• Berita
  • Album Barisan Nisan Homicide Lahir Kembali, Menagih Reformasi yang Mati Suri

Album Barisan Nisan Homicide Lahir Kembali, Menagih Reformasi yang Mati Suri

Album Barisan Nisan Homicide menjadi saksi bagaimana cengkeraman militer sebelum reformasi. Album ini dirilis ulang 20 tahun kemudian.

Acara sesi dengar album kolektif hip hop Homicide Barisan Nisan di IFI Bandung, Sabtu, 14 September 2024. (Foto: Muhammad Akmal Firmansyah/BandungBergerak)

Penulis Muhammad Akmal Firmansyah24 September 2024


BandungBergerak.id - "Album ini bertepatan dengan 20 tahun Munir di bunuh, otak-otak di belakangnya tidak diadili, bahkan dokumen Tim Pencari Fakta (TPF) tiba-tiba hilang," cerita Herry Sutersna atau biasa disapa Ucok Homicide saat membuka sesi-dengar audio-visual Album kolektif hip hop band Homicide "Barisan Nisan" di IFI Bandung, Sabtu, 14 September 2024.

Laman grimlocstore.com menjelaskan, Barisan Nisan merupakan album kedua Homicide yang dirilis dua tahun setelah album debut mereka, Godzkilla Necronometry. Album ini memiliki catatan khusus, baik bagi perjalanan Homicide sebagai unit hip hop, bagi khazanah musik lokal (hip hop atau musik lokal pada umumnya), juga bagi catatan pinggir saat melihat era transisi penting di lanskap sosial politik tanah air.

“Bagi Homicide, ini era transisi yang sedemikian rupa dramatis dimana Sarkasz absen dalam prosesnya. Membuat Morgue Vanguard hadir sebagai satu-satunya anggota awal yang tersisa. Bersama DJ Evil Cutz (yang kala itu masih memakai moniker DJ-E), ia melanjutkan proyek Homicide dengan format satu rapper/MC dan satu DJ. Secara langsung atau tidak ini mempengaruhi perubahan artistik yang signifikan, baik secara lirikal maupun musikal,” demikian grimlocstore.com.

Album ini merekam horison gelap dalam tikungan sejarah Indonesia pascareformasi di mana harapan-harapan dan mimpi yang hadir setelah turunnya Suharto berubah menjadi distopia. Usainya narasi revolusi, kembalinya militer dalam panggung politik, konsolidasi kekuatan dan warisan Orde Baru, semakin lumpuhnya gerakan progresif seiring dengan maraknya konflik horizontal, juga mendung yang bergelayut kala era perang melawan teror diusung pasca 9-11, dan seri kampanye bom bunuh diri atas nama agama meletus di banyak tempat.

Karena keterbatasan dana, album ini secara prematur dirilis dalam bentuk album berisi 7 lagu pada bulan November 2004, dua bulan setelah puncak penanda dekadensi demokrasi dan usainya era mimpi reformasi hadir di lokal dalam bentuk pembunuhan terencana oleh negara terhadap aktivis dan pembela HAM, Munir. 

Dicetak terbatas dalam format CD-R dan dijual hanya di gig-gig lokal di Bandung, sebelum kemudian Subciety Records merilis ulang album ini sebagai bagian dari Tha Nekrophone Dayz yang memuat Barisan Nisan dan Godzkilla Necronometry dalam satu cakram CD pada awal 2006.

20 tahun kemudian, di tahun 2024 ini Morgue Vanguard dan DJ Evil Cutz, dibantu Jaydawn pada saat sesi rekam, mengunjungi ulang Barisan Nisan dengan cara merekam ulang semua lagu dan berkesempatan menyelesaikan 3 lagu tambahan yang dahulu tak sempat dirampungkan dan direkam atas alasan finansial tadi.

"Waktu itu sumber dayanya sedikit, rilis aja, dengan segala kelebihan dan kekurangannya album itu premature. Kemudian saat ini visi artistik berubah dengan pendekatan yang sama. Termasuk tiga lagu yang belum terliris," tutur Ucok.

