Potret Robohnya Gedung Pusat Kebudayaan Kami
Robohnya atap Gedung Pusat Kebudayaan Bandung jadi pelajaran untuk instansi atau badan terkait pelestarian bangunan cagar budaya. Perawatan mesti diperhatikan.
Penulis Prima Mulia2 November 2024
BandungBergerak.id - Jejak kayu lapuk dimakan rayap dan lembab akibat rembesan air terlihat jelas saat BandungBergerak.id melihat konstruksi utama atap bangunan cagar budaya Gedung Pusat Kebudayaan (GPK). Kamis, 1 November 2024, pelataran beton bagian atas bangunan antik di pusat kota ini roboh. Sepekan sebelumnya, Senin, 28 Oktober 2024 atap bagian galeri utama juga runtuh.
Konstruksi utama atap berupa balok-balok kayu besar itu sudah lapuk hampir 70 persen dari total panjang kayu. Konstruksi yang lapuk itu berada persis di bawah talang seng yang berfungsi sebagai jalur air saat hujan. Diduga bocornya jalur air selama bertahun-tahun jadi penyebab lapuknya konstruksi atap hingga roboh.
Dari atas terlihat jelas kerusakan konstruksi kayu atap bangunan di sisi sebelah barat. Balok kayu kuda-kuda utama terlihat basah dan melengkung, tak kuat menahan beban rangka atap dan genting. Separuhnya sudah ambruk, dan bagian tersisa pasti bakal ambruk jika hujan lebat mengguyur sekali lagi. Tak ada terpal pelindung untuk menutupi bagian atap yang menganga jika hujan turun. Sedangkan konstruksi atap di sisi timur tampak kering dan masih utuh. Bagian genting di sisi timur juga bukan jadi jalur air karena tidak terlihat ada talang seng.
Di bagian depan gedung pita pengaman kuning Satpol PP membentang agar warga tidak bisa lewat karena khawatir bakal ada jatuah material atau ambruk susulan. Di bagian dalam galeri utama masih berceceran reruntuhan material. Beberapa material balok kayu disimpan di bagian area parkir di samping gedung.
"Semua material tidak boleh ada yang dibuang. Makanya tidak kami beresi dulu yang di dalam, bangunan cagar budaya kan banyak sekali aturannya, jadi lebih baik disimpan dan dibiarkan dulu biar nanti ada tim khusus yang menilainya sendiri, " kata seorang petugas pengelola yang tidak mau disebut namanya.
Dia menjelaskan jika permasalahan gedung tua ini adalah keroposnya kayu-kayu bingkai jendela, pintu, dan rangka atap akibat rayap. Sudah bertahun-tahun atapnya bocor dan mereka hanya bisa memperbaiki semampunya. Ia juga menunjukan beberapa jendela di bagian fasad bangunan yang bagian kayunya sudah lapuk dimakan rayap.
"Kami hanya bisa perbaiki yang ringan-ringan saja, kan bangunan cagar budaya tidak bisa kita seenaknya melakukan perbaikan dan bongkar-bongkar, ada tim khusus yang harus mengkajinya dulu, Sampai akhirnya kejadian roboh Senin lalu, kalau menurut saya ini mah lebih baik konstruksi atapnya diganti semua," tambahnya.
Robohnya atap gedung GPK bisa jadi pelajaran untuk instansi atau badan yang terkait dengan pelestarian bangunan cagar budaya. Betapa pentingnya pemantauan dan perawatan berkala terhadap bangunan-bangunan cagar budaya di Kota Bandung.
Gedung yang sempat bernama Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK) ini sehari-hari terlihat dari luar baik-baik saja, ternyata bagian dalamnya sudah keropos. Bangunan cagar budaya lainnya di Kota Bandung bisa jadi memiliki masalah yang sama dengan gedung GPK.
Baca Juga: Atap Galeri Pusat Kebudayaan Bandung Runtuh, Peristiwa Ini Pernah Terjadi Sebelumnya
Pertunjukan Runtuhnya Budaya di Gedung Pusat Kebudayaan, Sebelumnya LPSE Mencatat Nilai Tender Renovasi Miliaran Rupiah
Jejak Langkah Tirto Adhi Soerjo, Pers Bumiputera dan Pers Advokasi
Atap gedung cagar budaya ini roboh saat berlangsung pameran lukisan Enigma of Life karya seniman AR Sudarto yang menyebabkan tiga orang luka dan sejumlah karya rusak. Kayu penopang atap dari masa Hindia Belanda lapuk dimakan rayap sejak bertahun-tahun lalu tanpa pengawasan.
Bangunan bersejarah GPK atau YPK dibangun tahun 1930 oleh arsitek G.J. Bel yang berfungsi sebagai gedung tempat golongan masyarakat menengah berkumpul dan berpesta. Di gedung ini juga sering digelar rapat oleh tokoh pergerakan dan politik di masa prakemerdekaan.
Tokoh sekelas Tjipto Mangunkoesoemo hingga Sukarno pernah beraktivitas di gedung ini. Bahkan diduga kuat gedung YPK menjadi kantor surat kabar pertama bumiputra yang diasuh Tirto Adhi Soerjo, Medan Prijaji.
*Kawan-kawan yang baik bisa mengunjungi karya-karya lain Prima Mulia atau artikel-artikel lain tentang Kebudayaan