• Berita
  • Pertunjukan Runtuhnya Budaya di Gedung Pusat Kebudayaan, Sebelumnya LPSE Mencatat Nilai Tender Renovasi Miliaran Rupiah

Pertunjukan Runtuhnya Budaya di Gedung Pusat Kebudayaan, Sebelumnya LPSE Mencatat Nilai Tender Renovasi Miliaran Rupiah

Renovasi-renovasi yang pernah dilakukan di Gedung Pusat Kebudayaan perlu dievaluasi agar bangunannya kokoh dan tidak roboh lagi.

Aksi seniman Isa Perkasa memakan nasi hitam di depan Gedung Pusat Kebudayaan (GPK), Jalan Braga Naripan, Rabu, 30 Oktober 2024. (Foto: Muhammad Akmal Firmansyah/BandungBergerak)

Penulis Muhammad Akmal Firmansyah31 Oktober 2024


BandungBergerak.id – Seniman Isa Perkasa berdiri di depan pintu memandang ke arah ruangan tengah yang penuh sisa-sisa reruntuhan atap Gedung Pusat Kebudayaan (GPK) di Jalan Braga Naripan, Rabu, 30 Oktober 2024. Tak ada lukisan yang dikurasi kurator GPK tersebut, ia membuka kotak makanan dan melahap nasi berwarna hitam. 

Aksi teatrikal ini sebagai sindiran kepada pemerintah yang gemar memakan uang rakyat, tetapi perhatian terhadap gedung kebudayaan terasa minim. Berkali-kali atap GPK atau Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK) roboh.

Padahal, Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan pernah mengalami beberapa kali renovasi dengan dana puluhan sampai ratusan juta antara 2012, 2013, dan 2014. Berdasarkan laman LPSE, pada 3 Juli 2012 gedung ini mengalami tender dengan judul “Jasa Konsultansi Perencanaan DED Rehabilitasi Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK)”. Nilai pagu paket ini 77.088.000,00 rupiah dan dimenangkan oleh tendernya oleh CV.Cresta Design. 

Tahun 2013, LPSE mencatat jenis pengadaan Pekerjaan Konstruksi Gedung YPK 6 Maret 2013 dengan nilai 1.843.000.000 rupiah. Pemenang tender adalah CV. Grage Cipta Pratama. Lalu pengadaan Pekerjaan Konstruksi dibuat tanggal 15 Juli 2014 dengan nilai pagu paket 462.650.000,00 rupiah dan dimenangkan tendernya oleh CV. Multi Bintang.

Total anggaran konstruksi gedung YPK antara 2012, 2013, dan 2014 lebih dari 2 miliar rupiah. Namun 13 Juli 2016 sebagian atap gedung di bagian belakang roboh. Selanjutnya, Senin kemarin, 28 Oktober 2024 giliran atap ruang galeri utama YPK runtuh dan menyebabkan tiga orang luka-luka, juga beberapa karya yang sedang dipamerkan robek.

“Mereka memakan pajak rakyat. Saya ingin menyampaikan bahwa ruang ini sering diramaikan oleh seniman seni rupa. Saat terjadi roboh lima karya robek, tapi tidak ada pernyataan dari pihak Dinas Pariwisata dan Budaya Jabar meminta maaf apalagi mengganti,” kata Isa Perkasa, dalam aksi pertunjukan ‘Runtuhnya Budaya’ di depan Gedung Pusat Kebudayaan, Jalan Naripan, Rabu, 30 Oktober 2024.

Perfomance art Isa Perkasa yang tidak lain kurator YPK sebagai upaya dokumentasi dan doa para seniman. Sewaktu kejadian, seniman Ar. Soedarto sedang melangsungkan pameran tunggalnya yang berjudul Enigma of Life atau Teka-teki Kehidupan. Pameran ini dijadwalkan 25 sampai 30 Oktober 2024. Nahasnya, dua hari menjelang penutupan pameran, peristiwa itu terjadi dan menimpa tiga orang serta merobek lima karya.

Menurut Isa, para seniman sedang menggalang donasi untuk mengganti karya lukisan yang rusak karena reruntuhan. Ia juga menyayangkan tidak ada perhatian khusus dari pengelola untuk mengevakuasi lukisan yang tertimpa bongkahan. Evakuasi justru dilakukan oleh solidaritas seniman yang membungkus dan menyelamatkan barang-barang pameran.

“Teman-teman dari Grey Galler ikut mempacking bentuk solidaritas antar seniman, pengelola tempat yang kita untungkan buat mereka, seolah-olah tidak terjadi mereka itulah yang membuat saya sakit sebenarnya,” jelas Isa.

