• Kolom
  • SEKELUMIT KISAH PEMILU DAERAH 1957 #5: Suara PNI Turun, Masyumi Unggul di Priangan Timur

SEKELUMIT KISAH PEMILU DAERAH 1957 #5: Suara PNI Turun, Masyumi Unggul di Priangan Timur

PKI mendapat kursi terbanyak dalam Pemilu Daerah 1957 di Kotapraja Bandung. Sementara di Kabupaten Bandung, Masyumi yang unggul.

Yogi Esa Sukma Nugraha

Warga biasa yang gemar menulis isu-isu sosial dan sejarah

Surat kabar Warta Bandung secara intensif menayangkan laporan mengenai hasil Pemilu Daerah 1957 di Jawa Barat. (Foto: Yogi Esa Sukma Nugraha)

24 Oktober 2024


BandungBergerak.id – Ketika penghitungan suara Pemilu Daerah 1957 dimulai, hampir dipastikan itu adalah momen mendebarkan, terutama untuk mereka yang terlibat aktif di internal partai. Sementara bagi Panitia Pemilu Daerah (PPD), kesibukan menjadi suatu hal yang tak bisa dihindari. Meski begitu, dalam tempo yang relatif singkat, Panitia Pemilu Daerah (PPD) boleh dibilang telah berupaya secara maksimal. Pada pengalaman pertamanya ini, mereka ditopang kerja-kerja para jurnalis, yang dengan segera mengabarkan informasi aktual ke publik.

Hasil Pemilu Daerah 1957 di Jawa Barat, khususnya Kotapraja Bandung, masih sesuai perkiraan banyak orang; empat besar tetap dominan. Barangkali yang menjadi ironi adalah kekuatan PNI.  Mereka sebelumnya bercokol di posisi paling atas, namun dalam Pemilu Daerah 1957, pemilih partai ini berkurang, dan karenanya, bisa dibilang mengalami kemunduran. Jika mengingat tulisan sebelumnya –mengenai polemik internal yang terjadi di antara kalangan marhaenis, maka tidak terlalu mengherankan ketika mengetahui fakta bahwa suara yang diperoleh PNI turun drastis.

Di Bogor, Tangerang, Bekasi, Serang, Tasikmalaya, Pandeglang, Majalengka, Kabupaten Bandung, dan Garut, misalnya. Masyumi bisa memperoleh suara tertinggi, kecuali untuk wilayah Cianjur, Purwakarta, dan Kuningan. Di sana PNI masih berhasil memimpin. Sementara di Sukabumi, Sumedang, Indramayu, Cirebon, dan Kota Bandung, PKI meraih suara terbanyak. Menurut data sementara yang dihimpun redaksi surat kabar Warta Bandung saat itu, tercatat bahwa kenaikan suara yang didapat PKI cukup signifikan.

Sekurang-kurangnya, pemilih partai –yang kembali bangkit sejak 1951 ini– meningkat sebanyak 50 persen suara jika dibandingkan hasil dari Pemilihan Konstituante. Dengan pencapaian tersebut, PKI yang sebelumnya menempati posisi ketiga, berpotensi naik menjadi yang kedua setelah Masyumi. Semua terjawab pada Senin 12 Agustus 1957.

Kala itu surat kabar Warta Bandung menurunkan laporan terkait hasil penghitungan sementara Pemilu Daerah di wilayah Jawa Barat. Wabilkhusus untuk Kotapraja Bandung, dari sekitar 600 Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tersebar di beberapa titik, PKI berhasil memimpin dengan total jumlah 90.215 suara, PNI 53.593 suara, Masyumi 39.292 suara, NU 17.393 suara. Tetapi perolehan hasil sementara itu masih terganjal satu persoalan yang dirasa merugikan sejumlah pihak. Tercatat banyak orang yang kehilangan hak untuk ikut berpartisipasi di dalam kontestasi Pemilu Daerah. Ini karena mereka tidak mendapat surat panggilan mencoblos.

"Ketidak tjermatan panitia pendaftar jang menimbulkan hilangnja hak pilih sebagian rakjat ini sangat disesalkan banjak kalangan," tulis laporan Warta Bandung, Senin 12 Agustus 1957.

