• Buku
  • RESENSI BUKU: Mengembalikan Otonomi Guru

RESENSI BUKU: Mengembalikan Otonomi Guru

“In teacher we Trust” merupakan buku yang ditulis Pasi Sahlberg dan Timothy D. Walker dalam perspektif yang unik tentang reformasi pendidikan di Finlandia.

Sampul buku In Teachers We Trust karya Pasi Sahlberg & Timothy D. Walker terbitan Grasindo (2022). (Foto: Laila Nursaliha)

Penulis Laila Nursaliha27 Oktober 2024


BandungBergerak.id – Sekitar dua dekade terakhir, sistem pendidikan Finlandia telah menjadi topik pembicaraan di berbagai belahan dunia. Salah satu sebab di antaranya adalah peringkat PISA.  Pasi Sahlberg, mantan direktur sistem pendidikan di Finlandia, menulis sebuah buku yang membahas pelajaran yang bisa diambil dari Finlandia dalam membenahi sistem pendidikan. Beberapa tahun kemudian, Timothy D. Walker, seorang guru, menulis buku mengenai pengalamannya mengajar di Finlandia.

Masyarakat yang saling menaruh percaya mungkin menjadi salah satu hal yang sulit dibayangkan bagi masyarakat yang hidup dalam alam ketidakpercayaan. Hingga saya menemukan sebuah buku yang ditulis oleh Rijal Ramdani berjudul North Karelia. Isinya adalah kehidupan penulis ketika studi doktoral di Finlandia.

Salah satu cerita di dalamnya menggambarkan bagaimana “trust” bisa menjadi dasar dalam berkehidupan di Finlandia. Semuanya bertanggungjawab, tidak ada aji mumpung ataupun orang-orang yang menyalahgunakan kekuasaan. Ia juga menggambarkan tentang bagaimana keamanan dan warga di Finlandia hidup dalam dasar percaya atas satu sama lain. Warga percaya kepada pemerintah, pemerintah percaya kepada sekolah dan gurunya. Semuanya saling percaya.

Hargreaves, profesor sosiologi pendidikan, menekankan bahwa mempercayai profesional bukanlah hal yang mudah dilaksanakan di lapangan. Pada tahun 2002, ia mempublikasikan artikel jurnal berjudul "Teaching and Betrayal". Dalam artikelnya, ia mengidentifikasi tiga jenis pengkhianatan dalam pengajaran: pengkhianatan kompetensi, pengkhianatan kesepakatan, dan pengkhianatan komunikasi. Semua ini terjadi di antara para guru sendiri, serta antara guru dan pihak sekolah yang tidak menaruh kepercayaan terhadap kinerja guru. Tentu saja, hal ini sangat menyakitkan dan menambah beban emosional di samping beban mengajar yang sudah ada.

Baca Juga: RESENSI BUKU: Ayah dan Sirkus Pohon, Dilema Pendidikan dan Pekerjaan di Indonesia
RESENSI BUKU: Pergulatan Identitas dan Alienisasi dalam Bayang-bayang Diri
RESENSI BUKU: Yang Terkubur dan Dikubur, Merawat (Selalu) Ingatan tentang Tragedi 1965 Indonesia

Rasa Percaya

Buku ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama merupakan konteks dari munculnya pedoman perubahan yang terjadi di Finlandia. Seperti faktor X yang memengaruhinya dan anatomi rasa percaya dan kajian secara teoritis tentang rasa percaya yang bisa tumbuh di antara sesama manusia.

Hal ini mengingatkan saya kepada selipan cerita dalam biografi B. J. Habibie bahwa perjanjian dengan rasa percaya, dua lembar saja cukup. Namun, perjanjian tanpa rasa percaya beribu lembar kertas pun akan terasa kurang. Begitulah kondisi guru saat ini, di mana guru dilihat dengan kacamata ketidakpercayaan dan pengawasan yang begitu ketat. Menjadikan guru tidak memiliki ruang gerak yang bebas untuk mengarahkan bagaimana baiknya anak-anak diarahkan.

