• Kolom
  • PAYUNG HITAM #40: Memaknai Merdeka Seutuhnya

PAYUNG HITAM #40: Memaknai Merdeka Seutuhnya

Makna merdeka yang selama ini tertanam di kepala, tak akan pernah sama bagi mereka yang hari ini sedang berjuang melawan segala bentuk penindasan.

Rizki Fauzan

Pegiat Aksi Kamisan Bandung

Anak-anak Dago Elos saat lomba agustusan peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-78, 17 Agustus 2023. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak)

22 Agustus 2024


BandungBergerak.id – Tanggal 17 Agustus merupakan hari bersejarah bagi masyarakat Indonesia, bagaimana tidak tanggal tersebut merupakan salah satu tonggak terlepasnya Indonesia dari para penjajah. Merdeka! Katanya.

Perayaan-pun dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari upacara bendera di tengah terik matahari, mengadakan karnaval bertema kemerdekaan hingga lomba-lomba unik nan lucu, semua digelar atas nama merayakan kemerdekaan. Tapi, apa benar itu seluruh rangkaian agenda 17 Agustus itu mencerminkan kemerdekaan seutuhnya?

Hari ini, hampir di seluruh penjuru negeri merayakan kemerdekaan yang memiliki makna tersendiri dalam setiap perayaan. Tapi makna merdeka yang selama ini tertanam di kepala tak akan pernah sama dengan orang-orang dan kelompok masyarakat yang hari ini sedang berjuang melawan segala bentuk penindasan.

Baca Juga: PAYUNG HITAM #37: Menakar Genosida di Indonesia
PAYUNG HITAM #38: Tupai Bisa Jatuh, Hei Muller Jangan Angkuh!
PAYUNG HITAM #39: Kebebasan Kalian akan Dibungkam atas Nama Undang-undang dan Perintah Presiden

Kita Belum Merdeka!

Ancaman penggusuran, ketidakpastian mendapat upah yang layak, upah murah, kritik dibungkam. Merupakan beberapa hal kecil dari penindasan kepada rakyat.

Tanggal 17 Agustus bagi orang-orang yang sedang memperjuangkan hak-hak yang dirampas oleh negara tak ubahnya sebagai tanggal biasa yang tak perlu diperingati.

Kebobrokan negara hari ini terutama dengan dinasti politik yang makin hari makin menyeruak tentu saja jadi salah satu alasan jika kita tidak perlu merayakan 17 Agustus ini. Bagaimana kita ingin merdeka tetapi kursi kekuasaan hanya ditempati oleh segelintir orang dari kelompok yang sama.

Perlu adanya perlawanan besar dari masyarakat luas tentu jadi salah satu tanda jika para penguasa tidak selamanya bisa dengan tenang mengatur negara. Kelak rakyatlah yang akan seutuhnya memegang kekuasaan terbesar, dan saat itulah kemerdekaan seutuhnya baru bisa dirasakan oleh rakyat!

*Tulisan kolom PAYUNG HITAM merupakan bagian dari kolaborasi antara BandungBergerak.id dan Aksi Kamisan Bandung

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//