• Opini
  • Pilwalkot, Bandung Butuh Solusi Konkret dan Relevan

Pilwalkot, Bandung Butuh Solusi Konkret dan Relevan

Pilih pasangan calon wali kota dan wakil wali kota yang punya solusi nyata pada masalah yang paling serius yang dihadapi Kota Bandung.

Akbar Malik

Penulis dan warga Bandung

Maskot Pilwalkot Bandung 2024. KPU Kota Bandung akan menyelenggarakan pemungutan suara November mendatang. (Foto: Humas Pemkot Bandung)*

4 Oktober 2024


BandungBergerak.id – Nomor urut sudah dipegang para pasangan calon (paslon) wali kota dan wakil wali kota Bandung. Peluit tanda dimulai kampanye sudah dibunyikan. Ya, per 25 September 2024 masa kampanye resmi sudah dimulai!

Sebagai warga Bandung, sudahkah kita mempelajari visi, misi, dan program para paslon?

Apa yang akan mereka kampanyekan adalah apa yang tertuang di visi, misi, dan program. Maka, jika hendak menguji kredibilitas dan janji-janji yang terucap, kita perlu lebih dulu mempelajari visi, misi, dan program yang tertulis.

Jika memiliki cukup waktu, kita bisa mempelajari visi, misi, dan rencana program secara keseluruhan. Tapi, pemilih rasional adalah pemilih yang persentasenya paling sedikit.

Meski begitu, kita mencoba menjadi sebaik-baiknya pemilih dengan tetap memerhatikan satu atau dua rancangan program yang akan mereka lakukan bila terpilih.

Baca Juga: PILWALKOT BANDUNG 2024: Dandan Riza Wardana dan Arif Wijaya Hendak Berbakti Kepada Rakyat, tak Risau dengan Catatan Kasus Korupsi di Masa Lalu
PILWALKOT BANDUNG 2024: Pasangan Haru Suandharu dan Ridwan Dhani Wirianata, Melanjutkan Duet PKS-Gerindra Plus
PILWALKOT BANDUNG 2024: Muhammad Farhan dan Erwin Berjanji Memimpin Kota Kembang Tanpa Libur
PILWALKOT BANDUNG 2024: Arfi Rafnialdi-Yena Iskandar Masoem, Satu-satunya Pasangan yang Mengusung Calon Wakil Wali Kota Perempuan

Menentukan Pilihan

Cara paling sederhana menentukan pilihan yang tepat adalah memilih paslon yang memiliki program khusus untuk “kita”. Dengan kata lain, isu yang menurut kita penting termasuk menjadi program prioritas mereka.

Contoh: kita menganggap Bandung memiliki persoalan kemacetan yang parah. Kita merasa hal itu merupakan isu yang urgen untuk diselesaikan, karena profil kita (katakanlah) seorang pekerja yang sering mengitari kota Bandung.

Kita paham bahwa solusinya adalah sistem transportasi umum yang rapi, nyaman, dan terintegrasi.

Maka, karena kita concern pada isu transportasi, juga sebagai “pihak yang terdampak” dari kemacetan yang parah, kita akan memilih paslon yang menjadikan pembangunan transportasi sebagai program prioritas.

Artinya, kita memilih paslon yang “mewakili kepentingan” kita sebagai warga.

Barangkali tidak semua isu yang menjadi perhatian kita akan diprioritaskan oleh paslon tertentu, tapi setidaknya kita punya “pegangan” bahwa paslon yang kita pilih akan fokus pada isu penting yang menjadi keresahan kita.

Selain memilih melalui isu dan program, kita juga bisa memulainya dengan memetakan profil kita.

Contoh, misalnya kita adalah seorang guru. Maka, dengan mudah kita pilih paslon yang dalam visi-misinya memuat program prioritas bagi guru.

Programnya bisa apa saja, barangkali kenaikan tunjangan dan kepastian kesejahteraan, peningkatan kualitas melalui pelatihan, atau kemudahan dalam mengurus persyaratan administrasi di wilayah kota.

Kita juga bisa mendorong paslon tersebut “memodifikasi” program, tapi satu hal yang pasti adalah: kita memastikan profil kita “terwakili” menjadi salah satu program prioritas.

Sebut saja Anda seorang guru, pedagang di pasar, buruh pabrik, petani, ketua RW, sopir ojek online, ASN, atau apa pun, Anda bisa memilih paslon pilihan yang mementingkan profil dan profesi Anda.

Laporan Survei Polsight menyatakan ekonomi menjadi isu serius di Kota Bandung yang harus segera dibenahi. Isu ekonomi itu meliputi tiga hal: kebutuhan lapangan kerja, harga bahan pokok harus lebih murah, dan warga bisa bebas dari kemiskinan.

Persoalan ekonomi begitu kompleks. Mana kiranya paslon yang mengutamakan ekonomi kerakyatan dan memiliki program yang bisa menstimulus pertumbuhan ekonomi?

