PROFIL INSTITUT DRAWING BANDUNG: Belajar Melukis di Jalanan Kota Bandung
Dunia pendidikan seni rupa hari ini dinilai tidak memberikan banyak pengalaman dalam praktik. Maka lahirlah Institut Drawing Bandung.
Penulis Reza Khoerul Iman18 Maret 2022
BandungBergerak.id - Goresan pensil arang mengisi selembar kanvas berukuran 1x0,5 meter. Awalnya tak beraturan, namun pada akhirnya terciptalah sebuah lanskap perumahan di Gang Cikapundung, gedung pencakar langit menjadi latar belakangnya.
Yus Arwa Dinata, sang pelukis Gang Cikapundung tersebut, menunjuk pada objek yang dilukisnya: permukiman kampung kota yang padat dan kini sudah berpindah ke atas kanvas. Sore itu, ia bersama Institut Drawing Bandung (IDB) dan Komunitas Lukis Hegarmanah menggelar kegiatan melukis bersama di Galeri Hegarmanah, Gang Cikapundung No. 34, Kota Bandung.
Selain Yus, kegiatan tersebut dihadiri para pelukis senior Bandung, di antaranya Isa Perkasa, Toni Masdiono, dan pelukis lainnya. Sembari melukis, Yus menceritakan bagaimana ia dan kawan yang lainnya mendirikan IDB.
Institut Drawing Bandung berawal dari perkumpulan para seniman pada tahun 2019 di Galeri Pusat Kebudayan (GPK), Jalan Naripan. Ide ini digagas oleh Isa Perkasa yang mengajak ke 12 rekan senimannya untuk mendirikan sebuah perkumpulan seni.
“Selain untuk mendirikan ruang bagi para seniman, IDB juga hadir untuk memberikan pendidikan terkait seni,” ucap Yus kepada BandungBergerak.id.
Dunia pendidikan seni hari ini dinilai tidak memberikan banyak pengalaman dalam praktik. Bahkan pendiri Institut Drawing Bandung, Isa Perkasa, pun tampak tidak yakin kalau mahasiswa-mahasiswi seni hari ini betul-betul paham dengan teori yang diberikan selama berada di bangku perkuliahan.
Permasalahan itulah yang menjadi pijakan IDB hadir di tengah masyarakat Kota Bandung, yaitu untuk menguatkan dan mengasah sesuatu yang tidak didapat para peminat seni di dunia pendidikan formal.
Pernah suatu waktu, kegiatan IDB diikuti budayawan Hawe Setiawan. Dosen sastra Unpas ini terlihat aktif turun ke jalan untuk menggambar bangunan-bangunan heritage, antara lain Gedung GPK yang menjadi markas IDB. Hawe kemudian membagikan hasil menggambarnya di Instagramnya.
"Kata seorang teman yang pernah memelototi manuskrip Siksa Kandang Karesian, kalau mau tahu soal gambar bertanyalah kepada "juru lukis", sebab gajah-gajah mengisahkan hutan sebagaimana burung-burung menceritakan langit. Begitulah petang tadi, di Jalan Naripan yang basah, saya bertanya kepada tiga resi, bagaimanakah caranya menggambar hujan," demikian kata Hawe Setiawan, dalam unggahan 18 Februari 2022.
Pada unggahan tersebut terlihat Hawe bersama Yus Arwa Dinata dan Isa Perkasa sedang bercengkerama di dalam Gedung GPK atau akrab disebut juga Gedung YPK.
Pergerakan Institut Drawing Bandung
Pendirian Institut Drawing Bandung diawali dengan kegiatan dengan menggelar acara flashmob di acara car free day, Dago, pada 2019. Acara itu mendapat respons luar biasa dari para seniman sampai orang awam sekalipun. Sebanyak 400 orang memadati jalanan. Ratusan lukisan terkumpul. Saat itu juga Isa menyatakan bahwa IDB telah mencetak rekor baru.
Namun euforia kegiatan seni di Kota Bandung terpaksa terhenti karena bencana pandemi Covid-19. Geliat kegiatan seni di Kota Bandung pun nyaris terkubur pagebluk. Namun situasi muram pagebluk semakin menambah visi dan misi IDB dalam perjalanannya. Pandemi tidak membuat IDB habis pikir. Mereka tetap menjalankan kegiatan secara daring.
