• Indonesia
  • Pembangunan Bendungan Cibeet dan Cijurey, Berkaca dari Waduk Jatigede

Pembangunan Bendungan Cibeet dan Cijurey, Berkaca dari Waduk Jatigede

Bendungan Cibeet dan Cijurey merupakan proyek strategis nasional di Kabupaten Bogor. Saat ini sedang pembebasan lahan.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono meninjau lokasi pembangunan Bendungan Cibeet dan penanganan Inpres Jalan Daerah di Kabupaten Bogor, Minggu, 17 September 2023. (Foto: Jabarprov.go.id)

Penulis Iman Herdiana18 Oktober 2024


BandungBergerak.id - Pemerintah sedang menggarap proyek strategis nasional bendungan Cibeet dan Cijurey di Kecamatan Tanjungsari dan Cariu, Kabupaten Bogor. Seperti proyek infrastruktur besar lainnya, pembangunan bendungan Cibeet dan Cijurey memiliki dampak pada lingkungan dan warga. Pembangunan Waduk Jatigede di Sumedang menjadi bukti bagaimana dampak bersar terjadi.

Pemerintah menjanjikan bahwa pembangunan bendungan Cibeet dan Cijurey dilakukan untuk meningkatkan manfaat bagi masyarakat, seperti terungkap dalam keterangan resmi saat Bupati Bogor Iwan Setiawan bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin, dan Anggota Komisi V DPR RI Mulyadi meninjau lokasi proyek, 17 September 2023.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, bendungan Cibeet dan Cijurey membendung air yang bersumber dari anak sungai dari Sungai Citarum. “Keberadaan bendungan ini akan berkontribusi mengatasi banjir Citarum hilir yakni di wilayah Karawang dan Bekasi. Ini termasuk proyek strategis nasional yang pembangunannya akan segera kita mulai,” ucap Basuki, diakses dari laman resmi.

Optimisme juga disampaikan Pj. Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin, bahwa pembangunan kedua bendungan ini adalah salah satu bentuk kehadiran negara untuk mengendalikan masalah banjir. Sementara masalah pembebasan lahan akan dilakukan secara bertahap.

Anggota Komisi V DPR RI Mulyadi pun mengamini, bahwa sebagai wakil masyarakat dirinya mengapresiasi atas apa yang dilakukan pemerintah untuk kepentingan masyarakat. 

“Kemudian untuk pembangunan bendungan Cibeet dan Cijuray, sudah saya ingatkan terus bahwa pembangunannya harus betul-betul membawa dampak signifikan terhadap peningkatan kualitas kehidupan masyarakat, disamping untuk mengatasi musibah-musibah banjir,” ucapnya.

Sementara itu, 14 Mei 2024, Antara melaporkan pembangunan Cibeet dan Cijurey memasuki tahap pembebasan lahan. Menurut Plt. Kepala Bagian Umum dan Tata Usaha Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Muhammad Barani, proyek Cibeet banyak pemukiman warga dan bendungan Cijurey banyak lahan kosong.

"Kami akui, warga sekitar belum bersedia melepas lahannya lantaran kesepakatan dengan pemerintah melalui BBWS Citarum ada yang masih belum tuntas," ujarnya.

Masalah pembebasan lahan menjadi kesulitan tersendiri, khususnya soal ganti untung bagi warga yang terdampak, ada juga situs sejarah berupa makam leluhur yang selama ini dikeramatkan yang rencananya akan dipindahkan.

Waduk Cibeet akan dibangun dengan lahan seluas 1.700,26 hektar di delapan desa yang ada di dua kecamatan, yaitu Tanjungsari dan Cariu. Waduk tersebut diyakini dapat mereduksi banjir hingga 66 persen di wilayah Karawang dan Bekasi, serta memberi manfaat saluran irigasi.

Sementara pembangunan Waduk Cijurey merupakan permintaan langsung dari warga Kabupaten Bogor untuk mengairi lahan persawahan yang kering saat kemarau. Waduk tersebut juga diyakini dapat mereduksi banjir hingga 59,33 persen.

Desain Waduk Cijurey cenderung lebih kecil dari Cibeet, yaitu dengan lahan seluas 203,9 hektare di empat desa yang ada di tiga kecamatan, yakni Sukamakmur, Cariu dan Tanjungsari.  

Baca Juga: Jangan Sampai PSN Lebih Besar Efek Buruknya bagi Warga
Para Petani Paling Merasakan Dampak Pembangunan Pelabuhan Patimban
Menanti Sosialisasi Pensiun Dini PLTU Cirebon 1

Berkaca dari Waduk Jatigede

Apa pun niatnya, suatu pembangunan besar-besaran akan menimbulkan dampak besar khususnya kepada warga. Tahun 2015 silam, pemerintah meresmikan Waduk Jatigede yang membendung Sungai Cimanuk di Sumedang. Waduk seluas 4.100 hektare ini menelan biaya sekitar 6,2 triliun rupiah. Pembangunan waduk menggusur 11.469 keluarga di 32 desa. (Mongabay, diakses Jumat, 18 Oktober 2024)

Dampak pembangunan Waduk Jatigede dikaji Roni Fadli, Trisna Insan Noor, Agus Yuniawan Isyanto dari Fakultas Pertanian Universitas Galuh dan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran dalam jurnal berjudul “Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Waduk Jatigede Terhadap Masyarakat Tani Di Kabupaten Sumedang”.

Kajian ini membeberkan, waduk ini dibangun dengan membendung aliran Sungai Cimanuk di wilayah Kecamatan Jatigede. Secara fisik pembangunan waduk Jatigede menenggelamkan seluas 6.738 hektare tanah yang meliputi sawah, hutan, pemukiman warga, ladang, kebun, di 28 desa di 5 kecamata antara lain kecamatan Jatinunggal, Situraja, Wado, Tomo, dan Darmaraja. Waduk Jatigede pada saat musim hujan dapat menampung air sebanyak 980 juta m3. 

Para peneliti mengkaji adanya penurunan jumlah tempat tinggal permanen sebagai dampak dari pembangunan waduk Jatigede. Di sisi lain, tempat tinggal yang semi permanen dan non permanen mengalami peningkatan. Di blok Pasirkanaga beberapa rumah yang tidak terlalu besar dihuni lebih dari satu kepala keluarga yang sebelumnya mempunyai tempat tinggal masing-masing.

“Hal tersebut dikarenakan uang ganti rugi yang sedikit tidak cukup untuk membeli tanah dan membuat rumah baru sehingga mereka menggabungkan uang ganti rugi tersebut untuk membuat rumah mereka bersama,” kata para peneliti, yang meneliti puluhan responden warga terdampak pembangunan Waduk Jatigede.

Para peneliti menekankan bahwa tempat tinggal adalah kebutuhan pokok bagi keluarga, perubahan keadaan tempat tingal sangat terasa berpengaruh bagi masyarakat sekitar. Dalam hal ini, konsep pembangunan yang seharusnya membuat hidup masyarakat lebih baik justru tidak ada pengaruh positif bagi masyarakat sekitar.

Para peneliti juga mencatat hilangnya tradisi, berkurangnya penghasilan, dan menurunnya penghasilan. Warga yang tadinya sebagai petani banyak yang berubah profesi menjadi buruh harian lepas dengan jumlah penghasilan tidak menentu.

*Kawan-kawan yang baik bisa membaca lebih lanjut tulisan-tulisan tentang Proyek Strategis Nasional dalam tautan berikut ini

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//