Jawa Barat Siaga Darurat Kekeringan, Krisis Air Bersih, dan Kebakaran Hutan
Sejumlah daerah mengalami krisis air bersih. Sebanyak 12 daerah di Kabupaten Bandung Barat mengalami krisis air bersih.
Penulis Iman Herdiana5 September 2024
BandungBergerak.id - Sejumlah daerah di Jawa Barat dilanda kekeringan dan mengalami krisis air bersih. Ada 12 daerah yang mengalami kekeringan dengan status siaga darurat. Satu daerah di antaranya dalam masa tanggap darurat, yaitu Kabupaten Bekasi. Tercatat juga kebakaran hutan terjadi di 17 kabupaten dan kota.
Daerah dengan status siaga darurat yaitu Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kota Bekasi, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Karawang, Kabupaten Ciamis, Kota Depok, Kota Cirebon, dan Kabupaten Garut.
"Provinsi juga (siaga darurat). Siaga darurat itu untuk mengingatkan karena masuk musim kemarau kekeringan," kata Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin, dikutip dari siaran pers, Senin, 2 September 2024.
Pemda Provinsi Jabar telah mengalokasikan Biaya Tak Terduga (BTT) 124 miliar rupiah untuk menangani kekeringan dan hal lain yang sifatnya kedaruratan. Menurut Bey, kekeringan di Jabar terjadi karena memasuki musim kemarau. Untuk mengatasi krisis air bersih, Bey menuturkan, penyaluran air bersih sudah dilakukan melalui kerja sama dengan PDAM.
Status Siaga Darurat Kabupaten Bandung dan Bandung Barat
Kabupaten Bandung menjadi salah satu daerah dengan status siaga darurat kekeringan, kebakaran hutan dan lahan. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bandung Uka Suska Puji Utama mengatakan, sejumlah daerah di wilayahnya telah mengalami kekeringan. Namun ia mengklaim telah melakukan langkah-langkah tindakan.
“Kami dari BPBD sudah mendistribusikan air bersih ke sejumlah desa di Kabupaten Bandung yang sudah mengalami kekurangan air bersih. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan air bersih itu, BPBD berusaha untuk mendistribusikan air bersih. Dengan harapan kebutuhan air bersih masyarakat bisa tertanggulangi untuk sementara waktu disaat memasuki musim kemarau,” kata Uka, dalam keterangan resmi.
Uka memprediksi musim kemarau masih akan berlangsung dalam beberapa bulan kedepan hingga Oktober 2024 mendatang. Diperkirakan bulan Agustus dan September 2024 merupakan puncak musim kemarau.
“Makanya, Pemkab Bandung menetapkan status siaga darurat kekeringan serta kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Bandung,” ujarnya.
Ia juga mengimbau masyarakat untuk menghemat air bersih di saat memasuki musim kemarau. Aktivitas pembakaran sampah juga diminta tidak dilakukan untuk menghindari terjadi kebakaran.
Tahun 2023 lalu, Kabupaten Bandung juga mengalami dampak kekeringan yang merambat pada kesehatan, di antaranya penyakit ISPA, diare, kerawanan pangan, dan ketidakstabilan harga makanan pokok.
Status siaga potensi kekeringan juga diberlakukan di Kabupaten Bandung Barat mulai September hingga Oktober 2024. Surat penetapan siaga bencana kekeringan ini ditetapkan berdasarkan hasil pemetaan seiring berlangsungnya musim kemarau. Namun jika kondisi ini semakin parah tidak menutup kemungkinan statusnya berubah dari siaga menjadi darurat.
Sejumlah wilayah yang dilanda kekeringan hingga kesulitan air bersih di Kabupaten Bandung Barat tersebar di wilayah selatan mulai dari Cihampelas, Cililin, Rongga, Gununghalu, Cipongkor, Sindangkerta hingga Saguling.
Sementara wilayah tengah meliputi Kecamatan Cipatat, Batujajar, Cikalongwetan, Ngamprah, dan Padalarang. Selain kesulitan air bersih, dampak musim kemarau juga menyebabkan sejumlah lahan sawah kekeringan sehingga hasil pertanian padi dipanen lebih awal.
Pertanian Terancam
Pertanian menjadi salah satu sektor yang terdampak bencana kekeringan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, luas panen padi di Jabar mencapai sekitar 1,58 juta hektare pada 2023. Sedangkan produksi padi pada tahun yang sama mencapai sekitar 9,14 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Tahun ini target produksi padi Jabar sebesar 11 juta ton GKG.
Sekretaris Daerah Provinsi Jabar Herman Suryatman mengatakan, salah satu cara mengantisipasi dampak kekeringan pada sektor pertanian adalah dengan pompanisasi. “"Program (pompanisasi) ini akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan petani di Jawa Barat," kata Herman, saat memimpin Rapat Koordinasi Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi dan Kabupaten Kota se-Jabar di Gedung Sate, Bandung, 1 Juli 2024.
Baca Juga: DAS Citarum Kritis, Luas Hutan Penyangga Tinggal 10 Persen
Masalah Air Bersih yang Menjadi Keluhan Berulang Masyarakat Bandung
Krisis Air Bersih Menerjang Bandung Timur
Hutan Primer Penyangga DAS Citarum Tinggal 10,99 Persen
Krisis air bersih di Jawa Barat telah menjadi kekhawatiran banyak pihak. Terlebih kondisi hutan dan sungai di Pasundan telah lama mengalami kerusakan. Salah satu sumber air Jawa Barat adalah Sungai Citarum. Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum terus mengalami penurunan.
Pakar konservasi sumber daya air (hidrology) Dede Rohmat mengatakan, saat ini terjadi ketidakseimbangan ekologis di DAS Citarum. Masalah ini semakin sulit ditangani karena kendala koordinasi penanganan DAS.
Sungai terpanjang di Jawa Barat ini melintasi 13 satuan daerah administratif, sejak dari Bandung Raya yang merupakan wilayah hulu Citarum sampai Bekasi. “Jika koordinasi tidak jalan itu potensi bencana sangat besar,” kata Dede Rohmat, pakar Konservasi Sumber Daya Air (Hidrology), dalam Clubinar “Urgensi Pemetaan Bentuk & Potensi Bencana secara Komprehensif”, di kanal Youtube Bandung Mitigasi Hub, 16 Desember 2020.
Sekarang, hutan primer yang menyangga DAS Citarum hanya 10,99 persen. Teorinya, hutan primer untuk menyangga suatu DAS minimal 30 persen. “Kalau saya lebih setuju kalau hutan primernya lebih dari 30 persen untuk menopang untuk kehidupan di sekitar DAS,” kata Dede.
Kepadatan penduduk sangat memengaruhi keseimbangan DAS Citarum. Tercatat, Kota Bandung menjadi daerah yang masuk wilayah DAS Citarum yang memiliki kepadatan paling tinggi. Penduduk Kota Bandung saja sebesar 2,5 juta, belum lagi penduduk Bandung Raya lainnya yang dilintasi Sungai Citarum, seperti Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Cimahi. Daerah padat lainnya setelah Bandung adalah Kota dan Kabupaten Bekasi.
Panjang Sungai Citarum sekitar 300 kilometer, 3 kali pulang pergi Bandung-Jakarta. Total sungai dan anak sungai Citarum seluas 6.800 kilometer, dengan luas DAS 6.600 kilometer. Sungai Citarum saat ini telah memanjang 1,5 kali dari panjang sebenarnya.
*Kawan-kawan yang baik, silakan membaca tulisan-tulisan lain tentang Krisis Air Bersih Jawa Barat