Sejumlah keterangan yang dihimpun redaksi juga menunjukkan bahwa adanya kekeliruan/kecerobohan ini bukan karena didorong pihak yang berkepentingan, dan dengan begitu praktik kecurangan menjadi mungkin. Namun semata-mata disebabkan oleh kurangnya ketelitian dari pihak Panitia Pemilu Daerah (PPD). Menurut penjelasan redaksi, Panitia Pemilu Daerah (PPD) merasa cukup memberi tahu warga yang punya hak memilih hanya dengan mengumumkan informasi seputar pencoblosan di berbagai surat kabar.

Menariknya, suasana di TPS tidak diliputi ketegangan. Nyaris tidak ada gesekan antar sesama pendukung partai. Meskipun, di masa kampanye, sebagaimana terangkum dalam laporan Warta Bandung yang terbit pada 19 Juli 1957, terdapat friksi berskala kecil. Saat itu beredar kabar mengenai adanya kampanye negatif yang dilakukan kader Masyumi di majelis-majelis; meluapkan caci-maki pada PNI dan PKI.

Namun secara umum proses pencoblosan berjalan lancar, dan sudah dapat dinyatakan selesai sebelum jam dua siang. Karenanya, penghitungan suara yang memang telah direncanakan bakal dilakukan pada siang hari, bisa terlaksana dengan tuntas. Sementara mengenai hasil resmi penghitungan suara, yang kelak mempengaruhi pembagian kursi-kursi DPRD ini, tidak jauh berbeda dengan perolehan sementara sebagaimana telah disebut di atas. 

Pembagian 35 kursi untuk mengisi DPRD Kotapraja Bandung. (Foto: Yogi Esa Sukma Nugraha)
Pembagian 35 kursi untuk mengisi DPRD Kotapraja Bandung. (Foto: Yogi Esa Sukma Nugraha)

Baca Juga: SEKELUMIT KISAH PEMILU DAERAH 1957 #2: Polemik Marhaenis
SEKELUMIT KISAH PEMILU DAERAH 1957 #3: Tadjukrentjana Warta Bandung
SEKELUMIT KISAH PEMILU DAERAH 1957 #4: Kisruh Tanda Gambar

Pembagian Kursi DPRD Kotapraja dan Kabupaten Bandung

Benar belaka bahwa hasil Pemilihan Umum Daerah 1957 menentukan kursi yang kelak diisi oleh kader partai-partai di seluruh wilayah. Tetapi, menurut keterangan Panitia Pemilu Daerah (PPD) di Kotapraja Bandung, prosedur pembagian kursi untuk DPRD yang pertama kali dihelat ini berbeda sekali dengan pembagian kursi untuk konstituante. Dalam satu laporan surat kabar Warta Bandung, dikabarkan bahwa pembagian kursi DPRD dibagi menjadi tiga tingkatan.

Pertama, ditujukan kepada partai/organisasi dengan kiesquotient jumlah suara yang sah, dibagi dengan kursi yang telah disediakan. Kedua, ditujukan khusus kepada partai/organisasi gabungan dengan kiesquotient yang sama dengan pembagian pertama. Sementara tahap ketiga, tidak berdasarkan kiesquotient lagi, namun cukup hanya dengan merunut dari suara terbesar.

"Djumlah suara jg masuk dan dianggap sjah didalam Kota Bandung ada 282.110 dari total 366.956 jg terdaftar. Dengan demikian maka kiskusien untuk Kota Bandung ditetapkan 8.060," tulis laporan Warta Bandung, yang terbit pada Senin 19 Agustus 1957.

Untuk jumlah keseluruhan kursi DPRD Kotapraja Bandung sendiri terbatas, yakni hanya berjumlah 35 kursi. Padahal, terdapat 413 calon yang sebelumnya didukung masing-masing partai/organisasi agar turun ke gelanggang Pemilu Daerah 1957. Artinya banyak dari partai-partai yang tidak mendapatkan jatah kursi di dalam kontestasi Pemilu Daerah di Jawa Barat.

