• Berita
  • Pameran ARTsiafrica, Merekat Persaudaraan Asia Afrika dengan Seni Rupa

Pameran ARTsiafrica, Merekat Persaudaraan Asia Afrika dengan Seni Rupa

ARTsiafrica yang digelar oleh Institut Drawing Bandung di Galeri Pusat Kebudayaan (GPK), Bandung, merupakan salah satu langkah menuju kegiatan drawing biennale.

Pameran ARTsiafrica yang digelar oleh Institut Drawing Bandung di Galeri Pusat Kebudayaan (GPK), Bandung, 20 Agutus 2022 sampai dengan 30 Agustus 2022. (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)

Penulis Reza Khoerul Iman24 Agustus 2022


BandungBergerak.id – Persaudaraan Asia dan Afrika yang tercetus di dalam Konferensi Asia-Afrika pada saat 1955, bukan hanya menyangkut persoalan diplomasi, dinamika geopolitik, kedamaian, dan kerja sama dunia saja. Lebih jauh lagi, hubungan antarbenua ini telah menjalin persaudaraan kebudayaan di Asia dan Afrika.

Namun yang disayangkan, peristiwa yang menjaring 29 negara Asia Afrika pada aktivitas berikutnya hanya menjadi sekadar peringatan, bahkan nahasnya jalinan budaya menjadi terlupakan. Meskipun pada peringatan 50 tahun KAA di tahun 2005 telah dicetuskan persaudaraan budaya, namun tetap saja setelahnya masih belum ada yang dapat mewujudkan makna dari apa yang disebut persaudaraan budaya itu.

Pada saat melihat dan menyadari kondisi itu, perkumpulan para seniman melalui Institut Drawing Bandung (IDB) merasa tidak bisa membiarkan hal tersebut. Berangkat dari ingatan, harapan, dan amanat persaudaraan antarkawasan Asia dan Afrika, IDB mencoba untuk mewujudkan cita-cita merayakan persaudaran budaya antarkawasan Asia Afrika.

“Untuk mewujudkan dan mengeksekusi hal itu perlu berangkat dari seniman. Oleh karenanya seniman-seniman di IDB mencoba untuk merealisasi hal itu melalui kegiatan Drawing Biennale Asia-Afrika, yaitu Biennale karya orang-orang Asia dan Afrika,” tutur ketua pameran ARTsiafrica, Andi Yudha kepada BandungBergerak.id, Selasa, (8/23/2022).

Cita-cita besar IDB menggelar Drawing Biennale yang menyatukan para seniman Asia dan Afrika dalam satu arena disebut tidak tercetus begitu saja. Ada proses, arahan, dan dorongan dari dinamika sejarah yang sempat tergelar di Indonesia, khususnya di Bandung, dalam wujud Konferensi Asia Afrika pada 1955.

Ketua IDB, Isa Perkasa menyebut kegiatan besar semacam Drawing Biennale belum pernah ada sebelumnya di Indonesia. Isa berencana mengadakan kegiatan tersebut dalam skala internasional, yaitu dengan cara menyatukan para drawing di Asia dan Afrika. Hal ini dilakukan agar drawing di Bandung menjadi go international.

Namun ia mengakui hal tersebut bukanlah suatu perkara yang dapat dikerjakan dalam kurun waktu satu atau dua bulan. Rencananya Drawing Biannale akan IDB laksanakan di tahun 2025, dengan melaksanakan kegiatan pra-biennale pada tiap tahunnya sebelum kegiatan utama digelar.

“Kegiatan ini kan akan mendatangkan seniman dari Asia dan Afrika, otomatis kita harus benar-benar menyiapkan waktu yang cukup karena persiapan kita juga belum matang. Karenanya kegiatan pra-biennale akan dilakukan pada setiap tahunnya dengan konsep yang lebih matang lagi dan cakupan wilayah yang lebih luas lagi, agar acara puncaknya akan berlangsung dengan sangat baik,” ucap Isa Perkasa.

ARTsiafrica Langkah Awal untuk Bandung Go International

Pameran ARTsiafrica yang digelar oleh Institut Drawing Bandung (IDB), dari tanggal 20 Agutus 2022 sampai dengan 30 Agustus 2022 di Galeri Pusat Kebudayaan (GPK), Bandung, ini merupakan salah satu langkah menuju kegiatan drawing biennale yang telah digagas oleh IDB untuk mulai dilaksanakan pada 2025. Artinya, pameran ARTsiafrica merupakan kegiatan pra-biennale dengan mengajak para pegiat drawing dari seantero Indonesia, khususnya Jawa dan Bali.

Kurator pameran ARTsiafrica, Isa Perkasa menyebut peserta pada pameran kali ini dimeriahkan oleh 74 perupa drawing dari berbagai cakupan wilayah, khususnya Jawa dan Bali. Pada pameran kali ini para peserta hanya boleh mengirim satu karyanya saja dan diberikan kesempatan selama satu minggu sebelum acara dimulai.