Salah satu yang menginspirasi Isa Perkasa dalam mendirikan IDB adalah aktivitas seni yang cukup marak terjadi di Kota Bandung. Pada saat itu nama sekaliber Sjafei Soemardja, Barli Sasmitawinata, Popo Iskandar, dan yang lainnya turut memeriahkan kegiatan seni di Kota Bandung tahun 50-60-an.
Gedung Galeri Pusat Kebudayaan dijadikan sebagai tempat kegiatan seni pada masanya. Namun, ketika para seniman tersebut semakin sibuk dan beranjak tua, secara perlahan gedung tersebut semakin sepi dari aktivitas seni. Baru pada 2019, ketika Isa Perkasa menjadi kurator di Galeri Pusat Kebudayaan, secara perlahan gedung tersebut mulai dimeriahkan kembali oleh aktivitas seni.
Selain itu, IDB sering melakukan kegiatan melukis bersama di ruang terbuka, di antaranya sekitar Jalan Asia-Afrika, Ereveld Pandu, dan Rumah Potong Hewan (RPH), dan lain-lain. Mereka melukis di mana saja, di atas trotoar atau di pinggir jalan.
“Kegiatan melukis bersama di ruang terbuka biasanya diikuti oleh kawan-kawan dari IDB. Kegiatan tersebut selain menjadi ajang untuk berkarya, kami gunakan juga untuk membantu mensosialisasikan tempat tersebut kepada publik melalui lukisan. Seperti RPH itu tempat jagal luar biasa, selain menjadi heritage tempat itu menjadi tempat jagal yang canggih,” papar Yus Arwa Dinata.
Kegiatan IDB di lapangan banyak mendapat respons baik dari publik dan pemilik tempat. Bahkan tidak jarang si pemilik tempat mengundang IDB untuk melukis kembali di tempat tersebut, atau bahkan ada juga hasil karyanya yang dibeli oleh si pemilik tempat, seperti karya Yus yang dibeli oleh Ereveld Pandu.
IDB banyak melakukan cara lain dalam pergerakannya selama ini. Isa mengaku mereka cukup sering mengadakan diskusi atau memberikan pendidikan tentang seni sampai ke luar Kota Bandung. Tak jarang selepas diskusi, ada komunitas seni yang bermunculan di daerah yang pernah IDB kunjungi.
Selain itu, cara IDB untuk memperluas jaringan dan pergerakannya adalah dengan bermitra dengan berbagai kalangan, seperti budayawan, jurnalis, sejarawan, dan orang dengan beragam latar belakang.
Baca Juga: PROFIL ULTIMUS: Rumah Buku Alternatif dan Suluh Pemikiran Kritis di Kota Bandung
PROFIL KOMUNITAS FOTOGRAFER MUSLIM: Hasil Jepretan untuk Dakwah dan Sosial
PROFIL SAPA INSTITUTE: Turun dari Menara Gading Kampus, Menggerakkan Perempuan Desa
Impian Institut Drawing Bandung
Runtutan kegiatan IDB sampai hari ini tidak dirancang untuk menjalani acara hanya sebatas hobi semata. Jauh lebih dalam, IDB mempunyai tujuan yang ingin mereka capai. Isa Perkasa menyatakan akan ada beberapa event lokal sampai nasional yang akan mereka gelar tahun ini.
Selain itu IDB juga sedang melakukan riset terhadap pendidikan seni lukis kepada anak. Isa berharap dari hasil riset terhadap beberapa anak tersebut dapat mengantarkan kepada tujuan mereka, yaitu membuka pendidikan seni rupa khususnya untuk anak.
“Kami sedang menggagas sebuah event seni rupa yang belum pernah dilakukan di Indonesia, yaitu Bienal Drawing. Nanti bentuknya sebuah pameran yang yang menampilkan karya dari seluruh penjuru Indonesia. Selain itu di bulan Mei juga ada bulan menggambar Indonesia,” ungkap Isa Perkasa.
Semua deretan kegiatan tersebut diharapkan akan membangkitkan kembali semangat seni rupa Kota Bandung, terlebih Bandung sudah disebut kota kreatif dan sudah kental dengan seninya. Kini salah satu peran IDB di masyarakat adalah menjadikan kota kreatif ini benar-benar kreatif dengan kegiatan seninya.