Partai-partai yang mendapat kursi di tingkat pertama, yang memenuhi kiesquotient hanyalah Masyumi, PKI, NU, PNI, dan Gerakan Pilihan Sunda (Gerpis). Sementara untuk tingkat kedua, PNI dan Masyumi masing-masing mendapat kuota satu lagi kursi. Selain itu GPPS (Gerakan Pembela Pantjasila), Baperki, PSI juga mendapat satu kursi di tingkat dua ini. Untuk tingkat tiga, masing-masing satu kursi diisi oleh PRIM (Partai Rakjat Indonesia Merdeka), PSII (Arudji), Parkindo, Murba, PTI (Pront Tani Indonesia), dan P3RI (Persatuan Pegawai Polisi Republik Indonesia). Ironisnya, ternyata masih banyak dari pimpinan dan anggota partai-partai yang keliru menafsirkan cara pembagian kursi tersebut.

"Meskipun pada waktu jg lalu telah diberikan salinan UU dan Peraturan2 mengenai pembagian kursi itu untuk mentjegah adanja kehebohan2 jg tidak diinginkan," tulis laporan Warta Bandung, Jumat 23 Agustus 1957.

Hasil Pemilu Daerah 1957 di Kotapraja Bandung, secara resmi membuat PKI mendapat jatah 11 kursi, PNI 7 kursi, Masyumi 5 kursi, NU 2 kursi. Sisanya, Gerakan Pilihan Sunda, GPPS (Gerakan Pembela Pantjasila), Baperki, PSI, PRIM, PSII (Arudji), Parkindo, Murba, Pront Tani Indonesia, Persatuan Pegawai Polisi Republik Indonesia (P3RI), masing-masing mendapat jatah 1 kursi. Perolehan ini, sekali lagi saya ulang, tentu saja masih sesuai dengan prediksi. Tetapi merupakan suatu hal yang menyakitkan bagi anasir Marhaenis. Sebab, sebelumnya (dalam Pemilu DPR dan Konstituante), PNI mendapat perolehan suara tertinggi. IPKI menempati posisi kedua, disusul Masyumi dan GPPS (Gerakan Pembela Pantjasila).

Untuk partai/organisasi yang tidak mendapat kursi DPRD Kotapraja Bandung adalah sebagai berikut: IPKI, Partai Katolik, Pagujuban Pasundan, Kumpulan Pemilih Islam Revolusioner, Himpunan Tani Miskin, Permai (Persatuan Rakjat Marhaen Indonesia), Gerakan Banteng RI, Serikat Buruh Industri/Perniagaan, Acoma, Kumpulan Pemilih Pemuda Proklamasi, Persatuan Rakjat Desa (PRD), Gerakan Kesatuan, Front Pembela Kemerdekaan Rakjat, Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari), Front Rakjat tidak Berpartai, Gerakan Gotongrojong, PSII (Abikusno), Partai Buruh, Parki, Kesatuan Kaum Pensiunan, dan PRI.

Sementara Hasil Pemilu Daerah 1957 untuk wilayah Kabupaten Bandung membuat Masyumi mendapat jatah paling banyak, yakni 9 kursi. Perolehan Masyumi di Kabupaten Bandung ini kemudian disusul PKI yang mampu mendapatkan 8 kursi, dan sekaligus menunjukkan bahwa mereka mendapat kemajuan yang cukup berarti jika dibanding sebelumnya; dalam hal ini, berkaitan dengan jumlah kursi di masa DPRD-Sementara dan DPRD-Peralihan. Sedangkan PNI mendapat 6 kursi. Gabungan GPPS dan Gerprindo mendapat 3 kursi. Kemudian NU mendapat 2 kursi. Sisanya, PSI, PRIM, IPKI, PTI, Gerpis, masing-masing mendapat 1 kursi.

Pembagian 35 kursi untuk mengisi DPRD Kabupaten Bandung didominasi oleh Partai Masyumi. (Foto: Yogi Esa Sukma Nugraha)
Pembagian 35 kursi untuk mengisi DPRD Kabupaten Bandung didominasi oleh Partai Masyumi. (Foto: Yogi Esa Sukma Nugraha)

Setelah pembagian jumlah kursi di Kotapraja dan Kabupaten Bandung, langkah selanjutnya yang dikerjakan Panitia Pemilu Daerah (PPD) adalah menentukan siapa yang bakal duduk di dalam posisi-posisi tersebut. Umumnya, dan memang sejak dari jauh sebelumnya, tiap partai yang turut dalam kontestasi Pemilu Daerah telah mengantongi nama-nama calon yang bakal duduk di DPRD. Namun tak jarang sejumlah nama yang disiapkan untuk mewakili partai kembali ditarik, dan nantinya diganti calon lain yang berada di partai yang sama.