Pameran ARTsiafrica inilah yang disebut Isa dan Andi sebagai langkah awal untuk membuat drawing di Kota Bandung menjadi go international, yaitu dengan menggelar Drawing Biennale. Isa menyebut pelaksanaan Drawing Biennale cukup penting dilakukan karena apabila dilihat hari ini para perupa drawing sudah cukup banyak bertebaran di Kota Bandung. Oleh karenya kegiatan tersebut diharapkan dapat menjadi suatu wadah untuk membuat anak-anak muda di Kota Bandung semakin berkembang dengan dipertemukannya mereka dengan para perupa dari luar daerah dan luar negeri.

“Kerja seniman (drawing) itu bukan cuma bisa gambar kemudian memamerkan karyanya pada orang lain begitu saja. Tapi ia harus bisa paham dengan apa yang ia gambar dan pesan atau isu apa yang akan ia sampaikan kepada orang yang akan melihat gambarnya. Makanya kami memfasilitasi dengan membuat pameran supaya para seniman dapat membangun komunikasi dan saling bertukar pendapat,” tutur Isa.

Baca Juga: Menggugat Redup Geliat Seni di Kota Bandung
Pertarungan Seni Grafis Kubu Yogyakarta dan Kubu Bali di Bandung
Membangkitkan Gairah Seni Rupa pada Anak-anak Kota Bandung

Pameran ARTsiafrica yang digelar oleh Institut Drawing Bandung di Galeri Pusat Kebudayaan (GPK), Bandung, 20 Agutus 2022 sampai dengan 30 Agustus 2022. (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)
Pameran ARTsiafrica yang digelar oleh Institut Drawing Bandung di Galeri Pusat Kebudayaan (GPK), Bandung, 20 Agutus 2022 sampai dengan 30 Agustus 2022. (Foto: Reza Khoerul Iman/BandungBergerak.id)

ARTsiafrica, Pusparagam Keadaan yang Tengah Menggejala di Asia Afrika

Andi Yuda, peserta sekaligus ketua pameran ARTsiafrica, menunjukkan dua gambar kepala gajah yang digambar dengan satu tarikan garis tanpa putus dan dilatari oleh warna merah, kuning, dan hijau. Andi menjelaskan, kepala gajah yang kecil adalah gajah asia dan kepala gajah yang besar adalah gajah afrika, sementara warna merah adalah warna Asia, warna hijau adalah warna Afika, dan warna kuning adalah warna kehangatan yang menggambarkan kehangatan jalinan hubungan antara Asia Afrika.

Selain itu, lanjut Andi menjelaskan, terdapat ornamen-ornamen yang menunjukkan kekhasan dari masing-masing benua yang ia gambarkan pada bagian dalam gajah. Penjelasan itu menunjukkan bahwa Andi dan seluruh peserta pameran sebelum monggoreskan alat gambarnya di atas medianya, mereka melakukan riset terlebih dahulu tentang Asia dan Afrika.

Begitu pula dengan salah satu perupa drawing perempuan muda yang berasal dari Bali, Sintia, ia mengaku melakukan pendalaman materi terlebih dahulu sebelum pada akhirnya menciptakan karya yang ia beri judul “Time Line Asia dan Afrika”.  Menurutnya, perjuangan ia tidak sia-sia untuk datang ke Bandung mengikuti pameran yang diadakan oleh IDB, karena melalui pameran ARTsiafrica ia dapat belajar lagi kepada para senior, saling bertukar pendapat, dan tentunya meluaskan relasinya.

Ia menilai pameran ini penting karena dapat menjadi wadah bagi anak-anak muda untuk mendapat fasilitas agar mereka terus berkarya dan belajar. Sebab menurut Sintia, di daerahnya sendiri kegiatan atau wadah untuk mereka mengekspresikan dan mengembangkan apa yang menjadi minat mereka masih belum banyak.

“Perbanyaklah event kayak gini, karena aku kan merasa teman-teman aku yang seniman muda itu masih kekurangan wadah untuk menyalurkan kreasinya sendiri. Mungkin ada beberapa, tapi gak semua nyangkut dan terfasilitasi. Semoga event ini dapat menjadi pemicu dan pemacu orang lain agar dapat terus berkarya,” ucap Sintia.

Hal serupa juga diucapkan oleh salah seorang pengunjung pameran, Cintia Intan, bahwa selain pameran, ARTsiafrica menjadi wadah untuk para seniman berkarya, pameran ARTsiafrica juga memiliki karakter, kesan, dan unsur lokalitas yang kuat. Ia mengaku menjadi semakin terdorong untuk membuat karya dan mengikuti kegiatan pameran berikutnya.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//