Selain bertamukan Mali dan Addy Gembel yang juga merekam ulang vokal bagi versi revisited ini, terlibat pula para sejawat mereka membantu mengisi instrumen pada beberapa lagu. Widi Sulistya dari unit post-metal SSSLOTHHH, Luckyta Akbar dari unit hardcore Extincted, Tesla Manaf dari Kuntari, Vladvamp dari Koil, juga performa pinjaman dari duo Senyawa, Rully Sabhara dan Wukir Suryadi, dengan artwork ekspresionis dari Bahrull Marta, dicetak dalam format CD.

Tracklisting album Barisan Nisan Homicide: Senjakala Berhala, Belati Kalam Profan, Rima Ababil, Sajak Suara, Garnisun Arang, Barisan Nisan, Wicirna Sahana, Nekropolis, Membaca Gejala Dari Jelaga, Yang Bersembunyi di Balik Kabut.

Acara sesi dengar album kolektif hip hop Homicide Barisan Nisan di IFI Bandung, Sabtu, 14 September 2024. (Foto: Muhammad Akmal Firmansyah/BandungBergerak)
Acara sesi dengar album kolektif hip hop Homicide Barisan Nisan di IFI Bandung, Sabtu, 14 September 2024. (Foto: Muhammad Akmal Firmansyah/BandungBergerak)

Tak Pernah Ada Reformasi

Ucok Homicide, dikenal juga Morgue Vanguard, menjelaskan album Barisan Nisan merangkum suasana hati banyak orang yang kecewa dengan reformasi dan reformasi tidak pernah hadir di negeri ini. "Barisan Nisan, itu aura album, benang merah album, suasana hati banyak orang yang kecewa dengan reformasi," tutur Ucok.

Meski Orde Baru tumbang, Ucok menyatakan reformasi tidak pernah ada. Pergantian rezim hanya mengulang timeline dekandesi yang sama.

"Bahwa reformasi itu sebenarnya tidak ada, sampai kita di titik ini sesuatu yang diprediksi 20 tahun, gak pernah terencana. Diwariskan ke Megawati, SBY, Jokowi timeline dekandasi," ujar Ucok.

Pembunuhan pejuang HAM dan aktivis prodemokrasi Munir Said Thalib menjadi semacam petanda bahwa rakyat harus bersiap mengorganisasi diri, agar tidak terjebak oleh elite.

Cover album Homicide Barisan Nisan, 2024. (Sumber Foto: grimlocstore.com)
Cover album Homicide Barisan Nisan, 2024. (Sumber Foto: grimlocstore.com)

Baca Juga: Rahasia Kekuatan Skena Musik Indie Bandung Menaklukkan Industri Musik
Musik dan Suara-suara yang Dibungkam
Maestro Musik Si Bengal Harry Roesli

Homicide dan Kancah Hip Hop Bawah Tanah

Kolektif hip hop Homicide dibentuk tahun 1994 dengan formasi lengkap. Band ini membubarkan diri pada 2007, menyisakan Ucok dan Iwan sebagai DJ.

William Yanko dalam Politik Kekirian: Ucok and Homicide’s brokerages of protests in Bandung, Indonesia yang dimuat di Journal for Cultural Research mengatakan, Homicide dianggap oleh banyak penggemar hiphop Indonesia sebagai kolektif hiphop yang mempengaruhi perubahan sosial di skena musik Indonesia pasca-Orde Baru.

"Homicide memilih untuk berkembang di kancah musik bawah tanah. Grup ini terkenal dengan pesan-pesannya yang antipemerintah dan antikemapanan," tulis William.

Selain Barisan Nisan (2004), Homicide memiliki album lainnya antara lain Godzkilla Necronometry (2002), The Nekrophone Dayz (2006), dan Illsurrekshun (2008). Homicide tercatat menjadi salah satu pilar hiphop bawah tanah serta berpengaruh dalam membangun khazanah hiphop di Bandung.

Homicide memiliki komposisi backing track yang eksperimental dan lirik-lirik yang berliku-liku. Gaya eksperimental disebut oleh William mengikuti Grup Hip Hop asal Amerika Serikat yang membawa lirik-lirik politis, Public Enemy.

Sementara dalam alur lirik banyak menyerupai trek hip hop tahun 1980-an, seperti grup hip hop Cypress Hill.

*Kawan-kawan yang baik silakan membaca tulisan lain Muhammad Akmal Firmansyah atau artikel-artikel Musik Bandung

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//