Pertarungan Seni Grafis Kubu Yogyakarta dan Kubu Bali di Bandung
Pameran bertajuk Tarung Grafis menghadirkan karya seni grafis dari 26 seniman Yogyakarta dan Bali di Lawangwangi. Pameran berlangsung hingga Juni 2022.
Penulis Virliya Putricantika16 Mei 2022
BandungBergerak.id - Dua kubu seniman bertarung dalam satu pameran bertajuk Tarung Grafis di Lawangwangi, Jalan Dago Giri, Bandung, Sabtu (13/5/2022). Pertarungan tidak dalam arti harfiah tentunya. Para seniman tidak hanya sebatas menunjukan karya seni grafis yang terus berkembang, melainkan memamerkan teknik yang terus-menerus berubah melalui medium yang berbeda-beda. Semua itu dikemas dalam beragam gaya untuk menuangkan gagasan seni melalui karya grafis.
Pertarungan ini melibatkan seniman dari kubu Bali sebanyak 13 orang dan seniman dari kubu Yogyakarta sebanyak 13 orang. Total ada 95 karya seni garfis yang menghiasi dinding pameran Lawangwangi.
Syahrizal Pahlevy (57) selaku ketua tim dari Yogyakarta yang karyanya juga dipajang dalam pameran ini, mengatakan pameran bersama ini telah dipersiapkan sejak kurang lebih enam bulan oleh para seniman yang terlibat.
“Saya sebagai ketua tim dari Yogyakarta berhak memilih para seniman, karena tidak ada tema khusus dan yang terpenting karya terbaru,” kata Syahrizal Pahlevy, Sabtu (13/5/2022).
Teknik dan media yang mereka pakai dalam membuat karya beragam. Misalnya, teknik cukil kayu pun terdiri dari beberapa gaya. Untuk minyak maupun air yang merka pakai berasal dari beragam tempat, mulai dari Eropa hingga Jepang.
Pameran ini terselenggara dan dipicu oleh dialog antara seniman Bali Devy Ferdianto dan Syahrizal Pahlevy bersama dengan kedua kuratornya yaitu Asmudjo J. Irianto dan Tisna Sanjaya mengenai perkembangan seni grafis, lalu disambut antusias oleh Direktur ArtSociates, Andonowati.
Rangkaian acara dari pameran ini ada tur kuratorial yang diselenggarakan pada hari pembukaan tanggl 13 Mei 2022 pameran pukul 5 sore, dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada 3 karya terbaik. Penghargaan tersebut dinilai berdasarkan keputusan 5 juri yang terdiri dari Andonowati, Asmudjo J. Irianto, Konfir Kabo, Simon Tan, dan Tisna Sanjaya.
Harapannya, pameran yang berlangsung hingga Juni 2022 ini bisa menawarkan antusiasme, renungan dan perkembangan untuk seni grafis tanah air.
Pahlevy menambahkan, pameran ini terselenggara berkat kerja sama antara para seniman Yogyakarata dan Bali bersama penyelenggara, yakni ArtSociates, dan para kurator. “Baik seniman dan peneyelenggara itu saling mengisi, membantu, berdiskusi dan menyemangati,” Pahlevy.
Baca Juga: Jerit PKL di atas Mati Surinya Teras Cihampelas
Ruang Publik di Bandung Cenderung Kaku dan Berjarak
Krisis Sungai dan Air Bersih Kota Bandung dalam Video Animasi
Tentang Seni Grafis
Menurut catatan kurator Asmudjo J. Irianto yang diterima BandungBergerak.id, bahwa seni grafis merupakan medium atau kategori seni rupa yang bersandar pada konvensi teknik dan edisi yang cukup ketat. Klasifikasi dalam seni grafis ditentukan oleh teknik dan jenis acuan cetaknya (matrix).
Demikian pula soal edisi merupakan kekhususan dan menjadi konvensi seni grafis. Para pegrafis konvensi akan berpegang pada kesepakatan tersebut dalam menetapkan batasan bagi karya seni grafis.
Karya-karya yang tidak dilandasi oleh konvensi tersebut, bagi para pegrafis “murni” bisa jadi bukan termasuk dalam kategori seni grafis. Pada sisi lain, terobosan, penyeberangan atau bahkan pembubaran ketegori merupakan dorongan yang selalu hidup dalam diri seniman, khususnya di era seni rupa kontemporer.
“Karena itu, selalu muncul dorongan dari para seniman berlatar belakang seni grafis untuk bereksperimen melampaui konvensi seni grafis,” kata Asmudjo J. Irianto.
Sebagian besar seniman kubu Bali bukan pegrafis mandiri, kebanyakan dikenal sebagai pelukis atau multi-media. Kubu Jogja berisi pasukan yang sebagian besar memang dikenal sebagai pegrafis.
Karya kubu Jogja hadir sesuai dengan konvensi seni grafis maupun expanded. Beberapa mencetak karyanya tidak di kertas, melainkan pada kanvas. Ada yang menggunakan aluminium. Cukup banyak karya dengan ukuran yang besar, atau sangat kecil. Ada pula karya grafis instalasi. Hal ini menarik, sebab kubu Bali yang banyak diisi oleh para pelukis, justru menampilkan karya-karya cetak grafis konvensi, sebaliknya karya-karya pegrafis Jogja dalam pameran ini sebagian justru merupakan karya expanded.
Tisna Sanjaya sebagai kurator tim Yogya mengatakan upaya ArtSociates Bandung dengan mengadakan pameran bersama para seniman Yogyakarta dan Bali akan sangat menarik dan perlu terus dikembangkan ke daerah-daerah lain di nusantara maupun kerja sama dengan komunitas grafis internasional.
“Awal yang baik untuk pemajuan kebudayaan dari pintu masuk, wilayah seni grafis,” kata Tisna Sanjaya.
Berikut ini para seniman yang terlibat dalam Tarung Grafis:
Seniman Yogyakarta
Agung Pekik
Angga Sukma Permana
Ariswan Adhitama
Fakri Syahrani
Fitri Dwi Kurniasih (Fitri DK)
Jajang Kawentar
Putra Eko Prasetyo
Reno Megy Setiawan
Syahrizal Pahlevi
Windi Delta
Yassir Malik
Yanwar Nugroho
Yanal Desmond Zendrato
Seniman Bali
Agugn Prabowo
Chusin Setiadikara
Dewa Made Johana
Devy Ferdianto
Handy Saputra
Ida Bagus Putu Purwa
I Made Wiradana
I Made Palguna
Irene Febry
Kadek Dwi Darmawan
Putra Wali Aco
Satria Nugraha
Wayan Upadana.