Saat itu pihak Panitia Pemilihan Umum Daerah Kotapraja dan Kabupaten Bandung mengabarkan masih menunggu siapa calon yang bakal ditetapkan masing-masing partai. Menurut ketentuan, paling lambat nama-nama tersebut harus diserahkan hingga 25 September 1957.

Berikut daftar sementara calon dari masing-masing partai yang telah disodorkan untuk menempati kursi DPRD Kotapraja Bandung.

PNI:

  1. Mohammad Aten Hawadi
  2. Rd. Wiwi Dewi
  3. Saridjan
  4. Mardjona Gandawidjaja
  5. Aomadi Didi
  6. Jatna Ibing
  7. Djenal Husen Kusumahatmadja

Masyumi:

  1. Soebandi
  2. K Basuni
  3. Saodah Oja Soemantri
  4. Toha
  5. Jusuf Nur

PKI:

  1. Anwar Sanusi Amir
  2. Hendaja
  3. Achmad Astrawinata
  4. Husen bin Mawawi
  5. Suganda Endang
  6. Slamet Mardjono
  7. Radi Rd
  8. Tjokrosunarjo Rd
  9. Rachman Soeradiradja
  10. Musmini Mohamad Tata Rasidi

NU:

  1. Abduldjabbar Dachlan
  2. Abdul Sjukur Rd.

Gerakan Pilihan Sunda (Gerpis):

  1. Nedi

PRIM (Partai Rakjat Indonesia Merdeka):

  1. Nunung Setia

Parkindo (Partai Kristen Indonesia):

  1. Soureka MF

P3RI (Persatuan Pegawai Polisi Republik Indonesia):

  1. Mohamad Kosasih

Murba:

  1. Markimin

PSII (Arudji):

  1. Entjoh Sasmito

PTI (Pront Tani Indonesia):

  1. Rosihan Wiriasomantri

Gerakan Pembela Pantjasila (GPPS):

  1. Ukar Wartaatmadja

Baperki:

  1. Lie Pengbie

PSI:

  1. Maskun
Berita di Warta Bandung mengenai hasil penghitungan sementara hasil perolehan suara Pemilu Daerah 1957 di Jawa Barat. (Foto: Yogi Esa Sukma Nugraha)
Berita di Warta Bandung mengenai hasil penghitungan sementara hasil perolehan suara Pemilu Daerah 1957 di Jawa Barat. (Foto: Yogi Esa Sukma Nugraha)

Berikut daftar calon dari masing-masing partai yang telah disodorkan untuk menempati kursi DPRD Kabupaten Bandung.

Masyumi:

  1. Sujud Kamawidjaja
  2. Sule
  3. Affandi
  4. Sopandi Idjradinata
  5. Musthapa
  6. Sjaroni
  7. AU Balukia
  8. Emon St. Saodah
  9. Tombah

PKI:

  1. Anwar Sanusi Amir
  2. Achmad Astrawinata
  3. Djudju
  4. Omi Sugih
  5. Amin
  6. Sukarja
  7. Mulosasmita

PNI:

  1. Suwendi Sumawiguna
  2. U Sugilar
  3. A Kartadiredja
  4. Otjon Basar
  5. Merep Partadimadja
  6. Kurniasih Enin Sastra Prawira

GPPS:

  1. Utara Almuharam
  2. Madrim Adim

NU:

  1. Sukanda
  2. Hadji Amin

PSI:

  1. Rojani

PRIM:

  1. Panu

IPKI:

  1. Entjep Kartawirja

PTI:

  1. Eje

Gerpis:

  1. Sugeng Natawisastra

PRD dan Permai (gabungan):

  1. Gandawidjaja
  2. Djedje Wihardja

* Kawan-kawan yang baik bisa membaca tulisan-tulisan Yogi Esa Sukma Nugraha atau tulisan-tulisan lain tentang sejarah

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//