Pemerintah Finlandia sudah melakukan ini sejak tahun 1980-an. Di mana dunia mulai melakukan revitalisasi langsung kepada komponen-komponen administratif, namun Finlandia malah membebaskan guru-gurunya. Justru, komponen administrasi yang banyak dan njelimet itu merupakan sebuah bukti ketidakpercayaan terhadap guru. Pengawasan yang berlebih oleh pemerintah menjadikan guru bukan sebagai profesional namun menjadikan guru sebagai alat pemerintah untuk memastikan apa yang diharapkan oleh pemerintah.

Memiliki rasa percaya, yang merupakan hal yang kasat mata, tidak berbeda dengan bertaruh terhadap sesuatu. Namun, hal ini diperlukan agar bisa menumbuhkan rasa kepercayaan diri terhadap satu sama lain. Penelitian yang digunakan Komponen percaya : ketulusan, kejujuran, keterbukaan, keandalan, kompetensi.  Finlandia disebutkan memilih jalan memutar daripada negara kebanyakan yang melakukan reformasi melalui sistem standarisasi.

Bagian kedua buku ini, terdapat tujuh pedoman yang diajarkan kepada para guru yaitu mendidik guru untuk berpikir, menjadi mentor untuk generasi masa depan, merdeka dalam sebuah koridor , menumbuhkan pembelajar yang bertanggungjawab, bermain sebagai tim, kepercayaan pada sebuah proses. Pedoman inilah yang membawa Finlandia kepada negara dengan sistem pendidikan yang baik, setidaknya menurut sebagian besar lembaga pemeringkatan.

Urusan krisis kepercayaan, terjadi di banyak negara di mana guru tidak leluasa dan mengalami banyak tekanan secara administratif. Ditambah dengan berkembangnya teknologi, guru mengalami masa pengawasan yang berlebihan. Buku ini bagus untuk dijadikan bahan acuan mengenai dasar kepercayaan terhadap guru dan pelaksana teknis yang lain. Namun, disisi rasa percaya itu, pemerintah Finlandia menyediakan fasilitas dan pendidikan yang baik sebelum guru tersebut terjun ke dalam kelas.

Untuk memperkaya buku ini sebagai pedoman, di setiap akhir bahasan dilengkapi dengan beberapa pertanyaan dan refleksi agar bisa melakukan kontekstualisasi terhadap apa yang ada di sekolah. Ada juga ide mengenai bagaimana cara membangun rasa percaya. Sebab, penulis buku itu yakin bahwa perubahan memerlukan satu kepercayaan antar satu sama lain. Buku ini cocok untuk bahan bacaan bagi yang ingin mempelajari tentang formulasi bagaimana Finlandia membangun sistem pendidikan gurunya.

In teacher we Trust merupakan buku yang ditulis dalam perspektif yang unik. Unik dalam artian khusus dan terjadi di Finlandia. Selain menyajikan teori-teori yang mendukung tentang reformasi pendidikan di Finlandia, di saat semua negara reformasi melalui standarisasi. Reformasi ini berujung kepada persaingan-persaingan yang tidak perlu antar sekolah dan antar rekan kerja.  Justru Finlandia memberi keleluasaan dan kelonggaran kepada para pendidik untuk menjalankan tugasnya secara profesional.

Beberapa hal yang perlu menjadi catatan dalam buku ini adalah bagaimana kita selalu menyadari konteks negara tempatnya. Seperti Finlandia negara yang cukup kecil dan cenderung homogen, kemudian kita perlu menanyakan bagaimana mengukur akuntabilitas. Lalu, di buku ini belum tercakup tentang bagaimana kesetaraan yang terjadi pada negara-negara yang tingkat kesenjangan sosialnya lebih tinggi. 

Pada akhirnya,  Sahlberg dan Walker mengajak kita untuk memikirkan kembali hubungan antara kepercayaan, otonomi, dan kualitas pendidikan. Meskipun Prinsip itu merupakan hasil olahan dalam konteks Finlandia, pedoman ini bisa untuk dipertimbangkan dan dipraktikkan dengan  serius oleh pembuat kebijakan, pendidik, dan semua yang peduli dengan masa depan pendidikan.

Informasi Buku

Judul Buku: In Teachers We Trust

Penulis : Pasi Sahlberg & Timothy D. Walker

Cetakan: I tahun 2022

Penerbit: Grasindo

*Kawan-kawan dapat menikmati tulisan-tulisan lain Laila Nursaliha, atau membaca artikel-artikel lain tentang Resensi Buku

Editor: Ahmad Fikri

COMMENTS

//