Kita pelajari satu per satu visi, misi, dan program para paslon. Apabila paslon tertentu fokus pada isu ekonomi, katakanlah pemberdayaan UMKM atau pertumbuhan ekonomi kreatif, maka kita bisa memilih paslon tersebut.

Intinya, pilihlah paslon yang sesuai dengan masalah yang kita hadapi sehari-hari.

Tentu, hal tersebut bukan dalam rangka menyimplifikasi persoalan, tapi “cara mudah” untuk mengetahui mana paslon yang memang memiliki perhatian besar pada permasalahan nyata warga.

Saat ini, Bandung memiliki sejumlah masalah yang begitu kompleks. Mulai dari kemacetan dan transportasi umum yang belum optimal, sampah, pungutan liar dan premanisme, hingga ruang publik yang belum memadai.

Bandung perlu kembali kepada “khitah”. Bagaimana konkretnya? Mudah saja, Bandung perlu merealisasikan branding dan kesan publik yang selama ini tercipta.

Bandung yang keren, romantis, estetik, kreatif, kaya akan ide dan komunitas anak muda, ramah lingkungan, dan berpendidikan. Sebenarnya itu, kan?

Tapi coba refleksi dan introspeksi, apakah Bandung sudah menjadi kota yang ideal seperti yang tercitrakan?

Belum sepenuhnya. Maka dari itu, kita membutuhkan pemimpin yang memiliki solusi konkret, praktis, dan relevan.

Apa masalah Bandung hari ini?

Anda bisa sebutkan sendiri berdasarkan pengamatan dan pengalaman di daerah masing-masing. Kemudian, kontekstualisasikan masalah itu pada solusi yang ditawarkan para paslon.

Pilih paslon yang menawarkan solusi logis dan implementatif. Itu kuncinya.

Masalah Bandung Hari ini

Namun, jika saya rumuskan, masalah urgen Bandung itu ada pada tiga aspek: transportasi, lingkungan, dan ekonomi.

Transportasi, kita sudah mafhum bersama, bahwa Bandung itu sering kali macet. Tentu, ada perhitungan matematis kenapa Bandung macet, katakanlah salah satu alasannya karena banyak “pendatang” yang berkunjung ke Bandung.

Itu bisa saja menjadi alasan, tapi tidak kemudian menjadi kambing hitam.

Di sisi lain, kehadiran para pendatang justru mengartikan indikasi yang bagus, bahwa Bandung berhasil menjadi kota pariwisata yang menggaet para pendatang.

Hasilnya pun dirasakan oleh warga. Para pemilik UMKM jadi ramai pembeli dan tempat-tempat estetik dipublikasikan lebih masif lewat media sosial para pembeli. Hal tersebut membuat ekonomi kota menjadi bergairah.

Artinya, kedatangan wisatawan bukan satu-satunya penyebab. Lantas apa? Ruas jalan di Bandung itu relatif kecil-kecil, sementara jumlah kendaraan semakin membludak.

Maka, pemerintah perlu membuat sistem transportasi terpadu agar bisa menekan jumlah penggunaan kendaraan pribadi. Begitu, kan, solusinya?

Selanjutnya, lingkungan. Estetika biasanya bersamaan dengan kebersihan. Indah tapi tidak bersih tentu tidak akan menarik mata.

Bandung yang identik dengan hawa dingin dan adem harus dibangun dalam kerangka kota yang bersih. Sehingga udara yang dihirup tidak hanya adem, tapi juga bersih.

Apa yang warga dan wisatawan lihat adalah pepohonan, taman-taman yang bersih dan terawat, juga ruang terbuka hijau (RTH) yang memadai. Bukan sampah yang menggunung atau taman yang sekadar ada dan tidak terawat.

Terakhir dan pamungkasnya adalah: ekonomi. Bandung adalah kota kreatif, banyak UMKM bergeliat di Bandung.

Kafe-kafe estetik, pasar-pasar yang menawan, hingga jajanan yang membuat ketagihan dan selalu berhasil menyebabkan orang lain kabita.

Soal jajanan, Bandung pasti masuk top of mind warga Indonesia. Dan itu termasuk pada sektor UMKM yang sering kali disebut “jantungnya” perekonomian Indonesia.

Dengan aktivitas ekonomi UMKM yang merekah, hal tersebut selalu berhasil menciptakan daya beli masyarakat yang stabil.

Juga sebagian yang lain memantik keinginan warga untuk membuka usaha. Hal itu menjadi ekosistem ekonomi yang berkelanjutan.

Artinya, kita perlu memilih paslon yang fokus pada tiga isu yang saya sebutkan: transportasi, lingkungan, dan ekonomi. Setidaknya tiga isu tersebut bersifat “makro” dalam level Bandung dan harus segera dibenahi secara serius.

Jika Anda punya inventaris isu lain yang tidak kalah urgen, tentu isu tersebut perlu kita perjuangkan dan advokasikan kepada para paslon untuk diprioritaskan.

Sekali lagi, Bandung memerlukan pemimpin dengan solusi yang konkret, praktis, dan relevan!

*Kawan-kawan dapat membaca tulisan-tulisan lain tentang pilwakot Bandung

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//