Jauh sebelum kejadian atap roboh, ia selalu meminta agar ada perbaikan dan perawatan gedung kaya sejarah ini. Gedung ini terakhir kali direnovasi tahun 2019, tetapi Isa masih merasa was-was.

Peristiwa roboh ini menurut Isa bukan terjadi secara tiba-tiba. Sebab, setiap kali hujan turun gedung ini selalu bocor dan bahkan membasahi karya lukisan. Ia menyesalkan kejadian robohnya atap YPK. Peristiwa ini meniatkan dirinya untuk berhenti menjadi kurator seni di gedung peninggalan zaman kolonial Belanda ini.

“Mungkin ending saya sebagai kurator, sudah selesai. Kapan pun tidak akan kepedulian apalagi pendanaan,” tandas Isa.

Robohnya atap gedung YPK memicu keprihatinan seniman Bandung. Budayawan Hawe Setiawan mengatakan, gedung YPK merupakan tempat kebudayaan dan pergerakan nasional di era kolonial sehingga harus dilestarikan. Ia berharap, konservasi gedung bisa memenuhi standar. Revitalisasi yang dilakukan tahun 2019 lalu perlu dievaluasi karena hanya bertahan lima tahun.

Kayu-kayu atap yang runtuh memang terlihat masih baru, namun tidak kuat menopang beban atap. Diduga, kayu-kayu tersebut memiliki mutu kurang baik.

“Saya berharap, konsevarsinya harus memenuhi standar, masa pakai kayu albasiyah untuk menopang atap. Semoga ada evaluasi sekarang 2024 udah roboh lagi,” terangnya.

Hal yang sama dituturkan musisi balada Abah Om Tris. Menurutnya, masyarakat dan seniman harus menuntut keterbukaan soal perawatan gedung. Ia menegaskan, jika perawatannya benar maka tidak mungkin atap gedung bisa roboh.

Baca Juga: Atap Galeri Pusat Kebudayaan Bandung Runtuh, Peristiwa Ini Pernah Terjadi Sebelumnya
Pameran ARTsiafrica, Merekat Persaudaraan Asia Afrika
SEJARAH SURAT KABAR WARTA BANDUNG #1: Manifestasi Spirit Antinekolim dari Kota Kembang

Aksi seniman Isa Perkasa memakan nasi hitam dengan latar belakang bagian ruang pameran Gedung Pusat Kebudayaan (GPK), hancur, Jalan Braga Naripan, Rabu, 30 Oktober 2024. (Foto: Muhammad Akmal Firmansyah/BandungBergerak)
Aksi seniman Isa Perkasa memakan nasi hitam dengan latar belakang bagian ruang pameran Gedung Pusat Kebudayaan (GPK), hancur, Jalan Braga Naripan, Rabu, 30 Oktober 2024. (Foto: Muhammad Akmal Firmansyah/BandungBergerak)

Kegiatan Diberhentikan Sementara 

Setelah kejadian, pengelola Gedung Pusat Kebudayaan mengumumkan menghentikan sementara seluruh kegiatan di galeri ini. Kepala UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jawa Barat dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar Ary Heriyanto mengatakan, pihaknya saat ini menunggu assesment dari Dinas Perumahan dan Permukiman Jabar.

“Termasuk yang latihan-latihan rutin juga kita hentikan dulu,” kata Ary, saat dihubungi BandungBergerak, Rabu, 30 Oktober 2024.

Ary menyebutkan renovasi atap terakhir kali dilakukan tahun 2019. Ary sendiri baru berdinas di Disparbud Jabar tahun 2023. 

Sementara itu, Penjabat Gubernur Jabar Bey Machmudin menyebut akan memperbaiki GPK secepatnya. Proses ini tidak akan menghambat aktivitas seniman dan budayawan. "Perbaikan satu bulan, tapi kami usahakan akan dipercepat," kata Bey, dalam keterangan resmi.

Ke depan, Bey akan meneliti gedung-gedung sejarah atau cagar budaya agar tidak terjadi hal serupa. Sementara itu, Plh Kadisparbud Jabar Yuke Mauliani Septina menyebut, pihaknya akan melakukan koordinasi dan meminta izin kepada Balai Pelestarian Kebudayaan Kementerian Kebudayaan RI terkait perbaikan GPK.

*Kawan-kawan yang baik silakan membaca tulisan lain Muhammad Akmal Firmansyah atau artikel-artikel tentang Pameran Seni

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//