneng. Pada musim kemarau, sering kali hasil panen tomat tidak habis terjual di pasar. Ibu-ibu PKK kemudian berinisiatif melanjutkan mengolah tomat tersebut menjadi produk yang lebih tahan lama dan memiliki nilai tambah. Mereka mulai bereksperimen dengan berbagai resep dan teknik pengolahan. Begitu banyak kisah kerja keras dan kreativitas yang mengiringi lahirnya Julang Food, menjadikan setiap produk yang dihasilkan tidak hanya lezat, tetapi juga penuh makna.

Baca Juga: Mengubah Limbah Kulit Kopi Menjadi Makanan dan Minuman
Tentang Lingkungan dan Setiap Suap Makanan di Sendok Makan
Eksistensi Kuliner Lokal dalam Menghadapi Menjamurnya Makanan Cepat Saji

Kebun Tomat

Tomat merupakan salah satu komoditas andalan di Desa Sindulang. Namun, di balik kesuksesan dalam pertanian tomat, terdapat tantangan yang sering dihadapi oleh para petani, termasuk ancaman keuntungan yang kecil saat panen tomat di musim kemarau.

Adalah Azhar, salah satu petani tomat di Desa Sindulang yang menjadi pemasok tomat dan sayuran lainnya ke berbagai pasar induk yang terletak di daerah Bandung Raya dan Jakarta. Azhar memiliki beberapa kebun tomat yang letaknya tidak jauh dari tempat produksi Julang Food, yakni di kediaman Bu Oneng. Selain menjual hasil taninya ke pasar induk, Azhar juga berperan sebagai pemasok utama tomat untuk produksi Julang Food, terutama pada musim kemarau, ketika pasokan tomat sedang surplus.

Kami berkunjung ke kebun Azhar untuk mengetahui kesehariannya di kebun tomat. Pukul tujuh pagi kami berangkat ke kebun Azhar yang terletak di Dusun Leuwiliang. Untuk mencapainya kami melalui jalan setapak menuju puncak bukit yang dipenuhi dengan berbagai perkebunan, seperti tomat dan kol. Setelah berjalan sekitar 20 menit, akhirnya kami bertemu dengan Azhar dan salah satu kawannya di saung kebunnya. Di sana terdapat tomat-tomat yang diletakan di atas terpal berukuran sekitar 1,5x1,5 meter. Terlihat Azhar dan kawannya sedang menyortir tomat-tomat tersebut ke dalam tiga kotak kayu berbeda. Masing-masing kotak berukuran 70x50x50 cm. Setiap kotaknya berisi tingkat kualitas tomat yang berbeda.

Buah tomat disortir ke dalam tiga kotak berbeda, yakni grade A, grade B, dan grade C. Tomat grade A memiliki warna paling merah, bentuknya paling sempurna, dan ukurannya paling besar. Sementara tomat grade B dan grade C kualitasnya kurang jika dibandingkan dengan grade A. Kotak paling kiri berisi dengan tomat dengan warna paling merah dan ukurannya yang paling besar. Tomat-tomat yang dianggap kurang layak untuk dijual ke pasar diletakkan di kotak berbeda yang agak jauh dari kotak berisi tomat yang layak untuk dijual. Tomat-tomat yang tidak layak untuk dijual nantinya akan dibuang ke kebun bambu tak jauh dari desa.

Azhar menyortir berbagai jenis tomat sesuai  dengan tingkat kualitas ke kotaknya masing-masing. (Foto: Dokumentasi Bimo Aulia Junito dan Yasmin Maulida)
Azhar menyortir berbagai jenis tomat sesuai dengan tingkat kualitas ke kotaknya masing-masing. (Foto: Dokumentasi Bimo Aulia Junito dan Yasmin Maulida)

Siasat Menghadapi Kemarau

Menurut Azhar, musim kemarau adalah waktu hasil panen tomat yang terbanyak. Panen tomat yang banyak menyebabkan surplus pasokan yang membuat harga tomat murah di pasaran. “Banyak tomat yang dikembalikan ke petani dari pasar (waktu musim kemarau), makanya sisanya suka saya kasih ke saudara di Sindulang,” ujar Azhar mengenai panennya yang melimpah.

Azhar menambahkan bahwa ketika terjadi surplus panen ia akan memberikan tomatnya ke Bu Oneng untuk nantinya diolah menjadi berbagai macam camilan olahan tomat. Namun, apabila tidak ada surplus panen, Bu Oneng akan membeli tomat dari pasar.

Desa Sindulang dianugerahi lingkungan alam yang ideal untuk menanam berbagai macam tanaman hortikultura, terutama buah tomat. Panen tomat dapat terjadi sebanyak 3 sampai 4 kali dalam setahun memberikan petani jumlah panen yang melimpah. Musim kemarau kerap kali menghasilkan surplus panen tomat. Sekilas hal ini membuat petani seakan mendapatkan keuntungan yang banyak. Namun, pasokan tomat yang melimpah justru menyebabkan kerugian di kalangan petani karena harga tomat yang turun di pasaran. Tomat-tomat yang belum berhasil terjual di pasar akan dikembalikan kepada petani. Tomat-tomat tersebut akhirnya menggunung tidak terpakai dan akhirnya terbuang sia-sia.

Kehadiran bisnis olahan pangan seperti Julang Food merupakan salah satu bentuk usaha yang dinilai tepat untuk memanfaatkan pasokan tomat yang melimpah di Sindulang. Agar tidak terbuang sia-sia tomat-tomat tersebut diolah menjadi berbagai produk olahan.

Tomat diolah menjadi produk camilan yang tahan lama dan memiliki nilai tambah. Petani mendapatkan sumber pemasukan selain menjual tomat ke pasar dan membantu roda perekonomian Desa Sindulang. Hingga saat ini usaha camilan Bu Oneng dan teman-temannya masih terus berjalan. Mereka memasarkan produk-produk olahan dari mulut ke mulut dan promosi melalui media sosial. 

*Kawan-kawan dapat membaca artikel-artikel lain tentang makanan

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//