• Kampus
  • Unkhair dan ISBI Bandung Meneliti Alat Ukur Kerentanan Emosi Atlet Pencak Silat

Unkhair dan ISBI Bandung Meneliti Alat Ukur Kerentanan Emosi Atlet Pencak Silat

Pencak silat berakar dari kebudayaan Melayu, menyebar di nusantara. Seni tradisional ini dipentaskan dalam acara nasional maupun internasional.

Penampilan pencak silat dalam acara Pangéling-ngéling Kalahiran Mama Mei Kartawinata. (Foto: Fitri Amanda/BandungBergerak.id)

Penulis Iman Herdiana23 Oktober 2024


BandungBergerak.id - Universitas Khairun (Unkhair) dan Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung melakukan penelitian eksplorasi alat ukur kerentanan emosi atlet pencak silat. Performa atlet tidak hanya dipengaruhi oleh kekuatan fisik, tapi juga oleh kondisi mental yang stabil. 

Anrilia E.M. Ningdyah, psikolog Unkhair, menjelaskan penekanan pada alat ukur kerentanan emosi menjadi sangat penting terutama dalam konteks pencak silat. Sebab, emosi dapat mempengaruhi hasil pertandingan.

“Alat ini membantu atlet memahami pola reaksi emosional, baik saat mengalami kemenangan maupun kekalahan. Dengan pengetahuan ini, atlet dapat lebih baik mengelola stres dan meningkatkan kepercayaan diri,” kata Anrilia, diakses dari keterangan resmi, Rabu, 23 Oktober 2024. 

Menurutnya, proses asesmen melalui kuesioner dan wawancara memberikan wawasan mendalam mengenai kondisi emosional mahasiswa UKM pencak silat. Dengan memahami emosi mereka, atlet dapat mencegah kelelahan fisik dan mental yang dapat mengganggu performa.

“Penerapan alat ukur kerentanan emosi ini tidak hanya bermanfaat untuk atlet profesional, tapi juga bagi atlet amatir, sehingga dapat mengoptimalkan potensi mereka melalui pengembangan mental yang komprehensif,” tambahnya.

Pembina UKM Pencak Silat Abdul Ajiz Siolimbona mengatakan UKM Pencak Silat Unkhair aktif menggelar latihan rutin dan berbagai kegiatan menarik, seperti demo, workshop, dan pertukaran pelajar.

“Melalui inisiatif ini, mereka berusaha menarik lebih banyak mahasiswa untuk bergabung dan mengasah keterampilan di bidang pencak silat,” terangnya.

UKM ini memberikan pelatihan intensif dalam berbagai aliran, yang dipandu oleh pelatih berpengalaman dan kakak senior. Selain teknik bela diri, anggota juga diajarkan nilai-nilai penting seperti sportivitas, disiplin, dan rasa persaudaraan.

Melalui berbagai latihan dan kompetisi, UKM Pencak Silat Unkhair berusaha mencetak atlet-atlet berprestasi yang mengharumkan nama kampus di tingkat regional dan nasional.

“Prestasi ini menunjukkan dedikasi dan komitmen anggota, serta pembina dalam mengembangkan UKM Unkhair, sekaligus menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk aktif,” tambah Aji.

Terkait penelitian ini, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Kerjasama dan Alumni Universitas Khairun (Unkhair) Abdul Kadir Kamaluddin telah menerima kunjungan Sri Rustiyanti dan rombongan dari ISBI Bandung. Kunjungan tersebut bertujuan untuk melakukan kolaborasi penelitian mengenai pencak silat dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Pencak Silat di Unkhair.

Baca Juga: Mewaspadai Gambar-gambar Palsu Buatan AI yang Menyerang Privasi Perempuan
Kampus-kampus di Bandung Menapak Ibu Kota Negara Baru
Unpad Dinakhodai Rektor Baru, Tantangan Perguruan Tinggi Semakin Rumit di Era Teknologi Digital

Kearifan Lokal

Pencak silat merupakan bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia yang berkembang sejak berabad-abad yang lalu. Dengan berbagai situasi geografis dan etnologis serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, pencak silat hadir sebagai budaya dan metode membela diri dan menjadi kearifan lokal bagi pengusung budaya tersebut.

Menurut Suryo Ediyono dan Sahid Teguh Widodo dari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret, Surakarta dalam jurnal “Memahami Makna Seni dalam Pencak Silat Suryo Ediyono”, seni bela diri Asia ini berakar dari budaya Melayu dan secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura. 

Pencak silat juga mendapat pengaruh dari ilmu bela diri Cina dan India. Hal ini dapat dimaklumi karena memang kebudayaan Melayu (termasuk pencak silat) adalah kebudayaan yang terbuka yang sejak awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi dengan berbagai kebudayaan yang dibawa oleh pedagang ataupun perantau dari India, Cina, Arab, Turki, dan lainnya.

Kedua peneliti juga menjelaskan, secara historis pencak silat merupakan sebuah keterampilan beladiri yang difungsikan sesuai dengan kebutuhan pelakunya dalam menghadapi berbagai tantangan, terutama yang berasal dari alam, binatang, dan manusia. Hal ini menjadi indikasi mengapa jurus-jurus dalam pencak silat sering menirukan gerakan binatang (jurus harimau terbang, ular mematuk, kethek)

“Perbedaan gaya pada jurus-jurus tertentu di antara aliran-aliran pencak silat di Indonesia dilatarbelakangi oleh budaya setempat. Pencak silat Cimande dan kebanyakan aliran di Jawa Barat bersifat tidak suka mengangkat kaki, kuda-kuda lebar, selalu menghadapi lawan, tidak suka langkah surut, banyak lipatan-lipatan atau tangkapan-tangkapan mantap dan berirama,” terang Suryo Ediyono dan Sahid Teguh Widodo.  

Pencak silat Jawa Tengah banyak memainkan permainan bawah, tenang, mengikuti dan meneruskan gerakan lawan, gerakannya seperti menari. Pencak silat Jawa Timur bersifat sigap, tegas, dan berirama. Silat Minangkabau dan Sumatera pada umumnya banyak menggunakan kaki, tangan lebar membuka, gerakan-gerakan yang lentur, dan indah.

“Terlepas dari beragamnya jurus-jurus yang tercipta, di dalam praktik pencak silat termanifestasi unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang diwariskan turun-temurun. Telah banyak dilakukan penelusuran filosofis dan kearifan lokal bela diri tradisional pencak silat,” kata kedua peneliti.

*Kawan-kawan yang baik silakan menengok artikel-artikel lainnya tentang seni tradisional dalam tautan ini

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//